typo.
Benjamin mendongakkan kepalanya dan mencari Jake maurice namun nihil orang yang tadi menatapnya tak ada di kursi penonton hingga dirinya langsung berlari untuk menemukan sosok yang menatapnya dalam.
"Jake" Teriak Benjamin ketika melihatnya yang sudah berada di dalam mobil penumpang
"Permainan piano mu sangat indah Tuan!"
Benjamin menatap wanita yang berada di sampingnya dan memberikan sebuket bunga untuknya.
"Saya tidak pernah mendengar alunan piano yang sangat menyayat hati seperti tadi. Terimakasih sudah memainkan alunan piano yang begitu merdu" Ucap wanita tersebut dengan tersenyum lalu berlalu pergi dengan masuk kedalam mobil dan duduk di sebelah Jake yang bahkan tak pernah melirik dirinya.
Benjamin bisa melihat wanita tadi menggenggam tangan Jake dan mobil itu pun melaju melewati dirinya yang masih terdiam. Ternyata Cintanya tak pernah di takdirkan untuk sosok yang sangat dicintainya.
"Dia masih mencintaimu"
Benjamin masih terdiam tanpa memedulikan ucapan william padanya. Jika Jake masih mencintainya dia tidak mungkin menikahi wanita tersebut dan menghindari dirinya.
"Kecelakaan itu membuat kakinya lumpuh Ben!"
Benjamin terkejut hingga bunga yang berada di genggamannya terjatuh begitu saja. dirinya menatap William meminta penjelasan atas apa yang diucapkannya.
"Benar! Dia bukan tidak ingin menemuimu namun dirinya tidak ingin kau melihat kondisinya yang sangat mengenaskan"
William menepuk bahu Benjamin "Jika kau ingin menemuinya maka aku akan mengantarkanmu sekarang"
Benjamin masih terdiam tanpa suara bahkan tatapannya kosong. bahkan sekarang saat dirinya melihat bagaimana Jake yang dibantu untuk terduduk di kursi rodanya dirinya masih diam.
Benjamin keluar dengan mata yang sudah memerah "Jake" Lirihnya
Jake menoleh dan matanya melebar saat netranya menatap netra benjamin yang sudah siap menumpahkan air matanya. Benjamin berlari dan langsung berlutut dan memeluk kedua paha Jake. dirinya menangis andaikan saja dirinya bisa menerima pernikahan Jake dengan lapang dada mungkin saja kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi.
Benjamin menumpahkan air matanya pada paha Jake yang juga tidak bisa membendung air matanya. Ini yang tidak di inginkannya melihat kerapuhan benjamin karena merasa bahwa semua ini salahnya. Jake memeluk kepala Benjamin yang masih menenggelamkan kepalanya di paha Jake.
Mereka menentang norma yang diciptakan tuhan bahkan setelah mereka mendapatkan karmanya cinta mereka tak pernah pudar dalam hati keduanya.
Suara isak pilu dari kedua belah bibir keduanya mengundang siapa saja yang mendengarnya tak dapat menahan air matanya. Mengapa takdir begitu kejam pada keduanya. Apakah ini hukuman atas dosa yang telah mereka lakukan? Salahkah jika kita Benjamin sangat mencintai sosok Jake maurice yang sama dengannya?
Benjamin tak ingin melepaskan sosok Jake maurice namun kedua orang tua Jake yang mengetahui bahwa anaknya menyimpang membuat mereka menjodohkan Jake dengan Hannah Tapi mereka tak pernah berfikir bahwa yang akan terluka bukan hanya Benjamin dan Jake tetapi Hannah yang tidak bisa mendapatkan cinta Jake.
Hannah menangis melihat keduanya dia tahu bahwa Cinta suaminya hanya untuk Benjamin. kecelakaan yang membuat Jake tidak bisa berjalan tidak membuat pernikahan keduanya batal ataupun di tunda kedua orang tua Jake tetap meresmikan acara pernikahan.
Walaupun Jake selalu mengatakan bahwa dirinya tidak mengingat Benjamin aldric namun matanya berkata lain. Mata itu selalu memancarkan Renjana, matanya selalu memancarkan sebuah asa agar seseorang menemuinya dan membawanya pergi dari penderitaan dirinya.
Akhirnya Hannah bisa melihat sekarang mata itu menumpahkan Renjana dan asanya dalam sebuah pelukan hangat namun pilu. Tapi Hannah yakin bahwa cinta keduanya yang mempersatukan mereka kembali.
____________
Jika mencintaimu aku menderita maka aku akan memilih penderitaan itu~Jake Maurice~
1851
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA (Keabadian Cinta)
Fanfiction{End} cinta ini selaksa pada orang yang menyukai semesta