BAB 6: SELAMAT DATANG

69 9 1
                                    

Selamat membaca

Jangan lupa vote dan komen

6. SELAMAT DATANG

“Terkadang yang datang tanpa alasan, pada akhirnya hanya memberi luka.”

°°°

Di hari Minggu biasanya remaja-remaja rebahan suka menghabiskan waktu mereka di atas kasur empuk. Menonton drama, membaca novel atau sekedar mendengar musik menggunakan earphone. Begitu pun dengan gadis berkepang satu. Bahkan ia sudah meng-list judul-judul drama yang akan ditontonnya hari ini. Sayangnya semua gagal sebab kedatangan Gea yang tiba-tiba sudah berada di depan rumahnya.

“Lo ngapain sih ke rumah gue pagi-pagi?” tanya Adhira. Sungguh kedatangan Gea mengganggu ketenangan paginya.

“Astaga, Ra, kamu enggak liat aku udah siap gini? Ya, mau joging lah!” Gadis yang terbiasa mengenakan kacamata itu tengah melakukan pemanasan ala-ala di depan rumah Adhira. Tubuhnya terlihat seksi mengenakan baju olahraga khusus dengan legging. Rambutnya dikuncir satu, ditambah sedikit poni di sisi kanan dan kiri.

“Terus ngapain ke sini?” Adhira masih tidak mood. Sedari awal ia bertatap wajah dengan Gea, tidak ada senyum yang terlihat.

Gea menghentikan pemanasannya. Wajahnya cengar-cengir lalu beralih ke samping Adhira. Pelan-pelan tangannya bergerak menggandeng tangan Adhira. “Temenin gue joging, ya? Ya, ya, ya, ayolah! Please, mau, ya, Ra?” tanyanya memastikan.

“Engg—“

“Yeah asik jogging bareng,” potong Gea yang segera menarik Adhira masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu hanya menghela napasnya, pasrah ketika Gea menariknya masuk ke dalam kamar.

Terpaksa dengan berat hati, Adhira mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga. Rambutnya masih terkepang rapi, hanya saja ia menambah pita berwarna merah jambu.

“Cantik banget,” puji Gea saat pintu kamar gadis itu terbuka.

“Makasih, Gea,” balasnya seraya tersenyum malu.

Kemudian, Gea menggandeng tangan Adhira. Keduanya mulai menuruni satu persatu anak tangga. “Pantas aja Harvez suka, orang cantik gini,” ucap Gea. Adhira menoleh tidak setuju dengan ucapan sahabatnya barusan.

“Enggak ada suka-suka,” balas Adhira.

“Masa?”

“Enggak ada!”

“Harvez enggak mungkin mukulin anak-anak Elasga kalo enggak suka sama kamu,” ungkap Gea dan jujur Adhira baru mengetahui fakta ini.

“M-maksud lo?”

Gea menghela napasnya. “Danu cerita sama aku kalo kemarin malam kamu pulang sendiri dan malah nyasar ke kumpulan anak Elasga. Harvez pikir kamu di apa-apain sama mereka dan terjadilah perkelahian antara mereka,” jelas Gea.

Jadi luka itu karena ini, Batin Adhira.

“Wajar sih, orang dia nyuruh gue pulang sendiri,” sungut Adhira. Sampai kapanpun ia tidak akan melupakan kejadian malam itu. Bentakan, tatapan mengerikan itu masih melekat kuat.

“Jangan bahas-bahas Harvez sama gue lagi, Ge, gue enggak suka,” pungkasnya. Lalu berjalan mendahului Gea.

“Tungguin, Ra!”

“Eh serius kamu—“

Adhira berbalik. Matanya melotot membuat Gea berhenti berbicara. “Masih mau hidup?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STAY IN 2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang