"Hufftt... Akhirnya pulang juga dari kampus. Capek banget ospek hari pertama tadi."
Solar membuka kedua matanya yang terasa berat. Kini, rasanya lebih tenang karena tak lagi terganggu oleh ramainya suara orang lain.
Tiba-tiba, sesosok wanita berdiri di hadapannya. Ia berambut pendek, memakai jaket hitam dan kaus putih yang bernoda darah— siapa lagi kalau bukan Cynthia.
"Hah! Hah! Mau apa lu datang lagi kesini!" jerit Solar dengan perasaan yang tak menentu.
Cynthia tersenyum tipis. "Maaf, tapi gua lagi butuh saat ini."
Cynthia menarik dagu Solar hingga sangat dekat dengan wajahnya— hanya berjarak beberapa inci. Jantung Solar berdegup cepat, pria mana yang tak gelisah jika didekati hantu secantik Cynthia?
Cynthia menjulurkan lidahnya pada leher Solar, lalu menggigitnya secara perlahan. Darah Solar keluar sedikit demi sedikit, dan Cynthia meminumnya dengan semangat, seolah dirinya benar-benar kehausan.
Beberapa menit kemudian, Cynthia mendorong Solar begitu saja keatas ranjangnya. Wajah Solar sudah tampak lemas dan pucat.
"Gua vampir, Sol. Gua harus minum darah. Dan kebetulan sekali, gua lagi marah sama lu karena nggak nyelametin gua, jadi lu yang kena imbasnya."
Solar mengerang kesakitan. "Aaarrrrggghhh... Lu jahat, Cyn."
Cynthia terkekeh pelan. "Lu lebih jahat, Sol. Apalagi Andrew dan Diana." gumamnya.
"Shit! Tapi bener." Solar memaki dirinya sendiri dalam hati.
Tiba-tiba, Cynthia kembali menghilang. Namun, Solar sudah tak ambil pusing lagi soal masalah itu, yang ia pikirkan hanyalah bagaimana cara mengatasi pasangan hama di kost-an ini.
"Mungkin, gua harus hubungi Bang Hali? Bang Hali, 'kan, anak pertama, harusnya lebih berpengalaman soal kehidupan." Solar berusaha mencari solusi dari masalah ini dengan bantuan orang lain.
Tak butuh waktu lama, teleponnya diangkat oleh Hali. "Ya, kenapa?" Seperti biasa, suara itu terdengar garang dan malas menanggapi obrolan.
“Gini, Bang. Lu harus bantu gua, supaya kita semua selamat dari Andrew dan Diana." lirih Solar, takut ucapannya tak dipercaya.
"Lu ngomong apa, sih? Jelas-jelas mereka semua tuh pada baik-baik, mau nyambut kita segala lagi. Jangan ngomong yang aneh-aneh, gua nggak suka." jawab Hali dengan nada dingin.
Solar menghela nafas, ternyata ini tak semudah perkiraannya. "Gua serius, Bang. Mereka itu—"
Tut! Telepon dimatikan secara sepihak oleh Hali. Solar sudah menduga, Hali takkan mau hidupnya dilibatkan dengan masalah yang rumit.
"Oke, gua nggak boleh nyerah. Coba gua hubungi Bang Taufan." Solar masih berusaha menyemangati diri sendiri agar tidak berkecil hati.
"Halo, Sol? Ada apa?" Tak butuh waktu lama, Taufan mengangkat telepon darinya. Solar tersenyum lega, berharap untuk kali ini ia takkan kecewa.
"Bang, gua butuh bantuan lu. Kita harus waspada sama Andrew dan Diana." ujar Solar.
"Emangnya ada apa sama mereka?" Taufan bertanya dengan penuh rasa penasaran.
"Semalem, gua lihat mereka aniaya Cynthia. Sepertinya persahabatan mereka sedang ada masalah besar. Tapi, lu sadar, 'kan, kalau tadi Cynthia nggak datang ke kampus?"
Solar berusaha mengatur nafasnya agar kembali normal. Jantungnya berdegup kencang, berharap Taufan mau membantunya untuk masalah ini.
"Iya, padahal ini ospek hari pertama, lho. Bisa-bisanya dia nggak datang. Harusnya maba itu antusias, 'kan, kalau hari pertama di kampus." timpal Taufan. "Eh, tapi, apa ada hubungannya sama mereka berdua?"
Solar menghela nafas. "Iya. Makanya, gua ingetin, kita harus waspada sama dua anak itu."
Solar menjeda pembicaraan selama beberapa saat, lalu kembali bersuara. "Gua mau cerita sesuatu, tapi takutnya lu enggak percaya."
"Cerita aja. Terlepas dari cerita itu masuk akal atau nggak— gua bakal dengerin lu." Taufan berusaha meyakinkan Solar.
Solar memantapkan hatinya untuk menjelaskan setiap kejadian yang telah ia saksikan. "Tadi, sepulang salat Subuh berjamaah di masjid, gua lihat ada sebungkus kantong plastik hitam yang ukurannya lumayan gede di depan kamar Andrew. Baunya nyengat banget di hidung."
"Dan, gua sebagai orang yang gampang penasaran sama hal-hal misterius kayak gitu, akhirnya ngecek tanpa buka ikatan kantong plastiknya. Didalamnya ada bagian-bagian tubuh Cynthia yang udah terpotong dan berlumuran darah."
Mulut Taufan ternganga lebar mendengarnya. "SERIUS LU?! Jadi, Cynthia sebenarnya bukan bolos, tapi..." Taufan tak sanggup melanjutkan perkataannya karena benar-benar shock dengan berita yang didengarnya barusan.
"— Ya, dia meninggal." lirih Solar yang hampir saja meneteskan air matanya. Ia benar-benar menyesal karena membiarkan nyawa Cynthia dihabisi oleh dua sosok psikopat itu.
Taufan diam sesaat. Ia benar-benar shock dengan kabar ini. Sedikit tak percaya, tapi ia sadar bahwa memang banyak orang jahat yang pandai berpura-pura.
"Apa yang bisa gua bantu, Sol?" tanyanya menawarkan bantuan. Solar menyeka air matanya yang bercucuran, lalu memikirkan sejenak solusinya.
"Arwah Cynthia gentayangan, Bang. Dia ganggu gua terus. Dia minta gua lakukan sesuatu supaya kasus ini terungkap dan semua orang jadi lebih berhati-hati sama mereka berdua."
Solar akhirnya menceritakan semuanya pada Taufan, mulai dari ia membuka perlahan pintu kamarnya untuk mengintip, hingga pintu itu kembali tertutup tadi malam. Perasaan Taufan campur-aduk, antara kecewa, marah, berduka, semuanya menjadi satu.
"Oke, itu bukan murni kesalahan lu. Mereka bertengkar karena Andrew dan Diana melakukan kenakalan remaja, jadi kita harus selidiki dulu itu benar atau tidak, kita kumpulkan buktinya dulu, lalu ungkap secara perlahan-lahan." Setelah mendengar penjelasan Solar yang panjang lebar, Taufan akhirnya bersuara.
Solar menggigit bibir bawahnya, takut rencana mereka akan gagal. "Yakin lu bang? Kita selidiki dari mana?" lirih Solar.
"Ada deh. Pokoknya, nanti kita diskusikan, dan ikuti apa instruksi gua."
Bersambung.....
.
.
.
.
.Gomen lama ga up, authornya sibuk. Pas free malah sakit dan kecelakaan. Maaf ya guyssss 🤗🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Kost Abah Agus: BoEl [OG]
Mystery / ThrillerSekantong plastik hitam yang berbau busuk? Darah tercecer dimana-mana? Pisau yang tergeletak sembarangan? Suka keluar larut malam? Semua berawal dari kost-an yang lumayan murah tapi fasilitasnya lengkap, pemiliknya juga ramah, ya kost-an siapa lagi...