rasa sakit

148 15 3
                                    

Pagi berganti menjadi siang, siang berganti menjadi sore dan sore berganti menjadi malam, terlihat rumah yang lumayan besar di kelilingi sorotan lampu yang menyala di sekitarnya malam yang dingin bulan yang terang benderang bintang yang bertebaran di langit langit sangat memanjakan mata begitu dengan sosok pemuda yang duduk di teras rumah nya mendongak ke atas menatap bulan dan bintang yang indah, malam hari itu adalah malam yang tenang untuk sebagian orang dan malam hari itu adalah tempat kesepian

Merasakan ketenangan di halaman rumah nya tak ada kebisingan selain di dalam rumah yang di huni oleh adik adiknya, menikmati suasana yang bisa menenangkan hati pemuda tersebut tak sadar ada seseorang yang tengah berdiri di samping nya

"Kak hali taufan dan ice belum pulang, aku sangat khwatir takut terjadi sesuatu pada mereka" Lirih nya pelan pemuda yang tengah asik memandang bulan dan bintang kini teralih pada sosok yang berbicara padanya

"Seperti yang aku katakan tadi, aku sudah ceritakan padamu kan tapi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 18:36 mereka tak pulang juga" Jelas gempa pada halilintar sang kakak

"Kak gempa ice belum pulang juga? " Teriak blaze dari dalam rumah lalu ia keluar menampakkan dirinya gempa dan blaze saling tukar pandang sebentar, lalu menatap halilintar kembali secara bersamaan, halilintar melihat kedua adiknya dengan tatapan agak sedikit tajam namun tak bermaksud ia marah, halilintar menghela nafas nya perlahan

"Aku akan mencari nya" Jawab halilintar lalu ia berdiri membuka garasi dan mengeluarkan mobil milik nya

"Kak hali, blaze ikut ya" Tak ada jawaban dari sulung namun hanya ada anggukan kecil yang ia dapatkan

"Kak gempa blaze sama kak hali pergi dulu ya"

"Baiklah, hati hati dijalan ya kalau ada sesuatu jangan lupa hubungi kakak" Minta gempa lalu mengelus surai lembut milik blaze

"Oke kak, blaze pergi dulu" Mobil yang mereka naikin kini sudah berjalan jauh, gempa pun kembali masuk kedalam rumah nya

Sementara itu....

BUGH..

Sebuah balok besar menghantam kuat di kepala ice

"AKH... sial" Cairan  merah mengalir dari bagian kepalanya menghiasi wajah milik nya, ice agak sempoyongan karena mendapatkan pukulan yang sangat kuat membuat ia pusing

"Segini doang tenaga lo? " Ucap preman itu

"Ayo keluarin lagi dong lemah banget lo" Tambah nya dengan gaya sombong karena telah membuat ice kewalahan

"Bajingan, lo main pakai senjata"

Sontak preman itu tertawa terbahak bahak menertawakan ice, sedangkan ice ia terduduk karena kepala nya yang amat sakit dan pusing, kemudian pria besar itu mengangkat balok nya tinggi tinggi untuk memukul kedua kalinya, ice tak bisa berdiri ia menatap ke atas di mana pria besar itu akan memukul nya lagi pupil mata ice mengecil, belum sempat mendaratkan balok itu taufan segera memukul pria itu dengan kayu besar.

BUGH..

"AHK.. BOCAH SIALAN JANGAN IKUT CAMPUR" marah pria itu yang sudah jatuh tersungkur akibat ulah taufan, ice tampak kaget apa yang sudah di buat taufan ia segera berdiri dan menghantam pria itu namun tak selancar apa yang di bayangkan taufan di seret oleh ketiga orang dari mereka

"Anj*ng lepasin kak taufan" Kesal ice Yang sudah di tahan oleh kedua pria tersebut

"Kak taufan? Ohh jadi ini kakak lo ya" Ucap preman itu dengan nada yang meledek lalu tertawa

"Lepasin" Berontak taufan namun kalah karena ia di tahan oleh tiga orang tenaganya sendiri tak akan cukup melawan nya

"Dengar kita bakalan berhenti pukul lo, asal salah satu dari kalian ada yang mati" Jelas bos preman itu

AKU DIANGGAP APA? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang