Dua hari yang lalu...
"Ah, sepertinya benar-benar akan turun hujan."
Seorang laki-laki bermata biru mendongak, merasakan tetesan kecil air hujan jatuh di pucuk hidungnya. Payung yang ia pegang dibuka guna menghindari lebih banyak air yang menyentuhnya.
"Untung aku mengikuti kata-kata Inupi untuk membawa payung."
Bibirnya membentuk senyuman, mata birunya yang cantik terlihat bersinar. Dia mulai melangkah sembari sesekali bersenandung.
Sekelompok orang berpakaian rapi tak jauh darinya membuat dia penasaran. Memiringkan kepalanya, senyuman si mata biru semakin lebar. Sebuah benda jatuh dari saku seorang laki-laki bersurai putih undercut. Dia berlari kecil, mengambil benda yang jatuh itu- yang ternyata sebuah dorayaki.
"Tuan, kau menjatuhkan makananmu."
Sekelompok orang di depannya berbalik. Masing-masing terkejut melihat siapa yang baru saja berbicara, terutama laki-laki berambut putih dengan tato hanfuda di tengkuk.
Laki-laki dengan rambut merah muda di sampingnya menodongkan pistol ke kepala si mata biru. "Beraninya kau mengganggu kami!"
Si mata biru masih tersenyum. Dia memiringkan kepalanya, sama sekali tidak memperlihatkan rasa takut atau semacamnya.
"Aku hanya ingin memberikan ini." Dia menyodorkan sebungkus dorayaki yang tadi terjatuh pada sosok berambut putih di depannya. "Kau menjatuhkannya."
Laki-laki kurus di depannya sedikit mengerutkan kening, lalu menatap si mata biru dengan tajam. Laki-laki bersurai merah muda semakin menekan pastol di kepalanya.
"Pergilah, Hanagaki!" titahnya.
Si mata biru-Hanagaki Takemichi- mencebikkan bibirnya kesal. "Kalau tidak mau ya sudah," gumamnya.
Dia berbalik untuk pergi dari sana. Akan tetapi, sosok bersurai putih yang sejak tadi diam kini berbicara.
"Berhenti disana, Takemitchy!"
Langkahnya terhenti. Takemichi menunduk guna menyembunyikan senyum tipis di bibirnya saat langkah kaki mulai terdengar. Takemichi mendongak, menatap sosok di depannya saat dorayaki di tangannya diambil.
"Lama tidak bertemu, Mikey."
Sano Manjiro, Mikey sedikit tertegun melihat senyuman Takemichi. Sesuatu yang sudah lama tidak dia lihat, sesuatu yang sebenarnya dia rindukan.
Berusaha tetap acuh, Mikey memandangnya tajam. Suaranya terdengar dingin, seperti bukan Mikey yang pernah merajuk hanya karena tidak ada bendera di makannya.
"Apa yang kau lakukan disini, Takemitchy?"
"Hm? Aku? Aku hanya jalan-jalan." Takemichi tersenyum lebar.
"Kau tidak terlihat baik. Apa kau tidak tidur dengan benar? Kau harus menjaga kesehatanmu."
"Jaga mulutmu, Hanagaki!"
Lagi, sebuah pistol menekan bagian belakang kepalanya. Takemichi masih tersenyum, sama sekali tak terganggu dengan hal itu- yang mana membuat Mikey sedikit terkejut.
"Mundur, Sanzu!"
Sanzu Haruchiyo berdecak kesal sebelum akhirnya mundur seperti yang diperintah oleh Rajanya.
"Anak buahmu sedikit kurang sopan," komentar Takemichi. Orang-orang di belakang mentapnya tajam, marah atas apa yang diucapkan tadi.
"Bukan urusanmu!" Mikey menjawab dingin.
"Yah, aku tahu. Aku juga tidak peduli sebenarnya." Takemichi terkekeh kecil.
Tiba-tiba, sebuah motor berwarna putih berhenti di tepat di sebelah Mikey dan Takemichi. Sosok di atas motor melepas helm-nya, memperlihatkan seseorang laki-laki cantik dengan surai pirang sebahu dan bekas luka bakar di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
Ação"Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggumu, Mikey. Aku akan selalu melindungimu, bahkan jika itu artinya aku harus ikut tenggelam bersamamu." -Hanagaki Takemichi . . Mikey menjauh dari semua orang, menjaga mereka dibalik bayang-bayang dengan...