Reuni

315 43 3
                                    

Mempertahankan kelompok mereka di dunia bawah jelas bukan sesuatu yang mudah, itulah yang Yamato rasakan. Kelompoknya bisa bertahan selama bertahun-tahun itu karena dia selalu menerapkan satu hal di kepalanya.

Jangan melampaui batas.

Yamato berusaha mendaki ke atas perlahan dengan membangun kepercayaan dari Bonten, tidak serakah untuk menginginkan terlalu banyak dan tidak melakukan sesuatu yang bisa membuat Sano Manjiro, pemimpin Bonten murka.

Itu jelas bukan sesuatu yang mudah. Apalagi saat Sano Manjiro adalah sosok yang kejam. Dia tidak akan segan menyingkirkan siapapun yang menurutnya tak berguna, dan juga siapapun yang berani melawannya.

Namun, sekarang dia bukan hanya harus mempertimbangkan Bonten, tetapi juga Yakuza lain.

Taisyakuten, begitu mereka menyebutnya. Sekelompok Yakuza baru yang berhasil mengguncang dunia bawah karena mereka yang dikatakan setara dengan Bonten. Walaupun mereka tidak sekejam Bonten, tetapi Yamato paham jika dia tidak bisa menyepelekan mereka. Baginya, lebih baik memiliki banyak teman daripada musuh.

Yamato mempertaruhkan keberuntungannya di pesta kali ini. Dia mencoba mengundang Taisyakuten karena ini adalah satu-satunya cara untuk melihat apakah dia bisa membangun hubungan yang 'bermanfaat' satu sama lain. Dia jelas tak berharap banyak, akan tetapi berita dari tangan kanannya yang mengatakan jika Taisyakuten datang membuatnya senang sekaligus takut. Apalagi saat dia mendengar jika pemimpin Taisyakuten juga datang.

"Apa dia benar-benar datang?"

Laki-laki berusia tiga puluh tahun itu berjalan cepat diikuti oleh tangan kanannya.

"Ya, pemimpin mereka dan juga eksekutif."

Yamato tidak bisa menahan senyuman lebarnya. Dia segera pergi ke tempat pesta dengan tergesa-gesa. Akan tetapi, saat sampai di depan pintu laki-laki itu mengerutkan keningnya bingung karena tak terdengar apapun dari dalam ruangan. Saat pintu dibuka, Yamato membelalakkan matanya kaget. Dia melihat seorang laki-laki dengan surai raven tengah bertatapan dengan Sano Manjiro, pemimpin Bonten.

Yamato bisa merasakan suasana tegang di ruangan itu, apalagi saat melihat wajah dingin Mikey. Dia bergegas menghampiri mereka, memasang senyum sopan.

"Pe-permisi, Sano-san. Maaf atas keterlambatan saya dalam menyambut kalian. Apa, apakah ada sesuatu yang terjadi?" Yamato membungkuk sedikit pada Mikey, lalu menatap Takemichi terkejut saat melihat tato di pergelangan tangannya.

"Ah! A-apakah Anda pemimpin Taisyakuten?" tanyanya sopan.

Takemichi tersenyum tipis, lalu duduk di kursi tanpamu memperdulikan Mikey yang terus menatapnya.

"Namaku Hanagaki Takemichi. Dan ya, aku pemimpin Taisyakuten."

Yamato sudah mempersiapkan dirinya sebelumnya, tapi bertemu langsung jelas pengalaman yang berbeda. "Ah, maaf karena saya tidak segera menyambut Anda, Hanagaki-san. Saya sudah menyiapkan meja untuk Anda dan yang lain."

"Tidak perlu repot-repot, Yamato-san. Aku masih ingin duduk di sini." Takemichi mengambil satu minuman di depannya, menyesap pelan.

"Masih ada banyak hal yang ingin kukatakan pada teman lama."

"Teman?" Yamato mengernyitkan dahinya bingung. Saat sadar, dia sedikit melirik keduanya dengan tatapan tak percaya. Namun, dia tetap menetralkan ekspresinya. Dia jelas takut menyinggung keduanya, apalagi melihat wajah dingin Mikey. Tetapi, jika disuruh jujur dia akan lebih memilih menyinggung Taisyakuten daripada Bonten. Karena bagaimanapun, sulit untuk mendapatkan kepercayaan Bonten, sedangkan Taisyakuten masihlah baru.

"Maaf, Hanagaki-san. Tapi tempatnya tidak bisa untuk kalian semua duduk. Bagaimana jika saya membawa Anda semua ke meja lain?"

"Kalau begitu bawa saja meja dan kursi lagi ke sini! Apa kau tidak bisa melakukan hal sekecil itu?" Taiju, yang sejak tadi diam kini ikut berbicara. Dia sangat benci membuang-buang waktunya untuk hal yang tidak berguna.

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang