Taisyakuten. Kelompok baru yang menggemparkan dunia bawah dalam waktu singkat.
Tidak ada yang tahu kapan tepatnya mereka terbentuk. Taisyakuten tiba-tiba muncul begitu saja dengan kekuatan yang tak bisa di remehkan.
Tidak ada yang tahu siapa yang menjabat sebagai pemimpin. Tidak ada yang tahu siapa saja eksekutif Taisyakuten. Orang-orang hanya mengenal mereka sebagai kelompoknya yang perlu diwaspadai.
Kabarnya, Taisyakuten itu hampir seperti Bonten, namun mereka tidak sekejam Bonten. Tato bergambar jam pasir berwarna biru menjadi identitas mereka, lebih tepatnya untuk pemimpin dan para eksekutif. Sementara itu, anggota biasa mempunyai tato dengan gambar semanggi berdaun empat.
Dua tahun lalu, mereka mulai memunculkan diri. Akan tetapi, hanya anggota biasa yang terlihat. Tidak sampai tiga bulan yang lalu mereka terlihat semakin aktif. Kabar tentang pemimpin Taisyakuten beserta eksekutif yang akan muncul di sebuah pesta membuat heboh dunia bawah. Banyak orang yang menantikan hal itu, ingin melihat apakah kelompok baru itu harus mereka jadikan kawan atau lawan.
Di sebuah kamar mewah, Takemichi memandangi pantulan dirinya di cermin dengan puas. Di mengenakan kaus turtleneck berwarna biru dan juga kemeja hitam yang kemudian dibalut dengan jas hitam. Pekerjaan Mitsuya memang selalu luar biasa.
Takemichi menyentuh tato di lengannya, tato bergambar jam pasir berwarna biru. Dia memilihnya agar dia selalu ingat tentang semua lompatan waktu yang dia lakukan. Semua perjuangannya, kematian semua orang, juga masa depan yang tak pernah baik.
Takemichi tahu apa yang dia pilih kali ini tidak benar, tetapi dia juga tak punya pilihan. Sebanyak apapun dia merubah masa lalu, masa depan akan selalu sama. Mikey juga selalu sama, pergi menjauh dari semua orang.
"Saatnya pergi, Takemichi."
Takemichi tersadar dari lamunannya. Dia menatap sosok yang tengah bersandar di pintu, lalu tersenyum tipis. "Sebentar, Chifuyu."
Chifuyu mengangguk singkat. Takemichi mengambil jam tangan berwarna biru di atas meja, merapikan pakaiannya sedikit lalu berjalan keluar dari kamar.
"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tempatnya?" tanya Takemichi saat keduanya sudah berjalan berdampingan.
"Sekitar tiga puluh menit," Chifuyu menoleh untuk menatap bosnya. "Kau membawa senjatamu, kan?"
"Jangan khawatir, aku membawanya." Takemichi mengangkat bagian belakang jasnya sedikit, memperlihatkan sebuah pistol di sana. Chifuyu mengangguk puas, membiarkan Takemichi keluar dari lift terlebih dahulu sebelum dia mengikutinya.
Di halaman rumah mewah itu, tiga mobil hitam sudah terparkir rapi. Inupi membukakan pintu mobil, membiarkan Takemichi masuk ke kursi belakang sementara dia dan Chifuyu akan di depan dengan Inupi yang menyetir. Draken bersama Kazutora dan si kembar Kawata dalam satu mobil, sementara mobil terakhir diisi oleh Taiju dan Mitsuya. Pintu gerbang segera dibuka dan tiga mobil itu mulai melaju satu persatu.
Takemichi mengalihkan pandangannya dari kaca jendela, menatap jam tangan pintarnya yang berkedip biru dan segera menekan tombol di samping.
[Mereka baru saja sampai di sana, Bos.]
Suara Yamaghisi terdengar dari jam itu. Takemichi kembali menatap pemandangan di luar jendela, mengetuk pelan pintu mobil sebelum akhirnya berbicara.
"Kurangi kecepatan, Inupi. Perlambat sedikit kedatangan kita."
Inupi mengangguk paham sementara Chifuyu mulai memberitahu yang lain. Mereka baru sampai di pelabuhan setelah empat puluh menit perjalanan, hanya tinggal sepuluh menit lagi sebelum kapal pesiar berlayar.
Tiga orang penjaga berbadan kekar menatap Takemichi dan yang lain dengan pandangan bingung. Salah satu dari mereka berbisik.
"Hei, siapa mereka? Bukankah ini sedikit terlambat? Kapal sudah akan pergi."
"Diamlah! Kita akan tahu saat mereka kemari." Rekannya menyenggol pelan agar dia berhenti bicara.
Takemichi berada di depan dengan Inupi, Chifuyu dan juga Draken disampingnya sementara yang lain mengikuti di belakang.
"Selamat malam, Tuan. Undangannya?"
Takemichi menyerahkan sebuah undangan berwarna hitam kepada salah satu penjaga diikuti yang lain. Tiga penjaga itu menatap kaget karena undangan di tangannya jelas-jelas undang untuk tamu VIP.
Takemichi menarik salah satu sudut bibirnya. "Apa ada yang salah?"
Penjaga itu tersentak kaget dan segera meminta maaf. "Ti-tidak, Tuan. Maaf, atas nama siapa?"
Takemichi- yang jasnya hanya disampirkan di bahu- sengaja menarik lengan kemejanya sampai siku, memperlihatkan tato miliknya.
"Taisyakuten."
Ketiganya jelas sangat terkejut. Mereka tidak menyangka jika Taisyakuten benar-benar datang. Mereka saling memandang lalu segera membungkuk hormat.
"Ma-maaf atas kelancangan saya, Tuan. Anda bisa langsung masuk. Tapi, akan ada petugas yang mengecek Anda semua. Saya harap Anda tidak keberatan."
"Bukan masalah. Lagipula, ini pesta besar. Keamanan harus diutamakan." Takemichi tersenyum tipis.
Salah satu penjaga yang berada di belakang langsung menginfokan kedatangan Taisyakuten ke seluruh staf maupun penjaga, mengingatkan mereka agar tidak menyinggung tamu istimewa ini.
Takemichi dan yang lain diarahkan ke kapal, melakukan beberapa body check sebelum akhirnya dibiarkan masuk. Tidak ada satupun yang membahas senjata yang mereka bawa karena bagaimanapun yang datang ke pesta ini bukan orang biasa.
Tiga penjaga tadi kembali ke tempat mereka sementara Taisyakuten diarahkan oleh salah satu staf kapal. Mereka sampai di depan pintu besar berwarna putih dengan dua penjaga di pintu yang mana adalah ballroom tempat pesta diadakan. Staf yang mengantar segera undur diri setelah pekerjaannya selesai, mempersilahkan mereka masuk.
"Kau baik-baik saja, Takemichi?" Chifuyu memandang khawatir saat melihat Takemichi yang menatap kosong ke depan. Tangannya terangkat untuk menghentikan penjaga yang akan membukakan pintu untuk mereka.
Inupi dan Draken sigap berdiri di depannya untuk menutupi Takemichi sementara Chifuyu dan Kazutora di sampingnya dan Taiju, Mitsuya, serta si kembar Kawata di belakang.
Takemichi menutup matanya lalu menarik nafas pelan. Sejak perjalanan waktu terakhirnya, terkadang dia merasa ketakutan dan juga tidak nyaman. Kematian demi kematian yang terjadi sering menghantuinya di malam hari sehingga dia terkadang harus mengonsumsi obat tidur agar bisa beristirahat.
Setelah beberapa saat, Takemichi kembali membuka matanya. Dia merapikan jasnya sedikit sebelum berbicara. "Ayo masuk."
Yang lain masih khawatir, namun mereka tetap mematuhi perkataannya. Dua penjaga tadi langsung membukakan pintu untuk mereka setelah diberi kode oleh Inupi. Mereka masuk perlahan dengan Takemichi yang berada di tengah-tengah.
Takemichi menatap sekeliling saat ruangan itu tiba-tiba hening karena kedatangannya. Dia bisa mendengar semua orang berbisik membicarakan Taisyakuten. Mengabaikan mereka, mata biru Takemichi menatap kesana kemari untuk mencari seseorang. Saat pandangannya bertemu dengan sepasang obsidian hitam, Takemichi lantas tersenyum tipis.
Takemichi berjalan pelan diikuti yang lain menuju sekumpulan orang yang terlihat mencolok. Dia terus menatap sosok laki-laki bersurai putih di salah satu meja. Beberapa orang yang tadinya duduk di sekitar si rambut putih segera bangun dan menatap Takemichi waspada.
Mengabaikan tatapan penasaran orang lain, Takemichi meletakkan kedua tangannya di atas meja dan tersenyum pada si surai putih. "Senang bertemu denganmu lagi, Mikey."
Takemichi bisa melihat kilatan keterkejutan dari mata hitam Sano Manjiro. Mikey menatap tajam pada Takemichi dan berujar dingin.
"Apa yang sedang kau lakukan, Takemitchy?"
.
.
.
Tbc..
8 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
Aksi"Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggumu, Mikey. Aku akan selalu melindungimu, bahkan jika itu artinya aku harus ikut tenggelam bersamamu." -Hanagaki Takemichi . . Mikey menjauh dari semua orang, menjaga mereka dibalik bayang-bayang dengan...