Nadhif tentu sudah tahu apa yang akan terjadi sesaat setelah dirinya meminta Leia untuk menemui kakaknya yang berbaring tak berdaya di rumah sakit.
Gavriel.
Laki-laki itu akan selalu tahu dimana keberadaan mantan istrinya. Sejak dulu juga begitu.
Nadhif sudah bersiap diri. Menyiapkan dirinya untuk bertemu dengan Gavriel yang tak mungkin dalam keadaan baik-baik saja saat tahu Leia bersama dirinya.
"Gavriel mungkin nanti kesini. If he's here, call me"
Itulah yang dikatakan oleh Leia sebelum masuk ruang inap Mbak Dian. Dari cara Leia bicara, Nadhif tahu Leia sedikit banyak khawatir pertemuan Gavriel dengan dirinya mungkin akan sedikit....
Berisik.
"Agak lama juga lo ya datengnya"
Sambutan itu dilemparkan oleh Nadhif saat Gavriel datang dengan wajah keras juga tatapan ingin dinginnya. Seakan-akan tatapannya bisa menguliti Nadhif.
"Leia. Where is she? Udah sore, dia harus pula-"
"Di dalem. Dan gue bisa nganter dia balik. You don't need to worry"
Perkataan Nadhif mengenai dirinya yang tak perlu khawatir itu rasanya sangat persis seperti perkataan Nina beberapa saat yang lalu saat Gavriel mempertanyakan keberadaan Leia.
"Leia said you don't need to worry"
Muak banget rasanya Gavriel dengerin itu. Enggak, Gavriel bukannya khawatir sama keadaan Leia kalau lagi sama Nadhif.
Bukan kata khawatir yang tepat.
Yang tepat adalah dia gak suka. Dia benci kalau Leia berada dalam jarak yang dekat sama Nadhif.
"Lo kayaknya pede banget ya gue lihat-lihat. Worry? Ya enggak lah. Gue tahu se-capable apa Leia bisa menjaga dirinya dari hal buruk. Gue cuman gak suka ngelihat Leia dekat sama sampah kayak lo-"
"Shut your fucking mouth-"
"For the sake of God! You guys stop bickering!"
Belum juga sahut-sahutan emosi dimulai, Leia udah keluar duluan. Matanya agak merah gara-gara tadi nangis ngelihat keadaan Mbak Dian.
Dia dan Mbak Dian lumayan dekat. Jadinya melihat perempuan itu gak berdaya ngebuat Leia jadi sedih. Apalagi perempuan itu terlihat sangat berusaha berkomunikasi dengan Leia. Leia makin sedih akan hal itu.
Kedatangan Gavriel tuh udah pasti akan terjadi. Bukan hanya Nadhif yang bisa mengira. Leia juga.
Leia sebenarnya masih agak bingung kenapa Gavriel tuh dendam kesumat sama Nadhif ya soalnya kalau dipikir-pikir Nadhif gak pernah ngapa-ngapain Gavriel.
Laki-laki itu selalu saja mengalah tapi tetep aja Gavriel merasa hal itu gak cukup.
Oke, hal itu nanti bisa Leia urus belakangan. Yang penting sekarang misahin dua laki-laki yang badannya mirip gapura kabupaten ini. Mungkin kalau Leia telat dikit udah beneran tonjok-tonjokan.
"Good, you're here. Ayo balik. Gue anterin lo dulu"kata Gavriel, kelihatan banget dia lega pas Leia akhirnya muncul.
Leia mengerinyitkan keningnya merasa agak janggal dengan ucapan Gavriel.
"Anterin gue dulu? Emang lo habis itu mau kemana?"
"...."
Gavriel gak menjawab tapi Leia bisa ngelihat jawaban Gavriel lagi berjalan mendekat ke arah mereka. Leia tertawa terus senyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Almost
FanfictionSemua ini dimulai dengan kalimat paling klise dan pasaran. Cinta bisa tumbuh dan muncul dimana dan kapan aja. Photos credits: Respected owner & pinterest