Bab 16. Veen-Ralee II

6 2 0
                                    

Kembali lagi di cerita Veen-Ralee.

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya. Vote dan komen dari kalian adalah apresiasi untukku.

Baca sampai selesai, ya.

**VEEN-RALEE**

Matahari mulai terbenam di ufuk barat. Bintang mulai bermunculan. Senja yang mulai hilang ditelan malam. Bulan datang dengan setengah utuh. Sehingga malam sedikit gelap, tidak terlalu terang. Namun, begitu indah. Angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuh.

Meski langit malam ini begitu indah. Akan tetapi, suasana seorang gadis kali ini tengah dalam perasaan kesal. Setelah kemarin diberi penegasan oleh sang ratu, Saralee segera pergi ke kamarnya. Ia berdiam diri hingga dua malam lamanya. Tidak lagi ke luar kamar. Saralee cukup kesal dengan pandangan keluarganya terhadap hubungan ia dan Parveen.

Saralee tahu bahwa Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Shammari telah bermusuhan selama ratusan tahun. Namun, tetap saja, itu urusan politik kerajaan. Mereka bermusuhan karena berebut tempat paling terbaik. Jika urusan percintaan, tidak perlu dikaitkan dengan politik mereka. Itu tidak adil untuk Saralee.

Sang putri kemudian berbaring di atas tempat tidurnya. Ia menopang kepalanya di atas kedua tangannya. Dengan kepala dimiringkan ke arah kiri, menghadap jendela kamarnya. Saralee menghela napas sejenak.

"Aku merindukan Veen. Kira-kira dia sedang apa, ya?" gumam Saralee dengan tersenyum.

Sejujurnya Saralee sedikit kesal pada Parveen. Apa dia menyerah begitu saja? Setelah dipisahkan oleh rencana Nashel untuk menyelamatkan mereka dari kematian. Parveen tidak mengabari apa pun lagi padanya. Saralee menjadi berpikir yang tidak-tidak. Apa Parveen menyerah, ya? Itu isi pikiran Saralee saat ini.

Saralee mendengkus kesal. Rasanya ia akan gila karena terus memikirkan Parveen. Belum tentu laki-laki itu memikirkannya juga. Netra hijau milik Saralee mencoba terpejam. Berusaha menghentikan pikirannya tentang Parveen.

Beberapa menit ia terpejam. Saralee tiba-tiba membuka matanya, ketika mendengar suara grasak-grusuk di luar kamarnya. Memang samping kamarnya itu tidak pernah dijaga penjaga kerajaan. Itu karena Saralee sengaja membuat samping kamarnya, di bawah balkon, menjadi tempat pribadinya untuk berenang ataupun berlatih senjata. Tidak ada jalan menuju ke tempat itu, kecuali melalui kamarnya. Di sisi tempat pribadi Saralee memang sengaja ditutupi benteng yang cukup tinggi.

Sehingga suara yang terdengar dari sana membuat Saralee terheran. Tidak mungkin ada hewan. Selama ini tidak pernah ada hewan menyasar ke tempat pribadinya itu. Orang-orang kerajaan pun tidak mungkin ada yang berani ke sana, lagian jalan masuknya melalui kamarnya. Tidak mungkin ada yang rela memanjat benteng kamarnya itu.

Saralee bangkit dari tidurnya. Suara seseorang melompat dari benteng terdengar jelas. Sang putri segera mengambil anak panah di atas lemarinya itu. Saralee mengendap-endap ke luar balkon kamarnya untuk melihat siapa penyusup tersebut.

Posisi tempat pribadinya itu, ketika keluar balkon kamar, ada tangga menuju tempat pribadi sang putri. Tangganya cukup melingkar. Sehingga jika ada seseorang di bawah sana tidak akan terlihat sebelum memasuki tangga paling atas. Jejak kaki orang itu semakin jelas menaiki tangga.

Saralee menatap tangga dengan waspada. Ia seraya mengarahkan ujung panah ke arah tangga. Bertujuan ketika penyusup itu datang, akan segera tertusuk panah miliknya. Netra hijaunya menatap tajam ke arah tangga, dengan telinga yang terus mendengarkan setiap langkah yang semakin dekat.

Anak panah itu terlepas ketika seseorang dengan penutup setengah wajah itu keluar dari tangga. "Penyusup!" hardik Saralee.

Sayangnya anak panah tersebut berhasil ditangkap orang yang dianggap penyusup itu. Saralee berdecak, kemudian bersiap menarik busur panah kembali. Namun, aksinya itu terhenti ketika mendengar suara yang Saralee kenali.

Veen-RaleeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang