Bab 17. Obrolan Malam

7 1 1
                                    

Kembali lagi di cerita Veen-Ralee.

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya. Vote dan komen dari kalian adalah apresiasi untukku.

Baca sampai selesai, ya.

**VEEN-RALEE**

"Bagaimana ini?" Saralee menatap Parveen dengan bingung. Jika membukakan pintu untuk Raynar, bisa-bisa keberadaan Parveen akan diketahui.

Parveen hanya tersenyum melihat ekspresi wajah Saralee yang panik. Sangat menggemaskan. Saralee justru mengernyitkan keningnya ketika Parveen hanya menampilkan senyum. Ia merenggut kesal.

"Veen," kesal Saralee.

Parveen mengalihkan pandangannya menatap pintu, kemudian mengangguk. Mengisyaratkan bahwa untuk Saralee membuka saja pintunya. Semua akan baik-baik saja. Saralee mengangguk. Ia berjalan menuju pintu. Kemudian sang putri terlebih dahulu mengembuskan napasnya sebelum membukakan pintu kamarnya.

"Ralee," panggil Raynar sekali lagi di luar kamar Saralee.

Pintu terbuka. "Ada kepentingan apa Kakak ke kamarku?" tanya Saralee langsung pada intinya.

Mata Raynar menelusuri dalam kamar Saralee. "Kau tengah berbicara dengan siapa?"

Raynar menatap kamar Saralee yang berantakan. Dua malam berdiam diri di kediamannya sendiri. Cukup membuat Saralee tidak merawat kamar miliknya sendiri. Tempat tidur yang berantakan. Bantal-bantalnya menjadi sebuah gundukan di atas tempat tidur. Raynar tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Saralee ikut menatap apa yang ditatap sang kakak. Ternyata gundukan tempat tidurnya. Saralee berharap, semoga Raynar tidak mengetahui di balik selimut itu bukan bantal miliknya, tetapi Parveen.

"Aku tengah mengungkapkan kekesalan saja. Tidak perlu khawatir. Keluarlah!" sahut Saralee. Takut Raynar semakin penasaran dan masuk ke dalam kamarnya.

"Kau tidak ingin keluar, Ralee? Aku mengkhawatirkanmu yang berdiam diri di kamarmu ini." Raynar kembali bertanya seraya membujuk adiknya yang tengah merajuk itu.

Saralee menggeleng. "Tidak, untuk apa kau khawatir? Kau saja tidak peduli padaku, Kak. Aku masih menginginkan waktuku. Jadi, kumohon padamu. Pergilah!" pintanya dengan wajah yang memohon.

Raynar menghela napas, kemudian ia mengangguk. "Baiklah, tapi jangan terlalu lama di dalam kamarmu. Semua orang khawatir." Saralee tidak menjawab ucapan Raynar. Sang pangeran mengerti dengan sikap adiknya. Tanpa mendengar jawaban Saralee, ia segera beranjak dari kamar Saralee.

Pintu kamar kembali Saralee tutup. Ia mengunci pintunya agar tidak ada yang bisa menerobos masuk. Parveen membuka selimut yang menutupinya itu. Keduanya tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mengelabui Raynar. Kemudian tertawa pelan karena merasa itu hal yang konyol.

"Untung saja kakakku tidak curiga." Saralee bersyukur Raynar tidak termasuk orang yang begitu penasaran. Sehingga tidak mengecek hingga detail.

Parveen mengerutkan keningnya. Sebelum kemudian ia tersenyum dan matanya mengisyaratkan untuk Saralee mendekat. Saralee yang melihat itu menaikkan kedua alisnya. Seolah bertanya maksud dari isyarat Parveen.

"Kenapa dengan matamu?" tanya Saralee dengan bingung.

Parveen menghela napas. Terkadang wanita yang sudah menjadi istrinya itu bersikap begitu polos. "Kemarilah. Apa kau tidak mengerti isyaratku?" Wajah Parveen begitu lucu di mata Saralee. Laki-laki itu seakan merajuk.

Saralee terkekeh. "Baiklah, aku mengerti." Kaki jenjangnya melangkah mendekati Parveen. Tangannya menerima uluran tangan sang pangeran. Saralee tersentak begitu Parveen menarik tangannya. Membuat ia yang tak siap jatuh ke dalam pelukan suaminya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Veen-RaleeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang