halloooww gaiizz aku mau ngucapin makasih, makasih banget sama orang yang udah ngikutin cerita akuuu dariii prolog sampe bab ini
love youuu all
WAJIB FOLLOW AND SHARE🤝
~~happy reading~~
Kini dua mobil berwarna hitam itu berhenti di salah satu taman luas yang berada di kota Jakarta, mereka mulai turun berbondong-bondong. Membawa beberapa barang dan makanan ringan untuk sarapan,
mulai dari tikar, keranjang berisi berbagai makanan bahkan boneka berukuran cukup besar, siapa lagi yang membawa kalau bukan Naya
"makasih ya, Gala udah bantuin bawain peang" ucap naya, membawa boneka Teddy tersebut ke pelukannya
Gala tersenyum menanggapi, mengusap surai hitam yang terikat menjadi dua
"what-?! peang?!" sahut Zidan, dari sekian banyaknya nama, mengapa harus menamai dengan peang?
"gaada yang lebih estetik gitu? plong? piong? poyong? pocong sekalian" sahut Emil,
"diem! gue sobek tuh mulut" sanggah Gala, ia tidak mau membuat mood perempuan kecilnya itu rusak, hanya karena teman-teman laknatnya.
"Gue sama temen-temen gue dulu ya cantik" ucap Zidan sedikit lesu, tangannya menaruh beberapa botol minum yang Cindy bawa
"iya, makasih udah dibantuin, ganteng" jawab Cindy tanpa melihat raut wajah pria disampingnya, segera ia meletakkan makanan-makanan tersebut, tak lupa dengan sahabat-sahabatnya.
"Murung mulu, napa?" kini para lelaki duduk bersantai disalah satu kursi yang memang berada di taman tersebut, sembari bersiap-siap menggunakan sepatu untuk lari nantinya,
"gara-gara peang?" sahut Gala, merotasi kan pandangan matanya kepada Zidan, karena pertanyaan dari Brayn tadi
"gak lah, gitu doang juga" jawab Zidan, masih sibuk dengan tali-temali di sepatu yang ia kenakan
"ya terus?" kini giliran Algar bertanya,
"biasanya Lo paling girang, apalagi ada tuh cewek, siapa sih namanya? gak mungkin dong Lo gak gercep buat nembak dia?" sahut Emil, Zidan memang begitu baru beberapa jam didekat beberapa jenis perempuan, tanpa pikir panjang ia langsung saja melontarkan kata-kata manisnya, pastinya bukan dari hati
"ditolak" jawab Zidan akhirnya
Hening, keadaan tersebut menjadi tak ada yang membuka suara, sibuk dengan pikiran masing-masing, mencerna ucapan dari salah satu temannya itu.
Sekarang, suara tawa itu kecuali Zidan pastinya, ia bertambah masam dengan respon teman-temannya
"mana Zidan yang katanya, gak akan ada cewek yang nolak?" sahut Emil ditengah-tengah tawanya.
Rumput yang kering, sekarang tertutupi oleh dua tikar gulung yang dibawa oleh Lify dan Naya, nampak lucu dengan beberapa piring berisik berbagai makanan dan minuman, mulai dari roti, selai, kripik kentang, kaleng-kalengan dan beberapa camilan lainya.
"ck! berisik, minimal bantuin kek" gerutu Zelfia, mendengar suara tawa yang amat keras berasal dari kursi yang tidak jauh darinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzelf
Teen Fiction⚠️ATTEEEENTIOOOON⚠️ follow dulu sebelum membaca💥 tentang sebuah perjodohan remaja rasa ingin mengungkapkan tetapi meragukan Algarazhien Gio Pradhana, anak utama nan pertama dari adik bungsunya memiliki keluarga yang terhormat tidak membuat ia harus...