♡☆ALZELF 17✷✿

5 1 0
                                    

HALOOOWW READERS TERCINTAAA
GIMANA KABAR KALIAN🌷

‼️WAJIB FOLLOW AND SHARE SEBELUM MEMBACA 🤝

~~happy reading~~

Semua yang sudah berada diatas tikar meluruskan kedua kakinya setelah berkeliling, menunggu beberapa orang yang belum juga tiba,

"EH! jangan diambil dulu! tunggu jelpia!" bentak Cindy ketika melihat tangan besar mencoba menyentuh Sandwich di dalam kotak makan

"gue udah laper banget njir!" Emil capek sekali rasanya, apalagi melihat sekitarnya yang mempertontonkan keuwuan mereka

"ngapain juga nunggu mereka" sahut Bryan, meneguk air mineral yang ia bawa dari rumah

"si bos denger, Lo bisa-bisa dibunuh" celetuk Zidan,

"bodo amat"

"woy! Lo jalan apa ngesot! lelet amat!" teriakan itu keluar dari Zidan melihat dua sejoli yang akhirnya datang

Algar tidak menjawab, kini dirinya sedang tidak ingin diganggu. Sama seperti Zelfia, ia duduk mengambil arah pojok jauh dari jangkauan para lelaki, menetralkan deru nafasnya yang tersengal, moodnya tambah hancur karena kejadian tadi

"Zel" panggil Lify, merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya yang satu ini

mau tidak mau Zelfia merespon, matanya memejam sejenak, meringankan emosinya yang ingin memuncak sekarang juga

"ya?" kepalanya menoleh ke arah Lify, ternyata yang mengawasi bukan hanya Lify, tetapi ketiga sahabatnya dan.. para lelaki mencuri-curi pandang kecuali Algar tentunya, ia memasuki mobil yang terparkir cukup jauh tapi tidak jauh-jauh sekali

"k-kenapa?" seketika ia gugup sendiri diperhatikan seperti itu

"kamu.. gapapa?" tanya Cindy dengan polosnya,

"tolol!" umpat Cindy keras, tanpa bisa ditahan, sedangkan Lify tersenyum paksa

"ya. Lo, lihat! mananya yang gapapa? jelas-jelas jelpia kenapa-kenapa" sebal Cindy, mendapat suara rintisan dari Emil dan Zidan

"ehehe, terus kenapa?" Cindy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, memeluk peang nya

melirik sekilas teman-teman Algar, ia tersenyum, "gapapa kok, aman" jawabnya

tentu Lify tau maksud dari arah pandang Zelfia, ia melirik kearah Brayn ia tidak memberi kode ia ingin berbicara sendiri saat ini

"bisa, jangan nguping? tau privasi kan? tadi yang minta cepat-cepat makan siapa? gausah liat, atau kalian yang gabisa liat" ucapnya dengan wajah datar

semua yang disana menatap Lify dengan mulut yang sedikit terbuka, terkejut waw, tidak luput seseorang menarik sisi bibirnya, bangga.

Dirasa sudah tidak ada yang menguping, Cindy mulai mengintrogasi Zelfia lagi,

"jadi?"

bukanya menjawab, Zelfia balik bertanya, "kalian kenal Friska?" tanyanya dengan jari-jemari yang meremas kuat hand bag miliknya untuk melampiaskan rasa kesalnya

"Friska? kelas?" tanya Lify, nama itu terasa tidak asing dibenaknya

"itu kakak kelas, bukan sih? yang seragamnya kayak seragam bayi?" sahut Naya,

Friskannie Asilia murid dengan gaya hedon bak artis papan atas, padahal hanya sebatas papan tulis. Seragam yang ketat sudah menjadi pakaian yang ia sehari-hari pakai untuk sekolah, dengan riasan menor berupa bedak seribu centimeter bibir yang berwarna merah menyala abangku, ia memang mempunyai fans di Instagram nya dengan pengikut beribu-ribu, mungkin hanya untuk melihat bagaimana molek nya tubuh gitar spanyol tersebut, tidak heran ia harus menjaga martabatnya sebagai selebgram.

AlzelfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang