Pagi yang sangat cerah hari ini. Matahari menyingsing naik dan mengedarkan cahayanya ke penjuru bumi. Angin sepoi-sepoi bertiup pelan. Daun-daun berwarna kuning dan jingga turun berjatuhan ke atas tanah akibat musim gugur.
Sanemi dan (y/n) berjalan berdampingan. Wajah mereka terlihat berseri bahkan untuk sekelas Sanemi. Riang tawa dan obrolan ringan menemani langkah keduanya menuju suatu desa yang letaknya cukup jauh dari kediaman mereka.
Mereka akan pergi ke desa yang sama dimana insiden terakhir itu terjadi. Setelah diberi izin oleh Oyakata-sama, (y/n) segera menemui Sanemi dan memberitahunya kalau dia siap pergi karena Oyakata-sama sudah mengizinkannya. Tapi gadis itu tidak semata-mata pergi. Ada satu syarat dari Oyakata-sama yang harus (y/n) lakukan.
Syaratnya adalah sebisa mungkin (y/n) harus menghindari pertarungan. Walaupun di tengah jalan mereka bertemu iblis, (y/n) sama sekali tidak boleh bertarung.
(y/n) tentu menerima syarat itu. Toh dia pergi bersama Sanemi jadi kalau ada yang menyerang Sanemi pasti bisa langsung bisa mengatasinya. Tapi (y/n) tetap membawa pedang miliknya. Rasanya aneh kalau dia bepergian tanpa membawa pedang.
Sanemi dan (y/n) memutuskan untuk rehat sejenak di bawah sebuah pohon besar.
"(y/n)! Aku lapar! Kwak!"
Hikaru tiba-tiba terbang mendekati tuannya lalu hinggap di atas pahanya yang sedang diluruskan. Wajah Sanemi langsung dipenuhi urat amarah.
"Tidak sopan sekali burung ini!" ujarnya dengan nada menyeramkan. Tentu saja Hikaru langsung bersembunyi di belakang tubuh (y/n) karena takut.
Gadis itu tertawa. "Tidak apa-apa. Hikaru memang selalu seperti ini," balasnya santai. Hal itu semakin membuat Sanemi menatap tajam pada Hikaru. "'Selalu'? Benar-benar..."
Lelaki itu siap menarik pedangnya sebelum (y/n) menahannya. Sanemi masihlah seorang Sanemi. Sangat temperamen.
"Tenanglah. Lagipula aku juga tidak keberatan," ucap (y/n) sambil mengeluarkan sesuatu dari balik haorinya. Dia mengeluarkan beberapa onigiri darisana.
(y/n) membagi dua onigiri itu. Satu diberikan pada Hikaru dan satunya lagi masih dia pegang.
"Dimana gagak kasugaimu?" tanya sang empu. Seraya menoleh, Sanemi mengangkat telunjuknya ke atas dahan pohon. Mengerti hal itu, (y/n) mendongakkan kepalanya dan betulan burung itu ada di atasnya.
Tangan kecilnya bergerak ke arah burung gagak kasugai milik Sanemi. Meminta burung itu untuk turun mendekat ke arahnya. Mengerti, burung itu lantas terbang mendekati (y/n) dan mendarat di samping Hikaru.
"Makanlah..."
Begitu potongan onigiri itu diberikan, burung itu langsung memakannya bersama Hikaru. Keduanya terlihat sangat menikmati makan siangnya hingga tanpa sadar (y/n) tersenyum kecil karenanya.
Sanemi sedikit curi-curi pandang. Melihat gadis itu tersenyum membuat dia juga ikut tersenyum. Begitu tenang rasanya melihat wajah (y/n) secerah ini.
"Nah ini untukmu."
Sanemi langsung sadar. Satu buah onigiri tersodor di depannya. Dengan ragu lelaki itu menerimanya. Ia tersenyum kecil lalu menggigit gumpalan nasi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario || Kimetsu no Yaiba
FanfictionAozora (y/n). Seorang gadis keturunan keluarga terkemuka pada Era Taisho terpaksa harus memikul beban yang begitu berat di dalam hidupnya. Lewat pesan mimpi yang ia dapatkan, ia harus menyelamatkan puluhan bahkan ratusan nyawa di luar sana dari nera...