5 -Misi Pertama-

250 38 0
                                    

"Di sana! Sebentar lagi kau sampai, kwak!"

(y/n) semakin mempercepat laju larinya. Angin senja menerpa sebagian anak rambutnya. Langit yang semula biru berubah perlahan menjadi jingga di atas sana. Burung gagak kasugai itu terus menuntun (y/n) hingga mereka sampai di depan gerbang desa.

"Tunggu dulu!"

Burung gagak itu membalikkan tubuhnya, mendapati tuannya sedang menyembunyikan pedang nichirinnya di balik punggungnya. Ia menggerakkan kepalanya tanda bingung. Sadar akan tatapan itu, (y/n) tersenyum kecil.

"Aku tidak mau tampil mencolok dengan pedang ini. Aku harus menyembunyikannya agar aku bisa berbaur dengan orang-orang. Kalau sampai mereka melihat ini, kurasa mereka akan mencurigaiku atau merasa takut padaku."

Setelah mendengar penjelasan itu, sang burung hanya mengangguk mengerti dan kembali terbang di samping kepala (y/n) secara perlahan. Kini gadis itu tidak lagi berlari. Ia berjalan santai seraya mengamati situasi dan kondisi di sekitarnya.

Desa ini terbilang cukup ramai. Banyak lampion yang tergantung rapi dan kerlap-kerlip lampu rumah yang memancarkan nuansa hangat di desa itu. Warga desa yang sibuk kesana-kemari juga menambahkan citra kalau desa ini adalah desa yang cukup produktif.

Merasa keadaan sekitar terbilang masih baik-baik saja, gadis itu menepi sebentar ke sebuah kedai ocha yang terletak di tengah desa. Burung gagak kasugainya menunggu di luar seraya bertengger di atas papan nama kedai yang terpasang di atas pintu masuk. Ia menyeruput pelan teh hangat itu sambil menikmati rasa pahit yang memenuhi indra pengecapannya.

Sejauh ini situasinya masih aman terkendali. Itulah keyakinan (y/n) hingga dua orang pria datang berkunjung ke kedai yang sama sambil membahas suatu topik yang berhasil menarik perhatian (y/n).

"Kau sudah tau? Kemarin ada warga desa yang hilang lagi."

"Benarkah?! Berapa orang?"

"Kudengar ada dua orang tapi aku tidak tau pasti. Ini masih simpang-siur."

"Hee... Kalau begitu kita seharusnya tidak keluar rumah saat menjelang malam seperti ini."

"Dasar bodoh! Kau percaya dengan ucapan kepala desa? Dia hanya berbicara omong kosong agar kita tidak menimbulkan keributan di malam hari."

"Hmm... Cukup masuk akal."

Seketika kedua telinga (y/n) terbuka begitu lebar tatkala ia mendengar percakapan dua pria itu. Ia menatap mereka melalui ekor matanya sambil berpikir keras.

Orang hilang? Apa itu perbuatan iblis?

Merasa penasaran, gadis itu mendekati dua orang tadi dengan tampang hangat dan senyum menawan terlukis di wajahnya.

"Permisi..."

Dua orang pria itu sontak menoleh pada (y/n). Mereka saling mengerutkan keningnya karena bingung dengan kedatangan (y/n) dan sapaannya yang tiba-tiba.

Salah satu pria mengangkat sebelah alisnya. "Siapa?" tanyanya seolah mencurigai (y/n). Gadis itu membalas ucapannya dengan santai. "Aku hanya seorang penjelajah yang sedang singgah di desa ini. Aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian dan aku merasa tertarik dengan topik yang sedang kalian bahas. Kalau kalian tidak keberatan, bolehkah aku bertanya sesuatu tentang topik itu?" terangnya sekaligus menutupnya dengan pertanyaan.

Scenario || Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang