"Bumi memang tidak seterang matahari, bumi memang tidak sesejuk angin, dan
bumi memang tidak seindah pelangi. Tapi bumi adalah kehidupan."✨ Happy Reading ✨
Namaku Renata Arselia. Panggil saja Arselia/ El. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara. Keluargaku adalah keluarga terpandang. Kedua orang tua ku adalah seorang pengusaha. Aku tidak pernah kekurangan apapun. Kasih sayang, kekayaan, bahkan pendidikan semua itu sudah terpenuhi. Yang tidak aku miliki itu hanya satu, seorang teman. Rentetan masa lalu yang selalu menghantui ku itu, adalah alasan mengapa aku menjadi anak yang penyendiri dan dingin sekarang. Apalagi perubahan orang tua ku yang selalu menuntut ku untuk menjadi sempurna. Mereka memasang standar yang tinggi kepada anak anaknya agar bisa melampaui mereka berdua. Saking terobsesinya mereka pada kesempurnaan, tanpa sadar mereka telah mengabaikan apa arti kebahagiaan yang sesungguhnya.
***
Matahari terasa seperti di atas kepala, bayangan yang kini mengecil, dan suara bising yang sudah memenuhi seluruh ruangan. Murid murid sekolah dasar, mulai berlarian keluar kelas dengan menenteng tas kecil mereka. Waktu pulang adalah hal yang mereka tunggu tunggu sedari tadi. Keceriaan yang tampak di wajah Mereka, meskipun penuh keringat tapi seakan tidak berpengaruh untuk mereka. Meskipun lelah, mereka tetap mendapatkan kebahagiaan di sini. Seperti saat mereka tahu jika mereka mendapatkan nilai besar di salah satu mata pelajaran.
"Kamu hebat Acel. Nilai Matematika kamu 100 lagi. Keren banget sih teman ku ini."
Seorang anak laki-laki merangkul pundak sahabatnya yaitu seorang anak perempuan, sambil mengucapkan selamat kepadanya."Kamu juga keren Al. Nilai 60 juga bagus."
"Dari mana bagusnya, itu kecil Acel."
"Tapi kan itu kamu usaha sendiri. Gak nyontek kan? jadi menurut aku nilai segitu pun bagus."
"Jadi aku keren ya?"
"Alvaro....Acel...."
Suara itu menggema di lorong koridor. Karena merasa terpanggil, akhirnya kedua anak itu menoleh kebelakang. Ternyata suara itu berasal dari seorang anak perempuan yang sedang berlari ke arah mereka berdua.
"Kalian berdua kenapa ninggalin aku?"
ucap anak perempuan yang berlari itu, masih dengan napas yang terengah engah."Ya kamu tadi ke mana Gege? aku kira kamu udah pulang." ucap anak laki laki itu. Dia bernama Alvaro. Ternyata yang tadi memanggilnya adalah saudara kembarnya yang bernama Gea.
"Oh tadi aku habis dari toilet."
"Yaudah yuk pulang Al.""Aku mau pulang sama Acel. Kamu sendiri dulu ya pulangnya sama Pak Supir. Aku naik bis aja sama Acel, kebetulan Acel gak di jemput."
"Kenapa gak naik mobil aja sama aku. Ajak Acel nya juga."
"Gak ah mau berdua aja."
"Hih dasar bocah. Yaudah tapi langsung pulang ya, nanti di cariin bunda."
"Iya kembaran ku tersayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Baru di Hidupku
Teen FictionPersahabatan kita itu ibarat sekotak crayon. Masing masing punya warna yang berbeda. Warna warna itulah yang bisa membuat kertas polos menjadi sebuah lukisan yang indah. Satu warna memang bagus, tetapi lebih banyak warna lebih bagus. Layaknya seper...