Cahaya pagi mulai memasuki kamar melalui tirai putih yang terjuntai, menerpa wajah cantik yang tengah terlelap. Sejenak, perempuan itu mengerjapkan matanya, berusaha mengusir rasa kantuk yang masih menyelimuti.
Dengan kedua tangan, ia mengusap lembut wajahnya, seolah mencoba mengumpulkan kembali semangat yang belum sepenuhnya terjaga. Setelah beberapa detik berjuang melawan rasa kantuk, ia akhirnya duduk di pinggiran kasur, mengisi sejenak nyawa yang baru setengahnya terkumpul. Menghela napas panjang, ia bangkit berdiri, merajut langkah pelan, dan membuka pintu kamar mandi.
Perempuan berstatus siswi SMP yang sudah tamat itu kini tinggal seatap dengan saudara laki-laki. Setelah menyelesaikan rutinitas mandi, ia mengenakan pakaian rapi dan santai. Dengan semangat baru, ia beranjak keluar dari kamar, celingukan mencari keberadaan kakaknya.
Nii-chan kemana? batinnya bertanya, hingga matanya yang berwarna biru cerah menangkap sepucuk surat kecil tergeletak di atas meja makan. Tangan putih si gaids yang panjang lantas mengambilnya dan membaca dengan seksama isi surat tersebut.
(Name)-chaan, Nii-chan ada urusan di sekolah hari ini. Nii-chan sengaja enggak bangunin kamu, soalnya tidurmu nyenyak banget. Oh iya, kalau mau keluar, Nii-chan sudah siapin uang jajan yang banyak buat adik Nii-chan tersayang. Jangan lupa mamam ya, (Name)-chaan <3
(Name) memutar bola matanya malas selepas membaca keseluruhan isi dari sepucuk surat itu. Surat itu seakan menjadi pengingat bahwa kakaknya selalu menyempatkan diri untuk merawatnya dengan cara yang lucu meskipun sibuk.
(Name) meletakkan surat itu kembali di kamarnya. Setelah itu, ia menjalani berbagai aktivitas di rumahnya: makan, membersihkan rumah, dan kini ia ingin berbelanja kebutuhan dapur yang hampir habis.
Ia mengambil sebuah jaket hitam dan mengenakan rok hitam sepanjang lutut, menutupi auratnya dengan knee-high yang stylish. Sambil merapikan penampilannya, ia mengambil handphone yang terletak di atas nakas di kamarnya, juga sebuah eye patch untuk menutupi mata kirinya.
Setelah siap, (Name) keluar dari kamar tidurnya, mengambil kunci rumah, dan melangkah keluar. Ia berjalan-jalan sejenak, menikmati indah dan sejuknya angin pagi di kota Makochi ini. Angin lembut berhembus, membelai wajah albino-nya yang anggun, sementara sinar matahari menyinari rambutnya yang putih sependek bahu, hasil dari gen yang ia miliki.
Setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama, (Name) kini merasa sedikit kebingungan mencari Sekolah Menengah Atas yang sesuai dengan kriterianya. Untungnya, baru beberapa hari lalu ia lulus, sehingga masih ada waktu untuk mencari sekolah di kota Makochi ini.
Tangan kanannya menyingkirkan rambut nakal yang menutupi wajahnya ke belakang telinga, pandangannya lurus ke depan hingga ia tiba di sebuah kedai bernama Potos. Ia lantas memasuki kedai itu dengan perasaan antusias.
“Selamat datang, eh? (Name)-chaann?” sapa seorang perempuan berambut coklat, Tachibana Kotoha, sambil tersenyum lebar. (Name) berdehem, melambaikan tangan kepada teman dekatnya itu sebelum mengambil tempat duduk di sebelah seorang lelaki berambut dwi-warna dengan mata heterochromia yang menarik perhatian.
“Kau mau pesan apa?” tanya Kotoha, matanya bersinar penuh semangat.
“Seperti biasa, nasi goreng dan segelas matcha,” jawab (Name) dengan suara datar, tapi hatinya merasakan rasa lapar yang mulai menggelora. Kotoha mengangguk, kemudian sibuk menyiapkan pesanan (Name) secepat mungkin, sementara (Name) asyik dengan handphone-nya.
“Kau potong rambut lagi? Kenapa?” Kotoha bertanya, penasaran dengan penampilan (Name) yang baru.
“Rambut panjang itu menyusahkan, jadi aku pendekkan saja,” jawabnya, mencoba terdengar casual meskipun nada suaranya sedikit ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗞𝗬𝗢𝗠𝗔𝗜 𝗔𝗜: 兄妹愛 ┆ Wind Breaker × Reader's┆NII Satoru 〖HIATUS〗
Fanfiction"Nii-chan, gomen-nasai..." Perempuan bersurai putih tulang itu yang tengah berjuang melawan kegelapan yang mencengkeram hatinya. Ia merasa muak dengan dirinya sendiri, terbebani oleh rasa tidak berharga yang tak kunjung sirna. "Daijoubu, (Name). A...