Empat orang manusia berjalan paling depan di tengah matahari mulai beranjak surut daripada saat mereka berada di rooftop. Mereka berempat tidak ada yang merasakan perasaan aneh atau perasaan lain yang menganggu pikiran di otak mereka masing-masing. Hanya satu orang, dia berjalan paling belakang-tertinggal dari barisan mereka, Haruka, laki-laki itu tampaknya sangat sengaja untuk berjalan lambat.
Wajahnya pun terlihat masih memerah karena memikirkan ucapan Tsubakino beberapa waktu lalu saat berkumpul di atas rooftop. Haruka hampir senewen memikirkan perkataan yang tidak akan masuk dan dicerna di dalam tempurung otaknya.
Hingga membuat empat orang manusia itu:(Name), Tsubakino, Suo, dan Nirei memutar kepalanya guna mencari ketua kelas 1-1 itu, wajah mereka masing-masing tergambar raut heran.
"Sakura-san, kenapa kau jauh sekali di belakang?" tanya si surai kuning, mewakili raut wajah heran semuanya. "I-I-I-INI ... BU-BUKAN K-K-K-KENCAN, OKE?!" bantah si perjaka muda nan tsundere dengan wajah yang semakin memerah di buatnya.
Salah satu orang terkekeh diantara mereka berempat, "Oh, astaga! Kami tidak sedang berkencan. Kalau begitu, kau mau kencan berdua saja denganku?" gelak perempuan (laki-laki) bersurai layaknya batu Hematite Jasper itu, ia menutup mulutnya-menahan rasa tawa yang lebih. Ia terkekeh geli ketika melihat adik kelasnya mengalami salah paham.
"APAA?!"
"Hei, Sakura-kun! Kau paham sekali apa arti kencan, huh?" Suo ikut menimpali sambil menertawakan kelakuan polos teman seangkatannya itu. Wajah Haruka tambah memerah, kali ini bukan karena pasal di rooftop, tetapi rasa malu yang menyambarnya.
"DIAM!!" Haruka mengacak-acak surainya frustasi, berupaya menghilangkan rasa malu yang masih menyambar dirinya. Bahkan, teman-temannya saja menghiraukan Haruka yang tengah frustasi di belakang sana.
"Oh iya, Tsubakino-san. Kita ... mau kemana?" ujar Nirei sambil memasang raut wajah heran. Ternyata bukan hanya (Name) yang akan diajak oleh Tsubakino tetapi dirinya, Suo serta Haruka pun diajak oleh perempuan jejadian itu.
"Oh, iya, maaf! Aku belum menjelaskan pada kalian," Tsubakino terkekeh pelan, ia lupa memberi tau kemana tujuan mereka.
"-Kita mau kerumah seorang kakek bernama Ito-san. Dia kehilangan istrinya setahun yang lalu." Tsubakino melangkahkan kaki kekar yang dibalut dengan sepatu wedges berwarna hitam ke depan, membiarkan adik-adik kelas nya mengikuti kemana si surai aneh pergi.
"Kehilangan yang tiba-tiba itu membuatnya depresi. Kami selalu mengunjungi beliau ... untuk melihat kondisi dan kegiatannya." final Tsubakino, ia menghela napas pendek guna mengeluarkan karbondioksida yang sudah tidak terpakai lagi di rongga paru-paru nya.
Kehilangan? Depresi? Ah, aku jadi teringat masa lalu, masa lalu yang tidak akan pernah aku hapus dari ingatanku. batin (Name). Masa lalu yang masih berbekas dan tercetak jelas di tempurung otaknya. Hanya satu kata yang bisa ia katakan tentang masa lalunya, menyakitkan, hanya itu saja, mungkin bisa lebih? Dia juga masih bingung dengan semuanya. Perempuan bermanik seperti batu Ceruleus Coelum Topaz itu malah tenggelam dalam lamunannya, entah apa yang dipikirkan oleh gadis albino itu.
"Senpai, kau selalu pergi dengan wakil ketua?" Nirei kembali mengajukan sebuah pertanyaan untuk menghilangkan rasa penasaran yang ada di benaknya kini.
"Yaps! Kami sering melakukannya. Tapi, menurutku akan lebih bagus dan menyenangkan bagi beliau jika ada wajah baru." jawab Tsubakino.
"Menyenangkan. Ini tanggung jawab yang besar ..." Nirei kembali berceletuk atas jawaban yang telah perempuan jejadian berambut aneh berikan.
"Lalu, Senpai ingin kami ngapain?" tanya Suo setelah sekian lama ia hanya bisa menyimak dan mengangguk-angguk.
"Tidak berat, kok! Ajak ngobrol dan bantu pekerjaan rumah. Kita hanya perlu menemaninya saja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗞𝗬𝗢𝗠𝗔𝗜 𝗔𝗜: 兄妹愛 ┆ Wind Breaker × Reader's┆NII Satoru 〖HIATUS〗
Fanfiction"Nii-chan, gomen-nasai..." Perempuan bersurai putih tulang itu yang tengah berjuang melawan kegelapan yang mencengkeram hatinya. Ia merasa muak dengan dirinya sendiri, terbebani oleh rasa tidak berharga yang tak kunjung sirna. "Daijoubu, (Name). A...