WB-Roku (六) 『Revisi』

658 65 16
                                    

“Game-chan.”

“Game-chan?”

“Game-chan!”

“Game-chan!!”

Togame tersentak dari lamunannya saat suara Choji terus memanggil, semakin keras tiap kali. Choji sudah berada tepat di sampingnya, menatapnya dengan ekspresi setengah jengkel, setengah prihatin. “Selanjutnya giliranmu, Game-chan!”

“Oh—maaf, maaf, aku melamun,” jawab Togame, setengah tersenyum, merasa sedikit malu tertangkap sedang asyik dengan pikirannya sendiri. Ia bangkit berdiri, meluruskan jaket yang sedikit berantakan. “Baiklah. Ayo kita lakukan.”

Pandangan Togame segera tertuju pada Haruka, yang sudah menunggu di sisi lain ruangan dengan tatapan santai namun tajam. “Othello-kun,” panggil Togame, nada suaranya mengandung tantangan yang jelas. Seolah mereka berada di tengah arena duel, Togame menatap Haruka dengan senyum tipis penuh arti, seolah ingin menguji lawannya. Haruka menyambut tatapan itu dengan senyum percaya diri, seakan menantikan detik-detik yang memacu adrenalinnya.

Sorak-sorai langsung bergema dari para anggota Shishitoren yang memenuhi gedung bioskop tua ini—markas mereka yang kini tampak hidup, meski bangunannya kusam dan penuh debu.

“Togame-san, kami sudah menunggumu!”

“Hajar dia!”

“Bunuh dia!”

Dukungan yang membahana terdengar membakar semangat seluruh ruangan. Suo, yang ikut di barisan belakang, tersenyum kikuk dan sedikit menggeleng, mendengar betapa antusiasnya mereka. “Rame banget dukungannya, ya,” gumamnya sambil setengah tertawa.

“Tidak seperti sebelumnya,” sahut Nirei, memperhatikan suasana yang kali ini memang terasa lebih panas.

Sementara itu, Haruka dengan tenang berdiri dari duduknya, memasukkan kedua tangan ke saku celananya. Dengan santai, ia melangkah ke atas panggung tanpa melewati tangga, gerakan yang terlihat begitu luwes dan percaya diri, seolah panggung itu adalah miliknya.

“Oh, Sakura-san! Hati-hati, ya,” seru Nirei, memperingatkan dengan nada khawatir.

“Jangan mati, lho!” tambah Suo sambil terkekeh, membuat suasana semakin akrab.

“Jangan terluka. Nanti aku yang susah,” kata (Name) dengan nada cetus.

“Aku mengandalkanmu,” ujar Hiragi dengan nada datar, meski sorot matanya menunjukkan keyakinan pada Haruka.

“Sakura, mengobrollah yang banyak,” ucap Hajime, mengingatkan dengan tenang, suaranya lembut tapi penuh makna.

Semua dukungan dari anggota Fuurin terdengar jelas di tengah riuh rendah ruangan, membawa ingatan Haruka pada nasihat Hajime: “Berkelahi itu sebuah komunikasi.” Di atas panggung, Haruka menyeringai kecil, menyadari adrenalinnya mengalir semakin deras seiring sorak-sorai di sekitarnya.

“Ayo cepat kita mulai,” ucap Haruka, senyum semangat terpancar dari wajahnya, memancarkan kesiapan mutlak. Sorakan dari para penonton semakin membahana, atmosfer gedung tua ini berubah seperti arena pertempuran yang siap menyaksikan sesuatu yang besar.

Togame tak mau kalah, balas tersenyum dengan tatapan tajam yang penuh tantangan. “Tidak usah terburu-buru begitu,” sahutnya sinis, tatapan bengisnya semakin dalam. “Melalui sesuatu dengan cepat memang bukan hal buruk. Namun, kadang terasa kurang sesuatu, ‘kan?”

“Terutama sekarang,” Togame berkata sambil meraih kacamata kuningnya, lalu melepaskannya perlahan dari tempatnya seolah sedang melakukan ritual khusus.

𝗞𝗬𝗢𝗠𝗔𝗜 𝗔𝗜: 兄妹愛 ┆ Wind Breaker × Reader's┆NII Satoru 〖HIATUS〗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang