"Kucingnya lucu, sangat mirip dengan laki-laki menyebalkan." komentar kecil perempuan albino, manik mata biru cerahnya menangkap seekor kucing hitam putih, dan memiliki mata heterochromia. Bisa di lihat, itu sangat mirip dengan Haruka.
"Sakura dan Kaji tengah berbincang tentang apa?" tanya perjaka yang berstatus sebagai kakak laki-laki nya itu. Teman bergigi hiu yang berada disampingnya pun mengangkat bahu, tidak tau alasan kenapa Haruka dan Kaji berbincang di rooftop sekolah.
"Sepertinya berbicara tentang memotivasi diri. Aku sedikit mendengar percakapan mereka." jawab (Name).
"Mereka tidak menyadari keberadaan kita, ya?" celetuk Hiragi. Mereka tiba saja datang tanpa melihat apakah disini ada orang yang tengah mendengarkan perbincangan mereka atau tidak.
Dari kejauhan, samar-samar perbincangan mereka terdengar. Pemilik suara baritone itu tampak memotivasi lawan bicaranya, Haruka.
"Saat ini, cuma dirimu yang berpikir kalau semua orang menolakmu dan kau takut tanpa alasan yang jelas."
Haruka tersentak lalu diam, mencerna tiap kata yang Kaji ucapkan di tempurung otaknya. Sedikit bingung apa yang Senpai nya maksud, tetapi ia berusaha mencerna kata-katanya.
"Tidak ada satupun ... yang bisa mengetahui apa yang orang lain pikiran," Kaji menjeda kalimatnya sejenak, ia membuang karbondioksida dan meraup partikel-partikel oksigen. "Tapi bagaimana pun juga, ketika semua temanmu melihat berapa 'lemahnya' dirimu ... atau apa yang kau pikirkan. Dan ketika mereka melihat kau membentak mereka,"
"tidak ada satupun dari mereka memilih untuk menolakmu."
"Ini tidak berarti bahwa mereka hanya melihat dirimu berdasarkan kemampuanmu. Justru buktinya ... mereka melihatmu apa adanya."
"Meskipun begitu, kau tetap takut kalau mendapatkan penolakan meskipun itu tidak pernah terjadi."
"Dari yang bisa kulihat, menurutku kaulah orangnya ... yang tidak melihat mereka apa adanya."
"Aku tidak tahu ... apa yang terjadi padamu. Tapi, aku bisa mengerti perasaanmu itu. Karena itu aku mengatakan ini padamu."
"Kau butuh ... percaya pada mereka berdasarkan apa yang kau lihat." final Kaji, ucapannya berhasil membuat Haruka tertegun dan mencerna kalimat-kalimat yang di lontarkan oleh Kaji.
Ia baru sadar ... bahwa, perasaannya selalu di mengerti oleh teman-temannya. Tapi, rasanya begitu aneh karena ia tidak pernah merasakan hal janggal seperti ini. Dahulu, ia belum pernah dimengerti oleh orang lain, mungkin? Ia juga tidak tahu dan tidak mahu tahu, ia memilih untuk mengabaikannya, tidak peduli seberapa orang membencinya, ia akan tetap memandang ke depan tanpa berbalik kebelakang.
Kaji mendesus. "Cih, aku terlalu banyak bicara."
Sedetik kemudian, tiba-tiba saja Hajime yang tengah di tahan oleh dua orang: (Name) dan Hiragi memunculkan dirinya.
"EHH?!" Kaji dan Haruka sama-sama tersentak terkejut. Karena mereka mungkin atau lebih tepatnya tidak menyadari keberadaan mereka disana.
"KAJI!! KERJA BAGUS!!" puji Hajime dengan suara lantang. Hiragi yang berada disampingnya pun menegur. "Hei, hentikan!"
Dan (Name) yang berada disebelahnya hanya bisa menahan Hajime tanpa bersuara. Bagaimana tidak, Hajime itu sifatnya sangat kinestetik.
"Kalian berdua sudah dewasa, ya?! Bisa dibilang kalau kalian berdua selalu memikirkan teman kalian dan diri sendiri!"
Hajime yang berkata seperti itu, tetapi Hiragi yang tampak kebingungan. "Maaf, kami tidak bermaksud menguping."
"Soalnya kami memang daritadi sudah ada si rooftop." tambah (Name) sesuai fakta.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗞𝗬𝗢𝗠𝗔𝗜 𝗔𝗜: 兄妹愛 ┆ Wind Breaker × Reader's┆NII Satoru 〖HIATUS〗
Fanfiction"Nii-chan, gomen-nasai..." Perempuan bersurai putih tulang itu yang tengah berjuang melawan kegelapan yang mencengkeram hatinya. Ia merasa muak dengan dirinya sendiri, terbebani oleh rasa tidak berharga yang tak kunjung sirna. "Daijoubu, (Name). A...