WB-Jû Hachi (十八)

469 55 4
                                    

〘ROOFTOP FUURIN〙

Matahari tengah bersinar terik di atas kepala mereka, tetapi panasnya tidak menghentikan mereka untuk naik ke rooftop sekolah. Di sini, di antara deretan sayur-sayuran yang ditanam di Puncak Bofuurin, suasana terasa menyegarkan. Selain perangkat kelas, banyak siswa yang datang sekadar melihat-lihat dan menikmati angin yang berhembus.

Kehadiran mereka di rooftop tidak lepas dari instruksi Hajime yang mengumpulkan seluruh siswa tanpa memandang kelas. Mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan, tetapi sebagai penghargaan terhadap pemimpin mereka, mereka menuruti perintahnya. Hajime, si pemilik ladang, tampak sibuk memperhatikan tanaman-tanamannya. Dia berpakaian sederhana-kaos putih dan handuk kecil yang tergantung di lehernya, seperti seorang tukang kebun di SMA.

Rooftop ini, yang biasanya menjadi tempat berkumpulnya siswa Fuurin, kini dipenuhi keramaian. Entah berapa banyak siswa yang ada di sini-mungkin puluhan atau lebih. Mereka berbincang dengan santai, membahas berbagai hal, atau sekadar mengagumi hasil panen sayuran yang tumbuh subur. Suasana ramai dan penuh semangat terasa jelas di udara.

"Waahhh! Bibitnya tumbuh besar!" antuas seseorang. Ia adalah wakil ketua kelas 1-1, Nirei. Laki-laki ekstrovert itu terlihat begitu bersemangat hari ini, bukan hari ini saja, hari kemarin-kemarin juga begitu.

"Iya, mereka besar sekali." sahut Suo menyetujui ucapan Nirei.

Suo mengadahkan pandangannya kearah langit biru cerah berawan. "Siang hari semakin panjang, pagi dan malam semakin berkurang dinginnya juga ..." katanya.

"Lihatlah pohon sakura itu! Semuanya sudah menjadi hijau." celetuk Suo kala pandangannya berganti dan melihat pohon sakura yang masih berwarna hijau, belum masanya mekar dan berjatuhan.

Haruka menatap datar semua orang yang ada disini, perjaka bersurai dwi-warna itu tengah meneguk segelas teh dengan wajah yang malas. "Masalah yang lebih mendesak adalah ..." Ia sudah tahu jawabannya apa.

"Apa ... sudah berkumpul disini?" sahut seseorang, suaranya terdengar lantang meskipun tidak menggunakan pengeras suara apa pun.

Beberapa waktu yang lalu, dengan sebuah pengeras suara sekolah. Puncak Bofuurin itu berteriak lantang memberitahukan sesuatu, 'Pergi ke atap sekarang.' dengan suara yang amat lantang. Tanpa adanya aba-aba, tentu membuat seisi sekolah berjengit kaget.

"Pengumuman itu mulai terdengar ketika kami hendak berangkat." celetuk Haruka, mengingat apa yang terjadi saat ia ingin berangkat ke sini. "Sepertinya mereka mengumpulkan semua orang tanpa memandang kelas. Apa yang akan mereka lakukan dengan orang sebanyak ini?"

"Mereka tidak melakukan apa-apa." jawab seorang gadis bermanik layaknya batu Ceruleus Coelum Topaz. Manik mata cantiknya menatap tiap-tiap tanaman sayur-sayuran milik Hajime, kakaknya.

"Yeah, itu benar sekali, (Name)-chan. Ini cuma acara kumpul-kumpul biasa ... Umemiya suka mengumpulkan orang-orang sehingga mereka bisa bicara satu sama lain." sahut seseorang bergigi hiu, rambutnya seperti landak tetapi tidak terlalu berdiri tegak, hanya terlihat seperti duri-duri kaktus. Hiragi, ia tengah memegang segelas teh yang disediakan di sana untuk menghilangkan rasa dahaga.

Haruka lantas memasang wajah bingung atas jawaban dari dua orang yang ia kenal. Mungkin, ia belum mengerti pasal yang ini.

"Bofuurin di bagi berdasarkan kelas. Meskipun Umemiya sangat ingin berbicara dengan semua orang, dia juga ingin semua orang untuk bergaul dan menjalani hubungan terlepas dari tim manapun kau berada,"

"-Karena itu, dia ingin menciptakan kesempatan batin kalian."

"-Dan, dia ingin memamerkan kebunnya pada semua orang, 'kan?" Bukan Hiragi yang melanjutkan perkataannya, namun (Name) lah yang yang dulu melanjutkan nya. Hiragi hanya bisa mengangguk-angguk, meng'iya'kan ucapan kohai nya itu. Karena (Name) lah yang mengetahui sifat sang kakak yang mungkin bisa dibilang kekanak-kanakan. Tapi tenang, (Name) sudah terbiasa.

𝗞𝗬𝗢𝗠𝗔𝗜 𝗔𝗜: 兄妹愛 ┆ Wind Breaker × Reader's┆NII SatoruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang