Percakapan Gubuk

330 49 5
                                    

Contains adult content, please read at your own risk even its just little touchy agenda.

Entah sejak kapan kebiasan ini dimulai, hanya saja, Dewangga tidak berkeinginan buat menyudahinya sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah sejak kapan kebiasan ini dimulai, hanya saja, Dewangga tidak berkeinginan buat menyudahinya sama sekali. Setiap pagi ia akan disibukkan dengan pekerjaan, tiap siang ia pergi berkelana buat hilangkan suntuk sambil berharap supaya segera tiba. Pernah tidak, merasa tidak sabar sekali buat bertemu dengan seseorang? Bagi Dewangga, menjemput Elok adalah satu-satunya alasan penting kenapa ia harus bangun dari tidurnya. Yang dahulu selalu harapkan kematian kini perlahan selipkan doa supaya tidak mati. Menurut Dewangga, ada banyak sekali perubahan yang dibawa oleh Elok dalam hidupnya. Dewangga pikir, ia hanya akan berakhir secara menyedihkan kalau saja tidak bertemu Elok secara terus menerus di saat yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Oh… Elok… Cowok itu adalah sosok yang amat berharga dalam diri Dewangga. Ia memang tidak pernah bilang secara gamblang karena egonya terlalu tinggi. Namun, ia harap, Elok bisa memahami seluruh kata yang tidak bisa diusap oleh lidah kelunya di malam penuh makna mereka dekat gang sempit menuju rumah Elok. 

Ciuman itu menjadi hal aneh yang pernah Dewangga rasakan sebelumnya. Ia tidak terbiasa dengan perasaan menggebu yang mendorong hatinya, yang memaksa Dewangga buat rengkuh tubuh yang sedikit kecil darinya itu erat-erat. Semenjak berhasil menyentuh jari kasar Elok beberapa kali, Dewangga dibuat menerka, apakah akan sehangat itu sekujur tubuh yang sering didekap oleh duka. Jika ibu pernah berkata bahwa Dewangga adalah seonggok dosa dan sebuah duka buat kedua orang tuanya, maka, bukankah tidak apa-apa dia peluk tubuh yang sudah terbiasa. Elok… Nakula Elok… Sosok itu indah bagaikan namanya. 

Katanya, Nakula itu berartikan sebuah bentuk kemenangan manusia sedangkan Elok…. bagaikan paras sang pemilik nama, ia benar-benar elok dan molek sekali. Dewangga betah kalau harus berlama arungi indahnya paras tersebut. Ia bisa berendam beribu tahun lamanya pada manik penuh harap milik Elok. Kalau memang cinta itu benar-benar ada di dunia, maka, Dewangga dengan seluruh kerendahan hati menyatakan bahwa ia… Dewangga Kamal telah jatuh cinta pada Nakula Elok. 

Entah, entah… Ia masih belum berani buat bilang demikian. Akankah Elok bisa paham kalau Dewangga tunjukkan rasa cintanya hanya dengan caranya sendiri. Dewangga tidak paham bagaimana cara kerjanya cinta. Ia terbiasa buat tidak percaya dengan hal itu. Mau bagaimana pun, cinta tidak pernah ada bentuknya bagi Dewangga yang tumbuh dengan caci ibu yang murka terhadap kelahirannya, yang murka terhadap pahitnya kehidupan mereka. Kalau bentuk cinta itu soa kesetiaan, maka, Dewangga tidak pernah juga melihat dari kacamata keluarganya. Ayah sakit-sakitan, ibu selingkuh dengan para hidung belang. Beberapa kali beliau dilabrak oleh istri sah, namun, kapok sepertinya tidak akan pernah ada di kamus wanita bebal itu. Dua-duanya bebal, dua-duanya orang gila. Kalaupun cinta itu bentuk dari belas kasih antara dua orang, maka… Elok juga tidak pernah lihat itu. Ia hanya melihat sebagaimana ibu terus memaki ayah yang miskin. Hanya melihat bagaimana ibu yang mengamuk merasa bahwa hidupnya semakin lama semakin menyedihkan karena nekat menikah dengan manusia seperti ayah. Oh, apakah ayah banyak sekali dosanya? Apakah itu sebuah bentuk pertanggung jawaban ayah karena nekat mengambil ibu dari keluarganya yang tidak merestui hubungan mereka? Sampai ayah tiba-tiba saja dibuat miskin, dibuat melarat-larat sampai maut menjemput. Ayah mati miskin dan Dewangga rasa… Ayah bukan orang yang diberkahi oleh cinta.

Arung DukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang