[9] Pertanda Buruk

590 111 9
                                    

Salju berhenti jatuh sejak kemarin, langit yang membayangi Duchy tampak cerah. Matahari berpendar hangat mengapit tawa anak-anak yang berlarian di halaman saling melempar bola salju. Kim Dokja berdiri memandangi kedamaian itu di bawah rimbun pepohonan.

Berdiri di sisinya, Nirvana dalam balutan pakaian satin hijau keemasan. Sepasang anting emas putih tersemat di daun telinganya. Di lengan Nirvana menggantung selendang emas. Sosoknya yang mengenakan pakaian berbahan tipis nan mewah tampak begitu mencolok dengan latar putih.

Kim Dokja di sisinya yang berdiri dalam balutan busana putih justru tampak menyatu dengan hamparan salju. Keduanya sudah terbungkus senyap selama sepuluh menit penuh.

Nirvana ingin sekali membuka bibir tetapi raut gelap lelaki itu menahannya. Padahal cuaca sedang bagus tapi hati Kim Dokja dilapisi mendung.

Seorang anak perempuan tersandung tak jauh dari mereka, Nirvana sigap melangkah maju, menjauh dari atmosfer berat tak menyenangkan. Diulurkannya tangan membantu gadis kecil itu berdiri sembari menepuk-nepukkan tangannya yang berbalut sarung tangan hijau gelap ke lutut si gadis.

"Hati-hati," ujarnya lembut.

Kim Dokja tertawa geli sekembalinya Nirvana berdiri di sisinya. "Apa ini kedok atau bentuk kemunafikan diri?"

Tempat yang mereka datangi adalah panti asuhan. Donatur utamanya tak lain Nirvana. "Yang Mulia bebas menyimpulkannya."

Semenjak diusir dari rumahnya, Nirvana berhasil menarik atensi seorang pedagang tua. Kecerdasan anak itu memicu si pedagang untuk memperkerjakan serta mendidiknya. Keputusan yang tepat, berkat Nirvana bisnisnya jadi semakin cemerlang. Pedagang itu meninggal lima tahun lalu, mewariskan seluruh urusan bisnisnya dipegang oleh Nirvana.

Keluarga Moebius menguasai wilayah Barat Daya, tentu tidak ada kesempatan baginya di sana jadi Nirvana melebarkan sayapnya di Timur hingga ke Tenggara. Di permukaan, Nirvana dipandang sebagai salah satu pengusaha kuliner serta pengusaha tekstil yang sukses. Cabangnya ada di mana-mana. Namun, nyatanya itu hanyalah kedok belaka. Pekerjaan utama Nirvana ialah berkecimpung di pasar gelap.

Dalam pandangan Kim Dokja, sikap Nirvana menjadi donatur panti asuhan merupakan bentuk kemunafikannya. Dia tidak punya belas kasih dengan menjual kehidupan sekelompok budak tetapi di saat bersamaan dia menyimpan rasa sayang pada kehidupan anak-anak. Apa lagi namanya selain munafik? Sudah jelas berdosa tetapi tetap ingin terlihat bak malaikat.

"Apa tidak ada yang perlu Anda lakukan?" tanya Nirvana kemudian, tidak sanggup lagi membiarkan lelaki ini menetap hanya untuk menyebar aura suram di sekitarnya.

"Tidak ada."

"Bagaimana dengan mengurus para pengikut Anda? Bukankah Anda membutuhkan persetujuan mereka untuk secara resmi mewarisi gelar?"

"Mereka akan datang dengan sendirinya memohon bergabung di bawah kakiku," jawab Kim Dokja tenang.

Alis Nirvana mengerut. Tak habis dipahaminya bagaimana orang-orang itu bisa luluh kalau Kim Dokja cuma diam tak mengambil tindakan.

Kim Dokja meliriknya. "Kota Lentera akan masuk dalam genggamanku. Bisnis mereka akan macet jika aku memutus alur perdagangan."

Alasan utama mengapa para pengikut mayoritas mendukung pamannya tak lain karena Kim Jincheol memegang kendali bisnis mereka. Sekarang, wilayah itu akan jatuh ke tangannya, tidak ada lagi yang perlu diributkan.

"Biarpun mereka mengandalkan anak bajingan itu, sampai kapan mereka bisa bertahan?" batinnya sama sekali tidak percaya para pengikut itu akan bersiteguh mendukung adik tirinya yang tak punya sokongan status lebih-lebih kekuasaan memadai.

[BL] Crimson Throne (JoongDok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang