5

454 79 4
                                    





Aran menghentikan motornya tepat di parkiran sekolah. Mata sipitnya menatap ke arah deo yang sudah berada di sana.

"Mana aldo sama zee?"tanya aran.

"Paling masih molor, kayak gak tau si kembar aja"ujar deo.

Aran menganggukkan kepalanya, matanya beralih menatap shani yang sangat kesusahan membuka pengait helem.

Aran tersenyum gemas melihat wajah kesal shani yang begitu lucu.

"Sini, aku lepasi"ucap aran.

Shani mendekat ke arah aran, ia sedikit mendongakkan kepalanya untuk mempermudah aran membuka pengait helem nya.

"Kenapa makin susah, padahal kemarin aku udah bisa ngelepas sendiri!"ketus shani.

Aran tersenyum tipis mendengar itu."bukanya pelan pelan"

"Udah buka pelan pelan tapi tetep gak bisa"ucap shani menatap wajah tampan kekasih nya.

"Udah nih"ucap aran melepaskan helem dari kepala shani.

Aran merapikan sedikit rambut shani yang berantakan.

"Hedeh jadi nyamuk gue..."ujar deo.

Shani yang mendengar itu memberikan cengiran tak berdosanya pada deo.

"Aku duluan ya, kasian temen kamu"ucap shani yang di balas anggukan oleh aran.

Shani berjalan pergi meninggalkan aran dan deo di parkiran.

"Nah si kembar baru dateng!"ucap deo.

"Lama banget lo berdua!"ujar deo kesal.

Aldo melepaskan helem nya, azizi turun dari atas motor deo.

"Kenapa lo?"tanya zee.

"Kesel gue jadi nyamuk nya shanra"ucap deo.

"Mana?"

"Perasaan di sini cuman lo sama aran dong, kagak ada ci shani"ujar aldo.

"Udah pergi noh orang nya"ujar deo.

"Udah ributnya?"ucap aran.

"Ayo masuk"ajak nya.

***

Di kesal 11 IPS 3 tengah berlangsung pembelajaran matematika wajib. Semua murid di kelas itu memperhatikan ejelasan guru tentang materi hari ini.

"Oke, ada yang bisa jawab?"

Aran tanpa ragu mengangkat tangannya.

"Ya aran, apa jawabanya?"

Aran menggelengkan kepalanya."gak tau, saya cuman mau permisi ke toilet"

Zee yang duduk sebangku dengan aran hanya bisa menahan tawanya. Wajah datar aran ingin sekali zee tabok.

"Ah, silahkan"

Aran bangkit dari duduknya berjalan keluar dari kelas. Aran berjalan santai menuju toilet, mata sipitnya menatap beberapa murid murid yang berlalu lalang.

"Lepasin gue!!!"

Aran menghentikan langkahnya di pertigaan lorong sekolah. Ia menoleh menatap ke arah vino yang tengah mencengkram lengan seorang gadis di hadapannya.

Aran hanya menatap keduanya, tak ada niat aran untuk membantu gadis itu.

"Apa? Lepas?"

"Haha, gak bakal gue lepasin?!"ucap vino.

Aran masih setia melihat keduanya, aran hanya memastikan bahwa sahabat adiknya itu tidak akan kenapa napa.

"Kenapa muka nya ketakutan hm?"

"Bukanya kemarin lo sok jago?"ucap vino.

Vino mendekatkan tubuhnya pada chika, membuat chika melangkahkan kakinya mundur hingga tubuhnya membentur tembok.

"Gara gara lo harga diri gue jatuh!"

"Lo pikir, setelah ngelakuin hal itu hidup lo bakalan tenang?"ucap vino tertawa remeh.

Chika hanya diam, rasanya ia ingin menangis dan berteriak sekencang kencangnnya.

Namun niat itu ia urungkan saat matanya tak sengaja melihat aran yang menatap ke arah dirinya di pertigaan lorong.

"Lepas anjir!!"pekik chika.

Buhg!

"Ahk!!"ringis vino memegangi selangkangannya.

Aran yang melihat itu memejamkan matanya. Itu pasti rasanya sangat nyeri bukan?. Batin aran.

"Kurang ajar lo ya!!!"ringis vino.

Chika mendorong tubuh vino untuk menjauh dari hadapannya. Dengan santai chika berjalan meninggalkan vino di sana.

Mata chika meirik sekilas aran yang masih berdiri di sana. Tidak ada sapa menyapa, chika langsung melewati aran begitu saja.

Aran meirik sekilas ke arah chika, lalu setelahnya aran kembali melangkahkan kakinya menuju toilet.

"Boleh juga"batin aran.














Tbc

Loves UpperclassmenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang