Chapter 3

16 2 0
                                    

Mereka pun akhirnya berangkat. Sepanjang perjalanan, Carol mengobrol dengan Dara, sambil Dara sesekali memberi tahu arah jalan menuju rumahnya kepada Donna, Ibunya Carol.

Sesampainya mereka di rumah Dara, Dara langsung turun dari mobil dan berterimakasih kepada Donna, Ibunya Carol.

"t-terimakasih..." ucapnya dari samping jendela mobil.

Donna membuka jendela mobilnya dan mengangguk lalu dia memandangi rumah Dara yang cukup besar.

"ini, rumah mu?" tanya Donna.
"i-iya... lebih tepatnya, ini rumah keluarga besar saya." Jawab Dara.
"keluarga besar? Jadi kamu tinggal bersama dengan nenek-kakek mu?" tanya Donna lagi, dia semakin penasaran dengan rumah yang di tinggali Dara itu.
"i-iya, tapi saya masih punya orang tua." Ucap Dara.

Donna hanya mengangguk walau dia masih penasaran dengan rumah yang begitu besar itu.

"baiklah, kalau begitu kita pulang dulu ya." Ujar Donna.
"Dara, kapan-kapan aku boleh main kemari kan?" tanya Carol.
"t-tentu saja, kamu boleh main kesini." Ujar Dara sambil memanggut.

Carol tersenyum senang dengan ucapan Dara yang memperbolehkannya main suatu saat nanti. Donna pun menyalakan kembali mobilnya, berjalan mundur dan melajukan mobilnya sambil di iringin lambaian tangan dari Carol kepada Dara, Dara membalas lambaian itu.

Dara berjalan masuk menuju rumahnya itu, rumahnya terlihat megah dan mewah, namun ketika dia masuk semua itu berubah karna Dara merasakan sepi, sunyi, seakan tidak ada orang lain di rumah tersebut, sampai suara detak jam dan langkah kaki Dara bergema di rumah itu, hingga akhirnya muncul Ibunya dari dapur yang rupanya baru saja selesai masak.

"Dara, akhirnya kamu pulang nak..." ucap sang Ibu.
"aku... pulang..." ujar Dara sambil memanggut dan melihat kearah Ibunya itu.
"Ibu... masak?" tanya Dara.
"ohh... iya, ibu baru saja selesai masak... ah, ayo kita makan." Ajak sang Ibu.
"i-iya, tapi aku ganti baju dulu sebentar." Ujar Dara.
"yasudah, Ibu tunggu di meja makan ya?" ucap sang Ibu

Dara hanya memanggut sambil menaiki tangga, dia berjalan menuju kamarnya. Dara masuk ke kamarnya dan sejenak dia melihat kesekeliling kamarnya, dia teringat dengan kamarnya Carol yang rapih dan tertata tengan baik.

"Carol..." gumamnya sambil mengeluarkan buku novel yang Carol pinjamkan kepadanya dan melihatnya.

Seketika Dara langsung tersenyum senang ketika melihat buku itu, dia menaruh novel itu di meja belajarnya dan segera berganti pakaian lalu turun ke meja makan menemui Ibunya yang sedang menunggu kedatangan Dara. Ibunya melihat kearah Dara yang terlihat sedang senang itu, Ibunya pun ikut senang dan merasa kepo kenapa Dara tiba-tiba senang karna dari saat datang tadi, Ibunya melihat Dara seperti tidak semangat.

"Kamu kenapa, Dara? Gak biasanya kamu senyum-senyum gitu." Tanya Ibunya sambil mengambil piring untuk Dara.
"t-tidak... tidak apa-apa." Jawab Dara sambil malu-malu.

Ibunya tidak mempermasalahkan itu, karna semenjak kakek dan neneknya sudah tidak ada dan rumah yang biasanya ramai dengan sanak saudara yang lain sekarang jadi sepi, Dara selalu murung dan mengunci dirinya sampai Ibunya memaksa Dara untuk bersekolah agar tidak berlarut-larut dalam kesedhan itu. Ibunya merasa sangat senang bila Dara tidak merasa tertekan dengan dunia Luar.

"yasudah, ayo makan... Ibu masak makanan kesukaan kamu loh." Ujar sang Ibu.
"iyaa..." ucap Dara.

Sembari makan, Ibunya bertanya macam-macam hal kepada Dara, Mulai dari bagaimana Carol itu, hingga menanyakan Ibunya Carol, apakah Ibunya Carol berbuat yang tidak-tidak kepada Dara atau tidak, Tentu Dara menjawab tidak, karna Ibunya Carol yang bernama Donna itu sangat baik kepadanya, bahkan dia di persilahkan untuk makan bersama sebelum pulang, Ibunya Dara terkejut karna mendengar cerita dari Dara itu.

I'll always be by your side, I PROMISE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang