Bab 15

120 2 0
                                    

'Breaking news, telah ditemukan jasad seorang wanita di pinggir Waduk Anyar, jasad tersebut ditemukan pagi tadi oleh warga sekitar yang kebetulan sedang lewat, namun sampai saat ini jasad tersebut masih dalam proses evakuasi, dan diinformasikan pihak kepolisan belum dapat mengindentifikasi penyebab peristiwa tersebut, dan ditemukannya kartu identitas korban berinisial MR berusia 29 tahun, menurut keterangan salah satu warga MR adalah Pekerja Seks yang lokasinya tidak jauh dari Waduk Anyar. Pemirsa saat ini jasad wanita tersebut sudah dibawa kerumah sakit Jakarta untuk proses otopsi. Demikian berita terkini yang dapat kami kabarkan'

Demikian tutup seorang News Anchor ditayangan televisi kamar rawat VVIP, Pandu dan Jasmine menghentikan aktivitas perdebatan mereka, suara News Anchor ditelevisi menarik perhatian keduanya.

'MR? apa itu Mayriska' batin Jasmine, sementara otaknya sedang berpikir keras wajahnya tetap berusaha terlihat setenang mungkin. Sementara Pandu pandangannya yang sudah terlepas dari televisi kembali melihat kearah Jasmine.

'Waduk Anyar? MR? kemungkinan besar itu Mayriska' batin Pandu, namun ia membuang jauh-jauh pikirannya, saat ini dihadapannya ada Jasmine, rasanya saat ini ia hanya perlu memikirkan gadis dihadapanya saja.

Pandu memutuskan untuk meminta Tika mengecek apakah jasad yang ditemukan pagi ini di Waduk adalah May. Setelah berkutat dengan ponselnya dan mengirimkan pesan Pandu pun memasukan ponselnya kembali kedalam saku celananya. Sementara Jasmine, dalam hatinya gelisah dan bertanya-tanya mencoba mengingat apa perintah yang ia berikan ke Opi dan Rendy sebelumnya terkait urusan May, kenapa dia bisa berakhir tidak bernyawa di tepi Waduk? Jasmine ingat perkataannya tempo hari ke Opi 'dan kalau dia tutup mulut, lo juga harus tutup usia perempuan itu'.

Jasmine menghembuskan napasnya dengan kasar, ah ia ingat perkataannya. Hei tunggu apa Opi dan Rendy benar-benar membunuh perempuan itu? Namun kalau betul, kenapa kedua orang itu sangat ceroboh dan bodoh meninggalkan jasad May begitu saja? Ditepi waduk pula, kenapa tidak ditenggelamkan atau dikubur? Toh tidak aka nada yang akan mencari perempuan itu. pikir Jasmine

"Kamu kenapa?" tanya Pandu membuyarkan lamunan Jasmine

"Ah gak, gak apa-apa, Cuma bosen aja di kamar mulu" Jawab Jasmine asal, tentu ia tidak mungkin menjawab dengan jujur kalau ia kini sedang menggerutu mengutuk kebodohan dua temannya.

"Mau jalan-jalan ketaman gak? Mumpung masih pagi udaranya masih bagus" Pandu menawarkan hal yang tidak pernah terlintas dalam pikiran Jasmine

"Mauuu!!! Ayooo" ajak Jasmine penuh semangat membuat Pandu tergelak tawanya menampikan barisan gigi putih dan lesung pipinya

###

Hembusan angin membelai dan menari-nari disekitaran taman, udara sejuk menyapu wajah Jasmine dengan lembut, Pandu berhenti mendorong kursi roda membuat Jasmine sedikit mengadahkan kepalanya dan melihat wajah Pandu dengan jelas.

"Nah kita duduk disini ya" ucap Pandu saat mata mereka bertatapan Pandu seolah tau apa yang akan ditanyakan oleh Jasmine, Pandu duduk disebuah kursi taman yang terbuat dari besi, sementara kursi roda Jasmine tepat disebelahnya.

Jasmine tidak banyak bicara, ia menikmati udara pagi yang seolah menyambutnya dengan hangat pagi ini, matahari malu-malu dibalik awan, angin yang menghembus kesana kemari dengan lembut dan pemandangan pepohonan terawat diarea taman cukup mengobati rasa suntuknya setelah beberapa hari mendekam di kamar VVIPnya. Sejak datang ke Jakarta Jasmine belum sempat menikmati liburannya, ia malah berurusan dengan sindikat narkoba dan berakhir menjadi pasien rumah sakit. Namun ada sedikit alasan yang membuat Jasmine merasa hal yang menimpanya tidak terlalu buruk. Kembalinya ia ke kota yang pernah ia tinggalkan dengan segala kenangan didalamnya, membuat Jasmine tersadar bahwa ia cukup merindukan tempat itu, dan merindukan teman-temannya. Jasmine merasa sedikit bersyukur ia masih memiliki Yeni dan teman-temannya dikota ini.

Iris mata Jasmine fokus menatap keatas langit melihat gumpalan-gumpalan awan berwarna putih kapas diantara birunya langit pagi ini, tidak ada yang spesial pagi ini hanya ada beberapa pasien dan perawat yang mengunjungi taman, pepohonan dan beberapa bunga yang mulai bermekaran, pemandangan biasa seperti hari-hari sebelumnya, dan Jasmine pikirannya masih melayang-layang. Entah apa yang membuatnya merasa tenang saat ini, entah karena pemandangan biasa atau karena ia menikmati pemandangan itu dengan seorang pria disebelahnya. Jasmine yang masih menatap kelangit lepas kini menutup kelopak matanya secara perlahan sementara Pandu kini melihat gadis disebelahnya.

Kelopak matanya perlahan tertutup, namun sebuah gurat senyum terukir tipis, sangat tipis Pandu melihat guratan senyum tersebut ikut tersenyum. Pandu tidak tau entah apa yang ada didalam pikiran Jasmine, namun ia terlihat senang saat ini.

Tanpa mereka sadari, dari kejauhan ada seorang laki-laki bertubuh tinggi besar memakai jaket kulit dan topi berwarna hitam, pandangan laki-laki tersebut fokus kearah Jasmine, ia menyadari tidak bisa mendekat kearah Jasmine kali ini karena perempuan itu sedang bersama dengan seorang pria. Namun hal tersebut tidak membuatnya getir, dengan tenang ia berjalan mendekat dan duduk tidak jauh dari tempat Jasmine dan Pandu. Laki-laki tersebut mengeluarkan ponsel dan mengetikan sesuatu mengirim sebuah pesan. Ia bersikap setenang mungkin agar tidak ada yang mencurigai dirinya. Namun Pandu instingnya sangat tajam, ia hanya melirik sekilas dengan mata tajam yang tatapannya seperti pandangan elang. Pandu menyadari bahwa laki-laki yang sedang duduk dibangku sampingnya sedang memperhatikan Jasmine, jarak mereka tidak begitu jauh, kedua bangku besi itu hanya terhalang oleh bunga bougenville yang tumbuh subur didalam pot berukuran besar.

"Masuk yuk, mataharinya udah mulai terik" ajak Pandu yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Jasmine

Kursi roda itu pun berputar menjauh dari taman, Pandu mendorong kursi roda dengan hati-hati sementara Jasmine pandangannya sibuk melihat kesekitar, Jasmine tidak bodoh ia mengetahui bahwa saat ini ia sedang diawasi oleh seseorang, dan laki-laki yang berada ditaman dengan penampilan serba hitam kemungkinan adalah salah satu bagian dari sindikat narkoba yang kini mengancam keselamatannya.

Jasmine penasaran bagaimana mungkin seorang pengusaha perhotelan seperti keluarga Pandu terlibat dengan mafia narkotika itu? Atau mungkin ayah dari Tommy punya peran yang sangat besar dari kemelut masalah yang kini menyeret Jasmine? Dan demi Tuhan oh kenapa mereka sepertinya sangat dendam kepada Jasmine sampai-sampai meneror dan memata-matai Jasmine setiap saat? Lagipula Jasmine ikut campur karena melihat seorang anak kecil yang tidak berdaya hampir diculik, come on kalau memang mereka punya masalah dengan ayahnya Tommy kenapa tidak culik ayahnya saja? Bagi Jasmine mereka hanyalah sampah kecil yang harus dimusnahkan, setidaknya jadilah mafia yang keren dan terhormat. Ah semua itu membuat kepala Jasmine terasa sangat pusing.

###

Ronald memakai kacamata hitamnya, ia berjalan santai di Bandar Udara Internasional Makau Aeroporto Internacional de Macau. Ia bahkan hanya membawa satu tas koper kecil yang ditenteng ditangannya. Ia berangkat dengan pesawat yang tiba pukul enam sore di kota Macau, urusannya harus selesai dalam satu malam. Ia pernah membiarkan kesalahan kecil dan menganggapnya sepele namun tidak disangka bahwa musuhnya kini berada tepat dibelakangnya, bahkan nyaris mencelakai putra semata wayangnya. Setelah mengumpulkan petunjuk dan bukti kuat BIN mendapatkan titik terang tentang identitas penculik Tommy. Dendam dari Red Dragon sudah mandarah daging terhadap Ronald dan Pandu saat BIN berhasil meringkus jaringan mereka di Ibu Kota. Namun sindikat narkoba atau mafia kelas kakap satu itu seharusnya ia basmi sampai tuntas, kalau saja dulu Ronald tidak membiarkan beberapa orang dari mereka kabur saat operasi penyergapan mungkin hal seperti ini tidak terjadi. Berurusan dengan mafia kejam yang penuh dendam memang sudah menjadi makanan sehari-hari, namun kali ini mereka cukup merepotkan, bahkan seorang gadis ikut terseret dalam kasus yang seharusnya tidak boleh muncul kepermukaan.

Anggoa pasukan khusus BIN yang dibentuk oleh presiden sebelumnya adalah sebuah operasi yang bersifat sangat rahasia, mereka bukan hanya mengurus masalah kriminalitas tingkat nasional, namun tugasnya lebih dari itu, salah satunya adalah memberantas mafia-mafia kelas kakap dinegeri ini yang sudah mengakar dan menjamur dipelosok dunia. Anggota pasukan khusus BIN selalu memiliki perintah untuk beroperasi dalam senyap, tidak ada yang boleh mengetahui identitas dan juga kegiatan mereka. Hal ini yang membuat mereka memiliki perkerjaan ganda, seperti Ronald dan Pandu yang berkamuflase menjadi pembisnis dibidang perhotelan, hal ini tentunya sangat membantu pekerjaan asli mereka, baik kerabat maupun kolega mereka hanya beranggapan bahwa mereka adalah keluarga pembisnis yang super sibuk sehingga sulit untuk ditemui, padahal kenyataannya Pandu lebih sering berada dimedan perang lengkap dengan senjata api dan granatnya dari pada berada ditengah rapat dengan investor hotel, begitupun dengan Ronald yang memimpin jalannya operasi khusus selama bertahun-tahun.

Part Of EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang