Bab 20

122 2 0
                                    

Jasmine tertidur lelap setelah menjalani rangkaian therapy, ia cukup kelelahan menjalani pengobatan tersebut, pasalnya ia selalu memaksakan diri agar cepat bisa berjalan kembali saat ini Jasmine sudah bisa melakukannya sedikit demi sedikit walaupun kaki dan bagian pinggulnya masih terasa kaku dan menyakitkan untuk dibawa melangkah. Sementara Yeni baru saja meninggalkan Jasmine sendirian ia harus pergi ke mini market untuk membeli air mineral dan beberapa kebutuhan untuk di kamar Jasmine.

Lampu kamar ruangan inapnya sudah dimatikan, hanya ada sedikit cahaya samar yang tembus dai gorden jendela kamarnya. Pintu kamarnya terbuka secara perlahan terdengar derap langkah seseorang memasuki kamar. Seorang pria bertubuh tinggi tegap berjalan mendekati Jasmine yang masih tertidur. Pria tersebut adalah orang yang mengintai Jasmine sejak di taman rumah sakit, salah satu bagian dari Red Dragon.

Pria tersebut mengeluarkan sebuah jarum suntik yang segera ia suntikan kekantung infuse milik Jasmine, setelah aktivitasnya selesai ia segera berbalik untuk meninggalkan ruangan tersebut, namun sebuah tangan mencengkram lengannya dengan sangat kuat. Jasmine terbangun dan menyadari dirinya dalam bahaya. Tangan Jasmine masih mencengkram, kedua matanya menatap tajam penuh amarah ia langsung bergegas duduk, pria tersebut menghempaskan tangan Jasmine dan langsung menyerangnya ia menampar dan mendorong Jasmine hingga gadis itu terjatuh kesebrang ranjangnya, Idris berusaha mencekik gadis yang sudah dua kali menyusahkannya. Idris salah satu pelaku penculikan Tommy kini berada di rumah sakit untuk membunuh Jasmine, bukan tanpa alasan, bagi Red Dragon Jasmine sudah menjadi penghalang balas dendam geng tersebut kepada Ronald dan pasukannya, dan bagi Idris kematian Jasmine adalah jaminan agar ia diampuni oleh sang bos.

Jasmine mengeluarkan sebuah pisau lipat berukuran sangat kecil dari balik pakaiannya dan menusukan pisau tersebut tepat diperut pria tersebut, Jasmine menarik pisaunya dan menghunuskan pisaunya lebih dalam lagi Jasmine melakukannya sampai tiga kali, darah mulai bercucuran menggenangi lantai, sementara cengkraman tangan Idris yang masih mencekik Jasmine kini mulai melemah ia menyadari bahwa gadis ini ingin membunuhnya. Idris mendorong Jasmine dan ia berdiri dengan lunglai, tangannya menutup bagian luka yang sudah menganga dan darah sudah membasahi pakaiannya, sementara Jasmine terbatuk-batuk lehernya terasa sakit ditambah Idris mendorongnya hingga punggungnya terbentur nakas. Jasmine masih memegang pisau lipat miliknya ia menusukan pisau itu kebagian perutnya, tidak begitu dalam namun cukup untuk membuat seolah-olah ia sepenuhnya adalah korban dalam penyerangan ini. Setidaknya ia harus sedikit terluka agar Yeni, Pandu dan orang lain tidak menaruh rasa curiga kepada dirinya.

Idris berlari keluar dari kamar Jasmine bertepatan dengan kedatangan Yeni dengan tas belanjanya, Idris yang berlari di koridor tidak sengaja menabrak Yeni dan membuat gadis itu sedikit menggerutu namun ketika melihat Idris yang bergelimang darah perasaan Yeni mulai tidak enak ia pun berlari menuju kamar Jasmine.

"Kakak!!!" pekik Yeni histeris, ia melihat Jasmine tidak sadarkan diri dengan penuh darah dilantai

###

Alya masih sibuk dengan pekerjaannya, ia membantu team Alpha dari jarak jauh, untuk mengkonfirmasi ulang identitas lengkap ketua baru Red Dragon yang sudah tertangkap hari ini. Terlebih sebelumnya mereka hanya memiliki sketsa wajah dan sedikit informasi. Kabar tentang batalnya operasi di kasino cukup menambah pekerjaannya, untunglah operasi diatas kapal feri hari ini berhasil. Kedua matanya masih fokus dilaptopnya sampai terdengar suara gaduh dari salah satu PC nya, suara tersebut berasal dari alat penyadap di kamar Inap Jasmine. Terlihat Jasmine berada dilantai dan seorang pria mendekatinya, Alya tidak dapat melihat dengan jelas karena posisi pria tersebut membelakangi kamera pengintai. Ia segera menelpon agent lapangan untuk segera menuju rumah sakit secepat mungkin, Alya juga segera membereskan laptopnya dan berlari keluar dari ruangannya.

Malam ini ia cukup sibuk, tugasnya belum selesai dan kini terjadi penyerangan Jasmine membuat Alya cukup frustasi. Ia tidak mungkin member kabar buruk ini kepada Pandu sekarang, setidaknya Alya harus memastikan keadaan Jasmine aman terlebih dahulu.

###

Alya tiba di rumah sakit setelah mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia berlari kearah kamar inap Jasmine, namun nihil tidak ada Jasmine disana, hanya ada anggota BIN yang diteleponnya tadi dan beberapa petugas keamanan rumah sakit. Mereka sedang melakukan pemeriksaan terhadap darah yang menggenang dan kantung infuse milik Jasmine juga sudah mereka amankan.

"Dimana Jasmine?" tanya Alya yang masih mengatur hela napasnya

"Dia ada di ruang operasi, sepertinya dia di tusuk dengan pisau ini" salah satu dari mereka menunjukan sebuah pisau lipat yang sudah dimasukan kedalam plastik

"Astaga! Lalu dimana Yeni?"

"Dia masih menangis didepan ruang operasi"

Alya segera bergegas menuju ruangan operasi yang ditunjukan oleh rekannya, benar saja ia melihat Yeni yang masih duduk menangis, Alya dengan canggung menghampiri Yeni.

"Hei kamu Yeni ya?"

"Hhhm i-iya, Mbak siapa ya?" tanya Yeni yang berusaha berbicara dengan tenang

"Saya Alya, temannya Pandu, Saya boleh tau apa yang terjadi?" tanya Alya hati-hati mengingat keadaan Yeni yang masih shock

"Saya tadi keluar sebentar untuk beli air mineral sama cemilan untuk kak Jasmine, terus saya oh iya saya tadi sempet ditabrak sama orang yang bajunya berdarah-darah gitu di koridor arah ke kamar inap" Yeni menarik napasnya, ia berusaha mengatur suaranya agar tidak bergetar hal ini membuat Alya cukup prihatin ia menepuk-nepuk pundak Yeni agar gadis itu sedikit lebih tenang

"Terus karna ngeliat orang itu saya kepikiran sama kak Jasmine, pas saya masuk kamar dan nyalain lampu kamar kak Jasmine ada di lantai berdarah-darah banyak banget, saya teriak-teriak minta tolong" Yeni menghentikan ucapannya dan kembali menangis. Gadis itu sesekali mengutuk kebodohannya seharusnya ia tidak meninggalkan Jasmine sendirian.

"Jasmine ditusuk pisau?" tanya Alya kali ini membuat Yeni mengangguk

"Kamu tenang dulu ya, kita tunggu hasil operasinya" ucap Alya kali ini, ia tidak dapat banyak bertanya kepada Yeni yang masih menangis.

Pikiran Alya juga sama kusutnya dengan Yeni, diam-diam hinggap rasa bersalah dalam hatinya seharusnya ia memonitor keadaan Jasmine setiap saat, bahkan Pandu sendiri yang memintanya untuk menjaga gadis itu dari kejauhan namun ia sangat lalai dan membiarkan hal mengerikan menimpa Jasmine yang seharusnya aman berada dalam pengawasannya, entah apa yang akan ia jelaskan kepada Pandu, cepat atau lambat Alya harus memberi tahu Pandu tentang kejadian ini.

Seorang Dokter diikuti dua perawat keluar dari ruangan operasi, hal ini membuat Alya dan Yeni segera menghampiri Dokter, mereka berharap kondisi Jasmine baik-baik saja.

"Dok bagaimana kondisi Jasmine?" tanya Alya

"Operasinya berjalan lancar, untunglah luka tusuknya tidak dalam, sehingga tidak berakibat fatal" penjelasan Dokter sebelum berpamitan.

Penjelasan Dokter membuat Yeni dan Alya saling menatap, keduanya sama-sama dihinggapi perasaan bersalah. Mereka kembali duduk dan menunggu. Tidak ada yang berniat mengeluarkan suara, baik Alya maupun Yeni keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Suara dering dari ponsel Alya membuyarkan lamunan keduanya.

'Pisau lipat dan kantung infuse sudah dibawa ke lab dan di cek ada kandungan racun asernik didalam infuse, dan rekaman CCTV koridor juga sudah diamankan'

Alya membaca pesan tersebut dan menarik napas dengan gusar. Ia memutuskan segera memberi tahu Pandu.

Part Of EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang