Bab 11

127 2 0
                                    

Pandu menepikan mobilnya, ia tersenyum mendengar percakapan antara Jasmine dengan teman-temannya melalui penyadap yang terhubung ke ponselnya. Awalnya Pandu sengaja mengaktifkan sambungan penyadap agar bisa memantau Jasmine dari kejauhan. Mengingat ia tidak bisa 24 jam berada disisi gadis tersebut. Pandu mematikan sambungan penyadapnya. Ia mulai menekan nomor telepon yang akan ia hubungi.

"Hei, maaf ya saya tadi pagi-pagi sekali langsung pergi, ada pekerjaan yang mendesak. Saya gak tega kalau harus bangunin kamu" ucap Pandu

"Iya gak apa-apa, lagian saya gak nyariin kamu kok" ucap Jasmine diseberang sana, membuat Pandu menahan tawanya, bukankah tadi dia menggerutu karena tidak diberi kabar?

"Ya sudah saya lanjut dulu ya masih ada urusan"

"Oke" jawaban Jasmine terdengar singkat dan sambungan telepon mereka terputus

###

Markas BIN

Anggota pasukan alpha sudah bersiap lengkap dengan segala atributnya, Pandu selaku captain dalam pasukan khusus BIN bertanggung jawab penuh untuk memimpin pasukan dan menjalankan misi sampai selesai. Hari ini mereka mendapat tugas untuk menyergap gedung tua bekas rumah susun yang diyakini adalah markas sekaligus tempat operasi pembuatan obat-obatan terlarang.

Pandu bersama dengan pasukannya sampai di depan sebuah bangunan tua, tampak seperti komplek rumah susun yang sudah tidak berpenghuni. Mereka memasuki area tersebut dengan penuh hati-hati. Pandu masih memimpin komando, dibelakangnya Daniel siap siaga mengarahkan beberapa pasukan untuk memasuki area gedung lainnya lewat belakang. Pasukannya menyebar dengan senyap masuk kedalam gedung. Sejauh ini gedung tetap terlihat sepi, hanya ada dua penjaga digerbang dan sudah dilumpuhkan dengan mudah oleh anggota pasukan Alpha.

Mereka kini sampai diarea dalam bangunan, tidak banyak hanya ada dua gedung, namun mungkin puluhan orang menunggu mereka didalam sana. Pandu dan pasukannya terus bergerak masuk dan kembali menyebar, mengingat cukup luasnya area yang akan mereka sergap.

Dilantai satu, mereka menemukan beberapa penjaga, tidak perlu dengan senjata api empat orang penjaga berhasil diborgol. Pandu terus naik kelantai atas, baru saja langkahnya terhenti dilantai dua, sudah ada tembakan dari arah musuh. Tembak-menembak pun tidak bisa dihindari, dentuman demi dentuman dari moncong senjata api terdengar bergemuruh, membuat operasi senyap itu menjadi sangat gaduh, tidak sampai disitu, lampu pun mendadak padam. Entah memang mati listrik atau ini adalah strategi dari musuh yang sudah tau kalau-kalau mereka terkepung saat ini.

Tembakan demi tembakan terus dilayangkan, malam itu terasa begitu menegangkan, Pasukan Alpha satu terus meringsek masuk memerika tiap-tiap pintu yang ada dalam bangunan, tidak lagi dengan gerakan senyap, mereka akan saling melayangkan peluru bila berpapasan dengan musuh. Waktu mereka tidak banyak, operasi ini harus selesai sebelum pagi, team Alpha menemukan sejumlah barang bukti bahkan betul sesuai dugaan, bahwa bangunan tersebut digunakan sebagai tempat pembuatan obat-obatan terlarang, mereka membuat laboratoriumnya sendiri.

Disisi lain, Pandu terus naik menuju lantai empat yang diyakini adalah kediaman Bandar sekaligus ketua mafia narkoba kelas teri di kota ini, namun sayangnya mereka mulai melebarkan sayap berniat melakukan transaksi dagang dengan luar negeri.

Duarrr...

Suara tembakan yang nyaris saja melukai lengan Pandu, untungnya ia segera mengelak dan bersembunyi, besi panas itu menghantam sebuah lampu gantung yang kini kacanya berserakan dilantai. Pandu masih dengan posisinya yang berlindung dibalik meja, saat ini ia berada di hall seperti restoran ditengah-tengah aula besar. Hanya lantai ini yang terlihat lebih megah dan terawat, tentu Pandu tidak bisa melihat dengan jelas, listrik yang padam menjadi penghalang namun tentu tidak membatasi pergerakan mereka sebagai agent terlatih.

Pandu berlari kearah belakang tepat dimana seseorang bersembunyi dengan senapannya, saat ia menoleh Pandu dengan cepat melayangkan tendangannya, pria itu jatuh tersungkur, senjatanya pun terhempas, mereka terlibat baku hantam yang sengit, ditengah malam gelap dan hujan deras diluar sana, sesekali cahaya kilat dari petir membantu keduanya untuk melihat pergerakan musuh. Pandu yakin kali ini bukanlah preman biasa yang sedang ia hadapi, kemampuan bela diri pria ini cukup mumpuni, mereka sama-sama kuat dan tidak ada tanda-tanda bahwa pria ini mencari kesempatan untuk melarikan diri, saling serang dan saling mengelak pun masih berlanjut, namun Pandu cukup cepat untuk membaca pergerakan dan kelemahan lawannya, ia mengamati pria dihadapannya selalu menyerang dengan kaki kanannya, hal ini membuat Pandu berhenti membuang-buang waktu, ia menyerang dengan lebih agresif, incarannya jelas kaki kiri dan tubuh bagian kiri dari pria ini, kemungkinan di sana adalah letak kelemahannya. Benar saja dua kali Pandu melayangkan pukulan dan tendangan di area paha kiri pria tersebut terjatuh lunglai, Pandu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia menghajar sekali lagi dan benar saja pria itu kini tumbang pingsan begitu saja.

Pandu bergegas memasuki satu ruangan besar, listrik diruangan itu masih menyala dengan baik, ada satu orang disana. Berpakaian rapi dengan setelan tuksedo berwarna abu-abu muda yang terlihat mahal, sibuk memperhatikan layar-layar CCTV ia menonton para bawahannya yang diringkus oleh para aparat bersenjata.

"Hei bro.. lo mau gabung?" ucapnya santai sambil memasukan potongan kentang goreng ke dalam mulutnya. Pandu memperhatikan sekitar, kalau instingnya benar pria ini sendirian diruangan ini, satu-satu ajudannya sudah tumbang diluar sana yang baru saja dibuat pingsan oleh Pandu

"Anak buah lo udah habis semua diringkus, bahkan tempat ini pun sudah dikepung, tapi lo terlihat sangat santai" ucap Pandu seraya mendekat, namun ia tetap menjaga jarak

"Well, mereka Cuma preman kampung yang gak paham seni bisnis obat bro" jawabnya, kini ia berdiri membuka tuksedo abu-abunya tidak lupa melonggarkan kancing kemeja bagian lehernya

"Pasukan lo boleh meringkus semua anak buah gue, tapi sebagai bayarannya, kepala lo cukup untuk membayar semua kerugian gue" kini pria tersebut sudah siap dengan posisi kuda-kuda nya, tangannya menggengam sebilah belati yang mengkilap, hal ini membuat Pandu bersiap dan mengeluarkan pisau belatinya.

Pertarungan yang tidak terelakan pun terjadi, bunyi gesekan-gesekan belati ngilu terdengar, sementara layar-layar di ruangan itu masih menampilkan beberapa pasukan dan anggota sindikat narkoba di gedung ini yang juga masih terlibat perkelahian.

Tebasan demi tebasan dilayangkan namun masih mengenai udara kosong, dengan belati tajam satu tebasan atau tusukan saja sudah fatal resikonya. Baik Pandu maupun pria pemilik bisnis narkotika sama tak mau mengalah mereka gigih, salah-salah langkah nyawa bisa melayang begitu saja.

Pria tersebut melayangkan tebasannya lagi-lagi hanya mengenai udara kosong, Pandu secepat mungkin mengelak, menyadari memiliki kesempatan untuk menyerang saat tangan pria terbuka lebar Pandu merunduk dan menebas bagian pundak pria tersebut, ia mengeram kesakitan. Darah mulai membasahi kemeja putihnya, ia pun mundur beberapa langkah, namun sialnya masih saja ingin bertarung. Oh ayolah Pandu hanya ingin meringkusnya bukan membunuhnya. Pria itu pun lari ke arah Pandu dengan belati digenggamannya, lagi-lagi perkelahian tidak terelakan, namun kali ini Pandu tidak ingin membuang-buang waktu lagi ia mendengar laporan complete dari pasukannya melalui earpiece, seluruh anggota gembong narkoba sudah berhasil ditangkap dan yang paling penting laporan dari Daniel terkait lab yang mereka gunakan untuk membuat obat tersebut pun dalam kondisi aman, TKP bersih dan penuh dengan barang bukti, hal ini adalah bagian dari strategi mereka, penyerangan difokuskan disalah satu gedung tempat pria ini yang bernama Dion tinggal, hal ini membuat semua anggota mafia kecil ini berlari menyelamatkan bos nya, dan lalai meninggalkan lab mereka begitu saja.

Dion, pria dengan luka dipundaknya yang semakin menganga tetap membabi buta ingin menghabisi Pandu, ia baru saja menyadari tipuan dari pasukan yang dikomandoi oleh Pandu. Sengit dan buas keduanya tetap fokus bertarung malam itu, satu sayatan kecilpun mendarat sempurna dilengan Pandu, namun ia tidak menggubrisnya, Pandu dengan cepat menghantam rahang Dion beberapa kali hingga ia tersungkur, darah pun mulai bermuncratan dari mulutnya, belatinya sudah terlepas dari genggamannya. Pandu mendekat, ia memasangkan borgol ditangan Dion tanpa ada perlawanan, laki-laki itu sudah hampir kehilangan kesadarannya.

Penyergapan malam itu pun selesai. Anggota Alpha berhasil meringkus gembong narkoba di kota, malam ini hujan masih lebat, tidak ada tanda-tanda akan berhenti, petir masih bergemuruh dan kilat-kilatnya sesekali menampakan diri di langit menggambar garis-garis terang.

Part Of EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang