Bab 19

122 2 0
                                    

Pandu dan Daniel tiba di bar kapal dengan tema semi outdoor tersebut, mereka melihat pimpinan Red Dragon, pria yang ciri-cirinya sama persis seperti ucapan pria yang ditangkapnya malam tadi dekat kasino. Daniel menatap kearah Pandu dan saat itu juga Pandu mengangguk. Mereka berjalan mendekati pria tersebut, terlihat segerombolan preman yang bertugas sebagai ajudan disekeliling pria itu mulai menyadari kehadiran Pandu dan Daniel. Mereka masih duduk bersantai dikursi-kursi besi yang tertanam dilantai kapal namun gerak-gerik tubuh mereka mulai waspada, tatapan semua orangpun mengarah ke Pandu dan Daniel. Langkah kaki Pandu dan Daniel berhenti tepat didepan pria dengan tato naga dilengannya. Pria tersebut membuka kacamata hitamnya, pria itu penasaran siapa kedua orang yang menghampirinya. Apa mungkin anggota BIN yang berhasil mengejarnya sampai disini.

Pandu duduk tepat didepan pria berbadan tinggi besar dengan otot-otot yang terbentuk sempurna, Pandu juga melepaskan kacamata hitam yang dipakainya dan memasukan kekantung jaketnya seraya mengeluarkan sebuah surat yang langsung ia letakan dimeja tepat dihadapan ketua Red Dragon. Sementara semua ajudan yang kurang lebih berjumlah dua puluh lima orang itu kini berdiri mengelilingi Pandu dan Daniel, mereka sudah bersiap dengan senjata api dan beberapa senjata tajam seperi pedang ataupun parang.

"Ketua Red Dragon yang terhormat, mohon maaf anda tidak bisa melanjutkan liburan ke Shenzhen, anda harus ikut dengan kami untuk memberikan keterangan terkait beberapa kasus yang melibatkan organisasi anda" ucap Pandu dengan gaya santai dan jemarinya mendorong sebuah surat penangkapan kearah ketua Red Dragon. Mendengar hal itu semua ajudannya bersiap menyerang Pandu, namun ketua Red Dragon mengangkat tangannya mengisyaratkan untuk menahan penyerangan.

"Kalian melakukan kesalahan besar, kalian akan mati sia-sia disini, dan jasad kalian hanya akan menjadi makanan untuk ikan-ikan dilaut sana" ucap ketua Red Dragon, setelah itu ia mengangguk pertanda perperangan sudah dimulai.

Pandu dan Daniel dengan sigap menghadap belakang menarik salah satu anggota mereka untuk dijadikan tameng dari tiap-tiap tembangan dan tebasan yang dilayangkan dalam jarak dekat, Pandu dan Daniel mengeluarkan Glock 17 dan baku tembak tidak dapat dihindari, sementara dua orang yang mendadak dijadikan tameng untuk perlindungan Pandu dan Daniel kini sudah berlumuran darah. Mereka berdua terus mundur memancing musuh untuk ketengah, masih dengan baku tembak yang tak dapat dihindari, untunglah Erik dan lainnya kini datang membantu.

Gelombang laut sangat tinggi membuat kapal sedikit terombang ambing sementara langit sudah mulai menghitam, pertempuran masih berlanjut, kali ini Pandu berlindung dibalik drum-drum yang berisikan barang-barang entah milik siapa namun nasib drum tersebut pun kini kurang baik, pasalnya beberapa bahan makanan dalam drum kini sudah tercampur dengan peluru. Tembakan dari arah lawan kini melemah kemungkinan mereka sedang menghemat amunisi. Pandu memberikan kode untuk bergerak maju.

"Cover" ucap Pandu membuat Daniel dan Erik langsung menembak terus menerus kearah musuh untuk melindungi Pandu yang kini berlari mendekat kedalam bar, beberapa dari mereka bersembunyi didalam bar.

Daniel menyusul dibelakang Pandu sementar Erik, Hadi dan Max menyelesaikan beberapa orang yang berada di dek kapal mereka masih terlibat baku tembak. Pandu bersiap membuka pintu bar yang sengaja ditutup oleh mereka, Pandu dan Daniel saling menatap dan mengangguk, mereka dengan posisi siap siaga dengan Glock 17 ditangannya, tepat saat pintu terbuka seseorang dari dalam bar melemparkan granat tangan fragmentasi L109 HE dengan daya ledak tinggi, granat tersebut menggelinding dan berhenti dikaki Pandu melihat hal itupun Pandu langsung menendang granat tersebut kearea luar dek kapal.

"Granat" teriak Pandu member instruksi untuk menyelamatkan diri bagi siapapun yang berada di dek kapal, baik anggota pasukannya ataupun para musuh.

Granat langsung meledak diantara kursi-kursi besi yang berjajar didepan bar, ledakan juga menyebabkan Pandu dan Daniel terlempar dan beberapa orang ajudan yang berlindung diantara kursi dan meja-meja bar tewas karna ledakan.

Pandu segera bangkit dari posisinya, ledakan barusan memberikan jeda diantara kedua kubu, pasalnya efek ledakan menciptakan kepulan asap yang luar biasa dan membuat semua orang terpental. Pandu tidak memperdulikan pelipisnya yang mulai mengalirkan darah segar, begitu pun dengan anggota lainnya yang penampilannya tidak kalah berantakan, syukurlah setidaknya teamnya masih selamat. Pandu berlari menuju dalam Bar, hujan peluru pun kini datang dari dalam bar, entah tersisa berapa orang didalam sana, namun yang pasti mereka semua harus tertangkap kali ini. Erik dan Max menyelesaikan sisa-sisa musuh yang tersisa dua orang. Sementara yang lainnya sudah berlumuran darah entah masih hidup atau tidak.

Daniel memberikan kode bahwa ia akan berada dibelakang Pandu, mereka masuk perlahan saat ini area dalam bar kosong, Pandu dengan waspada memeriksa keadaan sekitar, diikuti Daniel yang sama waspadanya. Terdengar suara langkah kaki dan

DUARRR..

Suara tembakan menuju arah mereka berdua, membuat Pandu dan Daniel segera berlindung dianta meja-meja kayu yang diatasnya masih tersedia gelas-gelas yang kini sudah terbelah-belah terkena tembakan peluru nyasar dari pihak musuh. Pandu dan Daniel membalas tembakan demi tembakan. Mereka memeriksa amunisi yang mereka miliki. Dan hanya saling melihat satu sama lain serta member isyarat, sialnya amunisi Pandu hanya tersisa satu, dan Daniel hanya tersisa dua peluru. Setelah suara tembakan mulai jarang Pandu bergegas maju dan mendapati ketua Red Dragon sedang mengecek sisa amunisinya. Namun melihat kedatangan Pandu ia langsung menodongkan pistolnya, begitupun dengan dua orang yang masih setia disamping ketua geng tersebut, Pandu tertawa. Oh ayolah bukannya ini seharusnya sudah selesai.

Pandu juga masih menodongkan senjata tepat dihadapan ketua geng Red Dragon jarak diantara mereka berdua hanya terpaut tiga meter. Sementara dibelakang Pandu sudah ada Daniel, disusul Max, Erik dan Hadi mereka semua bersiap dengan senjata masing-masing. Suasana menegangkan menyelimuti area bar yang sudah hancur porak poranda, diatas kapal ditengah lautan china, dengan hujan badai yang mulai deras, Pandu berani bertaruh bahwa pihak musuh sudah kehabisan amunisi. Ketua Red Dragon kini mendorong salah satu anak buahnya untuk berdiri didepannya hal ini membuat Pandu memberikan senyuman sinis dan penarik pelatuk pistolnya melihat hal tersebut seorang anak buah yang baru saja dijadikan tameng oleh bosnya sendiri memohon ampun ketakutan.

"Apa yang anda lakukan? Perperangan ini sudah berakhir, Game Over" ucap Pandu, sementara itu dari dek kapal muncul beberapa anggota pasukan khusus yang baru saja mendarat dari helikopter H-225M lengkap dengan senjata mereka. tanpa hitungan menit sudah mengepung seluruh area kapal.

"Hahaha... Anda berlari sejauh ini untuk mengejar saya, lalu bagaimana dengan tunangan anda, apakah gadis itu baik-baik saja? Anda meninggalkan dia di rumah sakit sendirian bukan?" ucap Ketua Red Dragon yang masih sombong walaupun sudah diborgol dan diseret oleh anggota pasukan khusus.

Pandu tampak mengabaikan perkataan pria tersebut, namun saat ini ia jelas khawatir kepada Jasmine, mengingat selama bertugas ia sama sekali tidak mengetahui keadaan Jasmine, apakah gadis itu baik-baik saja? Daniel mendekati dan menepuk pundaknya membuyarkan lamunannya.

"Santai bro, Jasmine ada dalam pengawasan Alya" ucap Daniel dengan penampilan kusut masai, wajah dan pakaiannya cemong terkena asap granat, terlihat beberapa luka dilengannya ditambah kini mereka diguyur hujan badai. Keadaan Pandu tidak kalah berantakannya kali ini, luka dipelipisnya masih mengalirkan darah, kondisi wajah dan pakaiannya hampir sama dengan Daniel.

"Tunangan lo pasti aman Capt, pelakunya sekarang udah ketangkap" kali ini Erik menyusul, perkataannya membuat Pandu mendelik kearah Daniel, pasti Daniel yang membocorkan berita pertunangan ini ke Erik. Namun Daniel malah bersikap acuh tak acuh seolah tidak melakukan kesalahan hal ini membuat Pandu menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan sahabat sekaligus rekan kerjanya.

"Gue harap juga begitu" jawab Pandu tulus, ia benar-benar berharap tidakada lagi masalah dengan Red Dragon yang menyeret Jasmine.

Part Of EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang