Bab 2

219 68 0
                                    


"Ups sorry.. gak sengaja" ucap Jasmine datar membuat Risa memekik kesal, Rayan dan Andra kini bergerak menghalangi Risa yang sepertinya akan mengamuk tentu mereka sedang berusaha melindungi Jasmine dari amukan Risa yang kini basah kuyup karna jus jeruk yang mendarat mulus di atas kepalanya. Hal tersebut menjadi sedikit hiburan bagi yang menyaksikan tidak sedikit dari mereka yang tertawa melihat Risa mengamuk dan adapula yang hanya menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan insiden yang mereka lihat.

Disisi lain, seorang pria mengamati insiden Jasmine dan Risa tanpa bergeming, seolah tidak peduli namun cukup penasaran, namun pria tersebut membuat simpul sedikit simpul senyum ketika Jasmine mengguyur Risa, ah perempuan itu membalasnya dengan cepat. Begitulah pikir pria tersebut.

Jasmine bergegas meninggalkan aula prasmanan, bukan hanya aula prasmanan namun Jasmine hendak pergi meninggalkan acara seminar ia cukup kesal dengan kejadian bersama Risa, sudah bertahun-tahun tetapi mereka belum juga akur, baik Jasmine ataupun Risa tidak ada yang merasa ingin berbaikan, bukan karna Jasmine terlalu angkuh namun Jasmine tidak pernah tau apa kesalahannya hingga Risa sangat membencinya, Jasmine berkutat dengan pikirannya sendiri dan langkah kakinya bergegas menuju parkiran yang terletak di lantai lima.

Sreetttt.. "tolong. Tol.." samar-samar terdengar suara anak kecil yang meminta tolong, Jasmine melambatkan langkah kakinya ia menajamkan indra pendengarannya dari mana suara tersebut berasal

BRAKKK..

Jasmine menoleh ia berlari ke arah sedan hitam sumber suara tersebut, jangan ingatkan tentang Risa yang membuatnya kesal bahkan ia sudah lupa dengan kakinya yang hampir terkilir karna perbuatan Risa. Jasmine menghentikan kakinya tepat di dekat dua orang pria berbadan tinggi besar sedang memasukkan bungkusan kain hitam yang cukup besar namun meronta-ronta ke dalam bagasi mobil, Jasmine yakin sumber suara yang ia dengar berasal dari bungkusan kain hitam tersebut, mereka pasti menculik anak kecil dibalik kain hitam itu, pikir Jasmine, kini ia mencari apa pun untuk dijadikan senjata melawan dua pria berbadan tinggi besar namun apalah daya hanya ada potongan paralon di dekatnya saat itu. Tanpa pikir panjang Jasmine menghantam salah satu tengkuk penculik dengan paralon ditangannya sukses membuat satu penculik tumbang, ia segera menarik anak kecil di dalam bagasi untuk keluar dan lari namun salah satu penculik yang bertugas memegang kemudi alias supir menyadari hal tersebut ia berlari ke belakang mobil, hanya ada Jasmine disitu yang menghalanginya sementara anak kecil sasarannya telah berlari menjauh sambil terisak-isak.

"Siapa lu? Berani-beraninya ikut campur" marah pria tersebut untung bentakannya tidak membuat Jasmine terkejut ia berusaha terlihat setenang mungkin

"Siapa saya itu tidak penting. Berapa harga yang ditawarkan bos kalian untuk menculik anak itu?" tanya Jasmine enteng.

"Kurang ajarrr" sontak pria tersebut mengacungkan pistol G2 Combat tepat di depan kepala Jasmine, hal ini membuat Jasmine tertawa mengejek ia jelas paham bahwa pria di depannya tidak begitu mahir memegang senjata api tangannya bergetar dan berkeringat, tentu pria di hadapannya bukan seorang pembunuh atau lebih tepatnya belum menjadi seorang pembunuh.

Disisi lain, seluruh crew hotel sedang panik dan sibuk mencari anak dari bos besar mereka yang kemungkinan hilang ataupun iseng keluyuran di area hotel yang cukup luas, beberapa dari mereka sudah terkena amarah dari bos besarnya karna lalai menjaga bocah laki-laki berusia 6 tahun, sementara sang istri sudah menangis terisak-isak menghawatirkan anaknya.

Pandu, pun tak kalah sibuk mencari keponakannya yang menghilang dari kamar hotel, ia melihat seluruh CCTV area hotel hingga menemukan satu hal yang janggal di beberapa tempat CCTV mati seperti sengaja dirusak. Hingga akhirnya terdengar suara bising tembakan dari parkiran mobil lantai lima.

Muncul mobil sedan berwarna coklat dari arah lain menembakkan peluru tajam tepat kearah kepala si anak kecil yang bahkan Jasmine tidak tau siapa namanya. Jasmine tidak lagi menggubris penculik di hadapannya, ia merampas pistol G2 Combat dari penculik tersebut lalu terlibat baku tembak dengan orang-orang di dalam mobil sedan berwarna coklat, Jasmine memeluk anak kecil berusaha melindunginya dengan apa pun hingga besi panas tersebut bersarang di pinggang ramping miliknya, bersamaan dengan itu derap langkah kaki dan sorakan orang-orang terdengar ramai serta suara bising baku tembak yang masih berlanjut, Jasmine tidak tau siapa yang meneruskan baku tembak karna kesadarannya mulai hilang beriringan dengan darahnya yang mulai menggenang dilantai parkiran.

Pandu berlari seraya menembaki mobil sedan coklat terakhir yang berusaha kabur, ia terlibat baku tembak dengan penumpang di dalam mobil sedan coklat, mobil terus melesat ingin berbelok arah menuju ke lantai bawah namun Pandu yang masih sambil berlari menarik pelatuknya memfokuskan moncong pistolnya mengenai ban mobil, hingga terdengar bunyi tembakan serta decit rem mobil yang nyaring, mobil sedan coklat kehilangan keseimbangan dan menabrak beton pembatas jalan menciptakan dentuman keras terakhir di area hotel, kap depan mobilnya sudah melayang diudara setelah menjebol beton pembatas parkiran, nyaris saja sedan tua itu terjun bebas dari lantai lima.

###

Daniel rekan Pandu mendadak bertanggung jawab untuk menjelaskan kejadian di area parkiran hotel lantai lima kepada seluruh peserta dan panitia seminar, terlebih kepada panitia, Daniel terpaksa memberitahukan bahwa salah-satu tamu undangan dalam seminar mereka merupakan korban baku tembak yaitu Jasmine, tentu hal ini membuat Yeni dan yang lainnya shock. Berkali-kali Yeni menanyakan keadaan Jasmine kepada Daniel saat mereka sedang di perjalanan menuju rumah sakit tempat Jasmine dirawat. Tentu Daniel hampir kehabisan kesabaran menanggapi pertanyaan-pertanyaan Yeni yang ia sendiri tidak paham mengapa Jasmine bisa terlibat dalam baku tembak penculikan Tommy, anak dari atasannya.

Pandu masih duduk mematung di depan ruang operasi Jasmine, Ia bahkan baru mengetahui nama perempuan yang menyelamatkan keponakannya setelah menggeledah isi tas milik Jasmine, serta mendadak menjadi wali pasien untuk Jasmine yang harus segera di operasi pengambilan peluru di dalam tubuh Jasmine.

Daniel datang bersama Yeni, Andra, Rayan dan Doni mereka mengenal Pandu sebagai investor terbesar dalam acara seminar mereka, selain itu Pandu adalah salah satu dari pemilik hotel Hilton tempat seminar Biru Berkibar berlangsung.

"Maaf bang Pandu, keadaan kak Jasmine gimana ya?" tanya Yeni khawatir

"Jasmine masih operasi, kita doa in aja ya semoga operasinya lancar" ujar Pandu tenang

"Udah Yen tenang lagian bang Pandu kan cepat bawa kak Jasmine ke rumah sakit jadinya kak Jasmine cepat dapat penanganan medis" ujar Andra berusaha menenangkan Yeni.

Lampu indikator ruang operasi pun redup pertanda operasi telah selesai, para dokter pun keluar dari ruang operasi tentunya membuat mereka semua semakin ingin tau tentang keadaan Jasmine

"Maaf apa di sini ada wali pasien?" tanya salah-satu dokter

"Saya dok" ujar Pandu sontak membuat Daniel, Yeni dan yang lainnya cukup terkejut

"Baik, mas bisa ikut ke ruangan saya, ada penjelasan medis yang harus saudara ketahui" ujar dokter tersebut ikuti oleh anggukan Pandu.

"Sejak kapan bang Pandu jadi walinya kak Jasmine, emangnya mereka kenal?" tanya Andra yang kali ini tampak bingung.

"Dalam situasi kayak gini harus ambil tindakan cepat, kayaknya Jasmine gak bisa dioperasi tanpa persetujuan dari walinya, makanya Pandu yang jadi walinya" jelas Daniel kali ini

"Walinya gimana? Sebagai apa?" tanya Yeni yang tampak masih bingungnamun Daniel hanya mengangkat bahu pertanda tidak tau.

Part Of EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang