Five.

1K 46 20
                                    

Happy reading!!

Khaotung sebenarnya punya rumah sendiri, tapi ia memang lebih sering menginap di kediaman Jack.
Dimana rumah Jack memang selalu jadi tempatnya berkumpul para anak buahnya, termasuk Boom.

Hari ini Khaotung libur, baru saja bangun dari tidur dan menyadari jika Jack lupa tak menyediakan sarapan untuknya.
Khaotung dengan malas kembali ke kamar untuk mengambil jaketnya, ia akan pergi cari makan sendiri karena isi kulkas pun Jack tak punya sesuatu yang bisa di masak olehnya.

Boom juga belum bangun, Khaotung akan membelikannya juga.
Kedai yang dituju tidak jauh dari rumah Jack, jadi Khaotung berjalan dengan malas sambil bermain ponsel ke restoran sembari sesekali bertegur sapa dengan beberapa warga sekitar, dia memang dikenal sangat ramah dan mudah berbaur dengan baik dengan orang-orang disekitar rumah Jack.

"Phi, buburnya dua bungkus ya."

Padahal, kedai bubur tengah sibuk karena banyaknya pembeli, tapi Khaotung yang mengenal baik si pemilik kedai mencoba untuk memotong antrian.
Setelah menerobos antrian itu, Khaotung hendak mencari tempat duduk, tapi kemudian dia terkejut saat berbalik dan menemukan seseorang yang ia kenal sedang dalam antrian membeli bubur.

First menatap Khaotung dari bawah sampai ke atas.
Khaotung memakai sendal jepit tipis berwarna hitam, celana boxer di atas lutut dan di padu oleh jaket abu-abu dengan kupluk menutupi kepalanya, First bahkan bisa melihat kumis tipis Khaotung yang belum dicukur.
Berbeda sangat jauh, dari malam hari itu dimana Khaotung megenakan segala sesuatu yang mahal dan bling-bling.

"Apa kau tidak tahu budaya antri?"

Khaotung menolehkan kepalanya pada pria yang berdiri didepan First, terlihat sinis karena ia dan bosnya sudah cukup lama mengantri.
Memang sih, kedai bubur ini sangat terkenal jadi tidak heran jika selalu mengantri seperti ini.

"Maaf tuan, kau akan lebih dulu kami layani." Seorang pegawai segera menarik tangan Khaotung untuk meninggalkan tempat antrian, dia meminta Khaotung untuk menunggu di lantai kedua saja.

First tidak lagi tertarik untuk menatap Khaotung setelah menilai penampilannya, berbeda sekali dengan Khaotung yang nampak membeku setelah memperlihatkan penampilan paling jeleknya pada First.
Khaotung lalu segera menaiki anak tangga untuk bersembunyi di atas sana, siapa sangka? Jika dia akan bertemu dengan First di tempatnya sendiri?

"Apa Aou merekomendasikan tempat ini padanya?" Khaotung bermonolog sendiri, baru ingat jika dia pernah membawakan Aou bubur disini saat dia sakit.

-----

First membuka tutup kotak buburnya, kemudian memperhatikan bubur tersebut dengan pikiran jatuh pada Khaotung dan penampilannya yang sederhana.

"Cobalah, ini enak."

Aou sudah memakan lebih dulu buburnya, ia suka sekali dengan bubur ini karena rasanya berbeda dengan harga lebih murah juga, biasanya Aou ataupun First membeli bubur dari restoran mewah dekat kantor, rasanya biasanya seperti bubur kebanyakan, tapi saat Aou memakan bubur langganan Khaotung  bubur jadi makanan favorit Aou dan ingin First mencobanya.

"Rasanya sepadan dengan antrian yang panjang tadi," ujar First setelah mencoba satu suap, tidak masalah pikirnya mengantri sepanjang itu untuk makanan seenak ini.

"Hei, apa rumah Khaotung tidak jauh dari tempat itu?"

Aou mengerutkan dahinya, setahu dia rumah Khaotung tidak akan melewati jalan menuju kedai bubur.

"Tidak, tapi jika kau bertemu dengannya di kedai, artinya dia sedang menginap di rumah Jack," balas Aou.

"Kau bertemu dengannya di kedai bubur?" Tanya Aou lagi.

Naked. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang