Thirteen.

778 52 20
                                    

Happy reading!!

Apartemen First terlihat jauh lebih megah dari milik Aou, tidak memiliki banyak perabotan tapi tetap terlihat sekali jika First penggemar figure figure mahal.
Khaotung melangkahkan kakinya sembari berjalan seolah ia sedang di museum, ada banyak hal yang menarik perhatiannya hingga First tidak berencana menegur karena ia pun asyik melihat Khaotung yang asyik sendiri.

"Ah, Jack bilang-"

Khaotung sedikit terkejut saat ia berbalik dan menemukan First di depannya, hampir saja tertabrak.

"Jack bilang aku akan sarapan disini, apa kau ingin aku memasak?" Tanya Khaotung, menghilangkan rasa terkejutnya menjadi penuh senyum.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan setelah sarapan?" Tanya Khaotung lagi, kali ini terlihat lebih bersemangat melihat gundukan celana First.

"Aku harus memanjakannya?" Tanya Khaotung, dengan tidak sopan menunjuknya sampai First refleks menepis tangan Khaotung sedikit keras.

"Kita sarapan saja," balas First lalu berjalan lebih dulu menuju dapur diikuti oleh Khaotung yang manyun. Padahal, dia sudah membayangkan bergemul pagi-pagi bersama First di atas kasur.

Rupanya, First sudah menyiapkan sarapan dengan menu berat. Dia tidak memasak, menyuruh pekerja di rumah orangtuanya untuk memasak pagi buta tadi adalah pilihan First daripada memesan makanan.

"Duduklah."

Khaotung langsung duduk di hadapan First, fokusnya kini pada makanan mewah di depannya.
Penuh minyak memang, tapi Khaotung selama ini sudah menghindarinya jadi hari ini mungkin dia bisa makan lebih banyak dari biasanya.

Jack bilang Khaotung suka makanan, apapun itu. First ingin menyakinkan dirinya pun Khaotung bahwa dia melakukan ini karena mencintai Khaotung, bukan sekedar rasa kasihan semata.
Pun Khaotung sendiri, First ingin merubah perasaan Khaotung terhadap dia. Seperti Khaotung harus berhenti memikirkan penisnya saja saat mengingat tentangnya.

"Setelah ini, temani aku di kantor."

"Apa kita akan melakukan sex di kantor?"

"Makan saja."

Khaotung menganggukkan kepalanya kemudian mulai memindahkan beberapa lauk pauk ke dalam mangkuk nasinya.
First melihat jika Khaotung terlalu bersemangat, seolah dia tak pernah makan enak atau seolah takut First memvakum semua makanannya jika tidak buru-buru.

"Sebentar, kupikir kau akan mengotori pakaianmu."

Khaotung melepaskan sendok kuah lauknya, kemudian memperhatikan First yang sedang menggulung lengan pakaiannya.

"Terimakasih," ujar Khaotung.

Setelah itu, First mengambil alih mangkuk Khaotung, membantunya menyiapkan sarapannya.

"Boom juga akan ada di kantor hari ini." First menyimpan mangkuk Khaotung kembali ke hadapan Khaotung.

"Benarkah? Aku bisa bermain dengannya sambil menunggumu?" Tanya Khaotung.

First menganggukkan kepalanya, tentu saja.

"Nanti kita makan siang bersama di kantor, ada menu baru di kantin perusahaan."

Tuk.

Khaotung perhatikan gelas minumnya yang baru saja diberikan oleh First.
Senyum kecil muncul di bibir Khaotung.
Sepertinya itu bukan perasaan terangsang? Baru kali ini sikap First tidak membuat penisnya tegang tapi perutnya seperti di gelitik, lucu sekali.

"Untuk sex, kita tidak akan melakukannya."

Khaotung langsung terkejut. "Apa? Lalu untuk apa kau menyewaku?"

Naked. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang