Ten.

585 50 22
                                    

Happy reading!!

First terlihat baru saja bangun pagi ini.
Setelah berdiam diri cukup lama di kasurnya, dia pun segera bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk sekedar mencuci wajah dan menggosok gigi.
Hari ini First bisa lebih santai, ia bisa datang ke perusahaan di waktu yang dia inginkan.
Dengan hanya memakai boxernya saja, First mulai menggosok giginya sembari menghadap cermin.

Tubuhnya semakin hari semakin baik, sebelumnya dia terlalu kurus tapi kemudian menjadi lebih baik setelah memutuskan untuk mengatur pola makan dan pergi ke Gym diakhir pekan.

'Aku suka tubuhmu.'

First berhenti sejenak, mengingat wajah Khaotung yang saat itu terlihat pasrah sembari mengusap 
dada bidang milik First.

Setelah membersihkan muka, First lanjutkan kegiatannya untuk pergi ke dapur dan membuat sarapan alakadarnya. Kopi dengan roti selai coklat, hanya itu yang dia bisa bila pergi ke dapurnya.
Setelah membuat roti itu, First membawanya ke balkon apartemen.

'Kuharap aku memiliki alasan untuk menemuimu.'

"Ayolah First." Tiba-tiba saja First berbicara pada suara di kepalanya.

"Kau yang meminta dia untuk berhenti, jadi berhenti memikirkannya," sambungnya sembari memakan semua roti selainya dengan rakus.

Dia memikirkan sikap Khaotung sejak kemarin siang, dimana Khaotung benar-benar bersikap asing padanya sesuai perintah.
Itu bagus, tapi First tidak suka.
First lalu melihat ponselnya, pergi ke dinding chat Jack dan melihat pesan terakhirnya dengan Jack soal transaksi uang setelah malam itu.
Lalu, sebuah notifikasi pesan muncul.

James: Ayo bertemu hari ini

First mengerutkan dahinya, tumben.

First: Ada masalah dalam proyek?

James: Tidak, makan siang saja.

First menghela napas kemudian menyimpan ponselnya kembali ke meja.
James bertindak aneh akhir-akhir ini, apalagi setelah First menerima tanda kontrak kerja sama dengan perusahaannya, James memang sok akrab, tapi akhir-akhir ini jauh lebih sok akrab.

----

Khaotung baru saja kembali dari kedai bubur, dengan penampilannya yang seperti akan bekerja dia justru membawa banyak kresek berisi bubur dengan wajah muram.
Tumben, hari ini dia tak bertemu First maupun Joss yang mengantri di kedai bubur.
Khaotung lalu menyimpan semua kresek itu ke atas meja makan, dan memanggil anak-anak yang lain untuk datang sarapan.
Sebagai anak yang paling menghasilkan banyak uang, Khaotung memang sering kali menggunakan uangnya untuk membelikan mereka makanan.
Hari ini, ada 4 orang yang menginap di rumah Jack, 5 bila dia dihitung.
Ada Boom, Poon, Phuwin, dan Satang.

Khaotung lalu duduk disalah satu kursi, menunggu para adiknya tersebut mempersiapkan buburnya.

"Ini milikmu, Phi." Poon memberikan mangkok berisi bubur itu pada Khaotung.

"Terimakasih, Poonie."

Satu persatu mereka mulai duduk melingkar di meja makan, sembari sarapan itu mereka juga mengobrol.
Sebenarnya sebelum Khaotung kembali dari kedai bubur juga mereka sedang mengobrol, jadi Khaotung hanya diam saja saat mereka kembali melanjutkan pembicaraan, Khaotung belum mengerti pembahasan apa yang sedang dibicarakan.

"Ah, kita sedang berbicara soal kapan waktu untuk berhenti dari pekerjaan ini, phi." Phuwin terlihat peka, ia menjelaskan topik pembicaraan pada Khaotung yang terlihat tidak mengerti.

"Berhenti?" Tanya Khaotung.

"Iya, aku mungkin akan berhenti setelah semua hutang orangtuaku lunas."

"Aku ingin masuk ke perusahaan impianku, jadi jika aku memiliki uang lebih untuk membayar biaya kuliah dan biaya masuk ke perusahaan dengan jalur suap aku akan berhenti setelah itu bisa digapai." Poon menimpali Boom.

Naked. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang