Hari ini Laura ingin pergi ke sekolah seperti biasanya, alarm berbunyi memenuhi seisi kamar membuat Laura terganggu dari tidur nyenyaknya. Akibat dari sinar mentari yang masuk dari jendela tanpa seizinnya, gadis itu menyipitkan matanya kala cahaya itu semakin terang Laura pun terbangun, tangannya meraba nakas yang berada disamping kasurnya, mematikan alarm yang terus-menerus berbunyi memekakkan telinga.
Beranjak dari kasur ia masuk ke kamar mandi untuk memulai ritual mandi, tak lama kemudian setelah selesai mandi Laura ke walk-in-closet untuk memakai baju sekolahnya dan tidak lupa memakai kuncir rambut baru yang telah ia beli. Setelah gadis itu siap, ia menuruni anak tangga melihat keberadaan wanita paruh baya yang sedang menyiapkan sarapan di dapur ia mendekat ke arah dapur.
"Mah Laura gak sarapan mau bawa bekal aja ya." tanya laura lembut.
"Loh kenapa gak sarapan dulu sayang?" Tanya shena heran.
"Yaa ... aku mau samaan bawa bekal kayak Caca aja jadi makannya entar barengan." alasannya.
Shena tersenyum simpul kepada putrinya.
"Tunggu ya mama siapkan bekal kamu lima menit lagi." ujar Shena dengan riang.
Laura mengangguk senang entah sejak kapan dia mau sekali membawa bekal biasanya dia lebih suka sarapan dirumah.
Lima menit telah berlalu shena memberikan kotak bekal berwarna pink kepada putrinya yang sedang bermain ponsel di sofa.
"Makasih ya mah." laura tersadar menyalim tangan ayah dan ibunya berpamit dan pergi menuju sekolannya diantar oleh pak mamat
...
Sesampainya laura disekolah ia tersenyum riang memasuki gerbang menutup matanya merasakan udara disekitar sekolahnya yang sangat sejuk dengan awan pagi yang sedikit mendung.
"Pagi-pagi udah gila ya ? senyum-senyum sendiri." ucap seorang membuat Laura sentak membuka matanya, melihat seorang gadis cantik berdiri dihadapannya sudah pasti Caca yaitu sahabatnya.
"Eh hai Caca." sapa Laura
Mereka berjalan berdua menuju kelas, sesampainya di kelas mereka duduk mengobrol tiada henti.
"Gue kira dia pendiam taunya gak!" ucap Caca yang sedang mengobrol dengan Laura.
"Beneran?" Laura tak percaya
"Iyaa ra." jelas nya lagi
"Heh ada yang beli kuncir rambut baru ni." ucap caca menggoda
"Iya ca ... gara-gara diambil sama Leo, gue mau beli yang sama persis tapi gak ada ... tunggu dua mingguan lagi jadi ... gue beli ini untuk pakai sementara aja." ungkapnya
"Oh iya gue lupa." Laura kaget tiba-tiba"Kenapa ra!" tanya caca ikut kaget
"Balikin buku Seni Budaya punya Syifa 11 IPS 3 gue udah habis pakai waktu buat makalah 3 hari yang lalu." ujar nya.
"Jadi ... dibalikin?" Tanya Caca polos.
"Ya iya lah ca, orang bukunya bukan punya gue." Laura sibuk merogoh isi tasnya mengambil buku
itu.
"gue pergi bentar ya ca." pamitnya pergi untuk menuju kelasnya syifa yang ada di lantai dua jelas saja dia harus melewati kelasnya Leo, laura menenteng buku itu berjalan, tiba dia ingin naik ke anak tangga dia melihat ada geng ReLeFa yang ingin menuruni tangga di hadapannya ya sudah pasti ada Leo juga.'pagi-pagi udah ketemu sama landak nyebelin banget si.' batin laura kesal
"Ekhem!!" Fazi berdehem menggoda
Laura dan Leo hanya bertatapan nyalang tidak ada percakapan yang mereka mulai.
Laura yang ingin menaiki anak tangga itu mengurungkan niatnya melihat dari arah kiri tampak Guru BK yang berjalan menuju kearahnya, laura melanturkan senyum ketika Bu Agna selaku guru BK sekolahnya melewati dan menatapnya, membalas senyumanan Laura.
Laura mendekat kearah Bu Agna yang sudah lewat beberapa langkah jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatalis (Masih Banyak Yang Harus Direvisi)
Roman d'amour"Berusaha merubah hidup pada akhirnya takdirlah yang menentukan segalanya"