Setelah kejadian itu pada malam nya Reza, Leo dan Fazi nongkrong di sebuah cafe yang sedang berbincang-bincang sambil bermain game.
"Et gak kena hahaha!" ledek Reza tertawa sembari bermain game di ponselnya.
"BTW Leo lo masih dendam sama Laura gara-gara tadi?" tanya Fazi tangannya sambil bermain di atas benda pipih itu.
Leo melirik "Ya iya lah, ini sekarang gue main game pun, sambil mikir rencana buat malu cewek yang namanya Laura itu." ujar Leo juga sambil bermain game.
"Tapi kan kata Laura tadi benar kalian sama-sama impas ada usaha, jadi gak usah buat rencana lah." ucap Reza menenangkan suasana.
"Iya bener tu, ngalah dong sama cewek, lo egois banget." ujar Fazi mendukung.
"udah lah kalian gak usah kasihanin cewek yang namanya Laura itu, mending bantu gue buat rencana untuk dia." ucap Leo dengan wajah serius.
"Kalau kalian bisa bantu gue cari ide, makanan yang ada ini gue yang bayar." ucap Leo meyakinkan sambil menunjuk ke arah makanan yang ada diatas meja mereka.
"Tapi kan-" Reza yang belum habis bicara mulutnya malah ditutup oleh Fazi membuat Reza kaget.
"Ya ... bisa lah dipertimbangkan kalau gitu hihi." ucap Fazi dengan cengiran kuda.
Leo pun tersenyum miring mendengar dua temannya sekarang berpihak kepadanya.
"Eh bro gue ke toilet dulu bentar." pamit Leo meninggalkan meja mereka.
Fazi yang menutup mulut Reza tadi segera melepaskannya.
"Lo apa apaan si nutup mulut gue segala anj." Reza menggerutu kesal berbisik pelan.
"Gak papa lah za, Leo jarang-jarang lo mau traktir kita, lagian ni uang bisa dipake buat keperluan lain biar hemat ..." ujar Fazi sambil mengibas-ngibaskan uang yang ia keluarkan dari dalam dompetnya.
"Hmm serah ... " ucap Reza dengan mata malas menyeruput kopi hangatnya tak lama Leo pun datang kembali setelah dari toilet.
"gimana udah dapat rencana?" Tanya Leo baru saja menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Em ... apa ya." reza berfikir keras mencari ide.
"Ha! gue tau, gimana kalau ... " ujar fazi sambil menjentikkan jarinya setelah menemukan ide lalu menjelaskan tentang idenya kepada leo dan reza.
"Oke boleh juga tu." ucap leo singkat menganggukkan kepalanya.
Malam itu mereka tanpa habisnya berbincang-bincang membicarakan tentang rencana mereka untuk laura hingga mereka lupa jika malam pun sudah menjadi Lebih gelap.
"kok sepi banget ni cafe..." Fazi melirik jam di ponselnya "ya ampun udah jam setengah 12 malam bro!" Fazi kaget Leo dan Reza ikut melirik jam di ponsel Fazi juga ikutan kaget.
"Lah iya, eh Leo nyokap lo gak marah lo belum pulang jam segini?" tanya reza tersadar.
"Ehh iya, nyokap bisa marah ni sama gue, gue cabut dulu yak!" kata leo sambil lari tergesa-gesa.
"Lah yang bayar ini siapa?!" Teriak Fazi sambil menunjuk ke arah makanan di meja.
"Pakai uang lo dulu besok gue ganti!" Leo tergesa gesa menaikkan kendaraan roda duanya dan melaju meninggalkan cafe.
"Hm ... gak jadi hemat ni" ledek Reza sambil memainkan alisnya
"Ya ... elah ... apes banget dah" ucap Fazi merintis
...
Leo sampai di rumahnya dia berlagak seolah-olah seperti seorang maling agar tidak ada yang tau dia baru saja pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatalis (Masih Banyak Yang Harus Direvisi)
Storie d'amore"Berusaha merubah hidup pada akhirnya takdirlah yang menentukan segalanya"