13_Salting

553 61 15
                                    

Nisya menatap suaminya dengan mata berbinar.Ternyata Rafka memang sesempurna itu.

"Denger denger,kyai Faiq mau nikahin gus Rafka sama seorang ning.Bener gak sih?"

"Iya,saya dengar juga.Tapi calonnya masih jadi rahasia."

Sayup sayup,Nisya mendengar bisik bisik ibu ibu di sampingnya.Berusaha fokus dengan apa yang suaminya jelaskan.Tapi telinganya tetap saja mendengar bisik bisik itu.

"Kayaknya sama putrinya kyai Ardan.Soalnyakan denger denger mereka cukup dekat."sahut ibu ibu di belakang Nisya.

"Eh,iya yah.Saya juga pernah dengar.Mereka temenan dari kecil."

"Menurut saya cocok sih,jeng.Putrinya kyai Adnan juga cantik,baru wisuda 30 juz,baru lulus kuliah juga katanya."

Nisya meremas tangannya.Hatinya mendadak panas.Tapi dia berusaha baik baik saja.Tidak ada yang tau tentang pernikahannya.

"Udah.Jangan pada gosip.Itu gus Rafka sudah mau selesai."tegur seorang ibu yang wajahnya sangat teduh.

"Hih.Jeng Rika pasti panas.Niat hati mau memperkenalkan sepupunya sama gus Rafka.Malah keduluan.Jadi ya,gitu."bisikan kembali Nisya dengar.

Mendengar suaminya sudah menutup acaranya.Nisya segera berdiri dan pamit kepada ibu ibu yang ada di dekatnya.

Hatinya yang sedang di landa cemburu.Membuatnya tidak ingin berlama lama ada di sana.Dia juga tidak mau ibu ibu tau kalau dia istri Rafka.

"Astagfirullah...Gak boleh gitu,Sya!!Wajar aja banyak yang suka sama A Rafka.Dia emang semasya Allah itu."

Rafka yang sempat melihat istrinya keluar dengan terburu buru,segera pamit.Cukup penasaran,apa yang terjadi dengan istrinya.

"Kenapa buru buru?"tanya Rafka mengagetkan Nisya yang tengah menggerutu.

Begitu Nisya berbalik badan.Senyumnya merekah,seolah tidak terjadi apa apa.Nisya tidak ingin menunjukkan rasa cemburunya.Apalagi Rafka tidak tau apa apa.

"Gak papa.Gak sabar aja pengen jajan di luar.Kata Ara,di depan ada banyak penjual kaki lima."Nisya bercerita dengan antusias.Kesedihan dan kekesalannya benar benar tak terlihat.

Sebegitu baiknya dia dalam menyembunyikan perasaannya.

"Iya.Biasanya Ara memang suka jajan di sana.Makanya dia tau banyak soal tukang jajan."Keduanya masuk kedalam mobil.

"Emang abi ngebolehin Ara keluar?"

Rafka menoleh,sebelum menjalankan mobilnya."Boleh.Kalau yang ajak aku,Nayya atau Ari.Oh iya satu lagi,Ali.Kalau sama yang lain,seringnya gak boleh."

"Biasanya Ara suka jajan apa?Nanti biar sekalian kita beli buat dia."

Rafka tersenyum hangat.Ternyata istrinya begitu peduli dengan adik adiknya.Hatinya berubah menghangat.Apalagi saat tau Nisya mulai akrab dengan Ara,adik bungsunya.

"Dia mah apa aja suka kalau itu soal jajanan.Mau makanan pedas,asin,asam,manis semua dia makan."

Nisya tertawa pelan mendengarnya.Apalagi dia ingat betul begaimana antusiasnya Ara saat menceritakan jajanan.

Puas jajan.Nisya dan Rafka segera pulang.Rafka merasa ada yang aneh.Istrinya mendadak jadi pendiam.

"Ade kenapa?Ada yang mengganggu?"

Nisya segera mengubah ekspresi wajahnya.Dia tidak ingin membuat suaminya berfikir macam macam.

"Gak kok.Cuma gak biasa pergi ke tempat ramai aja."

Mobil yang Rafka tumpangi sudah sampai.Keadaan ndalem begitu sepi.Tidak berpenghuni.

"Ini pada kemana,A?Kok sepi.Santri juga pada gak kelihatan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ayah SambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang