Bab 6 Sosok tersayang Airin

24 10 40
                                    


Clayton melepaskan cengkeraman tangan pria asing itu dan melawannya. Satu sekolahan tidak ada yang mengenalnya. Mereka semua bingung dengan pria itu yang tiba-tiba menarik Clayton. Akan tetapi, pria itu mengenal salah satu siswi yang menjadi pusat perhatian disekolah itu. Clayton terlepas dari cengkeramannya dan pria itu pun menghampiri Airin.

“Apakah kau baik-baik saja? “tanya pria itu.
“A-aku baik-baik saja. Apakah kau mengenalku? “Airin berbalik tanya padanya.
“Aku sangat mengenalmu. Katakan padaku jika kau butuh bantuan. Aku akan datang membantumu. ”jelas pria itu.
“Kau mungkin melupakan sesuatu. Tapi aku tidak melupakannya. Aku akan pergi. Sebab tak lama lagi bel akan berbunyi dan jam pelajaran akan segera dimulai. “Lantas pria itu berjalan dengan telapak tangan yang menyentuh wajah Selaput bening yang tersimpan sejak lama akhirnya menampakkan dirinya di wajah seseorang.

Pria itu berjalan dengan bercucuran air mata meninggalkan sekolah.

“Maafkan aku. Aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya untuk saat ini. “Pria itu mengusap wajahnya yang basah.
“My Pretty Girl.”

Saat itu seluruh anak-anak masih tercengang dengan kehadiran pria asing itu hingga mereka tidak menyadari jika bel sudah berbunyi dan para guru sudah memasuki kelasnya masing-masing.

“Anak-anak cepat kembali ke dalam kelas! “Bu Yunda menepuk pundak siswa siswinya masih melamun.
“Ba-baik Bu.”

Mereka kembali mengikuti jam pelajaran di kelasnya. Akan tetapi, Airin masih memikirkan pria yang mengenalnya itu. Dalam benak Airin hati kecilnya mengenal pria asing itu. Namun, beberapa hal membuatnya lupa tentang siapa pria asing itu. Saat itu Airin tidak menyadari jika Bu Yunda memanggilnya untuk maju ke depan menjawab pertanyaan darinya.

“Airin, ibu minta kamu maju ke depan kerjakan soal yang ada di papan tulis! “Perintah Bu Yunda.
“Airin, kamu gak dengar? Bu Yunda memanggilmu maju ke depan, “bisik Aneska.
“Airin. “Aneska menggoyang-goyangkan tubuh Airin.
“Eh, Iya. Ada apa? “Airin terbangun dari lamunannya.
Bu Yunda menghampiri Airin dan menanyakan keadaan Airin saat itu. Airin kembali terdiam. Namun, lamunannya itu hanya sebentar.
“Airin, apakah kamu melamun? “Bu Yunda menepuk pundak Airin.
“Ti-tidak Bu, Airin hanya teringat dengan sesuatu. Kenapa Bu Yunda menghampiriku? “tanya Airin.
“Ibu minta kamu mengisi soal Matematika yang ada di papan tulis, “jelas Bu Yunda.
“Baik Bu. “Airin berjalan menuju papan tulis dan mengerjakan soal.

Seluruh siswa-siswi yang ada dikelas itu tercengang sebab Airin mengerjakan soal yang ada dipapan tulis dengan jawaban yang salah. Mereka semua tertawa melihat jawaban Airin yang salah. Saat itu juga Airin terkejut dan kembali memperhatikan papan tulis.

“Airin, kenapa jawabanmu salah? Kamu tidak seperti biasanya. “Bu Yunda kembali menghampiri Airin.
“Apa yang sedang kamu pikirkan? Biasanya kamu selalu menjawab semua pertanyaan dengan benar. Kamu juga tidak seceria biasanya. Ada apa Airin? “lanjut Bu Yunda.
“Apa yang mengganggu pikiranmu? “
Airin terdiam sesaat butiran bening seputih kaca berhamburan membasahi wajahnya.

Airin berlari keluar kelas dan berjalan menuju kamar mandi seraya mengusap air matanya yang tidak berhenti menetes. Airin masuk ke dalam toilet dan menatap wajahnya dicermin saat itu juga Airin menatap wajahnya yang sudah basah.

“Kamu bukan anak cengeng, Airin. “Airin mengusap air matanya dengan telapak tangannya.
“Sejak lahir kamu tidak diizinkan untuk menangis. Meskipun hatimu hancur berkeping-keping. Kamu dididik tanpa didikan orang tua,” gumam Airin.
“Kamu gadis kuat. Gak boleh lemah. Kalo kamu lemah mereka yang mengincarmu akan dengan mudah menjatuhkan mu. “Airin mengambil sebuah bedak di dalam saku roknya.

Airin tidak menyadari jika salah satu geng Gledis memasukkan bedak ke dalam roknya agar saat guru melakukan razia Airin dihukum karena membawa Make up ke sekolah. Namun, dengan adanya bedak dalam tasnya. Airin bisa menutupi sembab dimatanya.

“Aku yakin pasti salah satu anak geng Gledis yang meletakkan bedak ini di dalam saku celanaku. Tapi, bedak ini berguna juga. “Airin meletakkan bedak itu di dalam kotak sampah.
“Airin, Cepat kembali ke dalam kelas Jam pelajaran sudah hampir selesai! “Bu Yunda menghampiri toilet yang Airin masuki dan memintanya untuk kembali mengikuti pelajaran.

Beberapa menit kemudian....
Jam pelajaran telah usai. Airin dan Aneska memasukkan perlengkapan sekolahnya ke dalam tas dan bergegas meninggalkan ruangan sekolah. Airin pulang seorang diri. Sebab rumah Aneska berada jauh diarah yang berlawanan dari rumah Airin. Saat Airin tengah mengendarai motornya tiba-tiba......

Gubrak!!!

“Sialan! Gua nabrak mobil orang lagi. Kayaknya ini mobil geng Elang. Lebih baik gua pergi daripada berurusan dengan mereka.
“Gue harap gak ada yang liat wajah gue. Sebaiknya gua pakai helm aja deh. “Airin mengambil helmnya lantas ia memakainya.
“Kayaknya gue kenal motor itu. “Salah satu pria yang ada di dalam mobil itu mengenal motor yang Airin kendarai.
“Ini bagus. Dia bisa aku permainkan dengan mudah. Tidak ada yang bisa meluluhkan hatinya selain aku, sekarang.”
“Sialan, siapa pula yang buat mobil gue lecet, “ketus Clayton.
“Neo, apa Lo liat siapa yang nabrak mobil gue? “tanya Clayton.
“Enggak, gue gak liat siapa yang nabrak, “jawab Neo.
“Sial, motor rusak mobil juga lecet. Bisa-bisa gue kena marah mami nih.”
“Lo ganti aja kenapa? Sama model yang baru. Lo jual tu mobil terus Lo beli mobil lagi yang sama kayak yang lu pakai. “ucap Deva.
“Orang tua Luis kan pemilik perusahaan mobil. Lo bisa beli tuh mobil sama dia. Pasti Luis bantu Lo, “jelas Deva.
“Iya gak Luis? “Deva menyenggol lengan Luis dengan lengannya.
“I-iya benar, nanti gue bilangin sama kalo ada orang beli. Tapi gue gak bisa bilang kalo Lo yang beli. Karena pasti bakal ribet banget urusannya, “jelas Luis.
“Ok, gue serahin semuanya sama Lo, besok kita ketemu di basecamp. Ada rencana yang harus kita bahas, “ucap Clayton.
“Pasti rencana buat Airin, “ucap Neo dalam hati kecilnya.

Airin menabrak mobil milik salah satu anak geng motor elang yang saat itu mereka tengah mengendarai mobil. Saat itu geng Elang tengah pergi konvoi dengan mobilnya. Motor yang mereka kendarai saat itu tengah diperbaiki karena mengalami kecelakaan.
Airin mengendarai motor kecepatan tinggi dan sampai dengan cepat. Saat itu Airin bergegas menuju bengkel otomotif untuk menghilangkan bekas lecet dimotornya.

“Pak tolong hilangkan bekas lecet dimotor saya! “pinta Airin.
“Bukannya ini motor milik mereka? Kenapa bisa ada disini? Gue harus foto. Dengan foto ini gue bisa manfaatin supaya mereka gak ganggu gue lagi.”
“Gue harap salah satu dari mereka gak liat gue. Tapi bagaimana jika salah satu dari mereka melihat gue? “gumam Airin.

Pink Bad Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang