Bab 10 Persaingan

13 5 22
                                    


Murid-murid di ruang kelas berhamburan keluar kelas saat jam pelajaran telah usai. Saat itu Airin tengah berkemas-kemas untuk pulang ke rumah dan mengambil beberapa pakaiannya.
Akan tetapi....

“Guys, sudah saatnya. “Ashana melambaikan kedua tangannya seraya memberi aba-aba pada teman satu gengnya.

Mereka menarik tas milik Airin hingga seluruh isi tas Airin berhamburan.

“Kurang ajar! Kenapa sih kalian selalu ganggu aku? “Ketus Airin
“Itu karena Lo berani melawan gue, “jawab Ashana.
“Kenapa gue harus takut sama sampah kayak kalian. “ketus Airin sembari menatap tajam wajah Ashana.

Ashana menarik tas Airin dan mengeluarkan semua isi tas Airin. Saat itu juga Airin mengambil sesuatu dari dalam laci mejanya. Airin hampir saja mencekik leher Ashana. Akan tetapi, Airin mencoba menahan emosinya agar ia tidak dikeluarkan dari Olimpiade.

“Baumu itu seperti susu kocok ini. Busuk. “Airin menumpahkan susu kocok yang sudah berhari-hari ada di dalam laci mejanya ke kepala Ashana.
“Iuh, menjijikkan. Bahkan susu ini lebih suci dan bersih dibandingkan dirimu, Ashana. “Airin menarik tasnya yang ada di genggaman Ashana.

Airin memungut semua barang-barang miliknya yang jatuh berserakan. Ashana tidak tinggal diam. Ia mencoba menarik baju yang dipakai Airin hingga sobek.
Akan tetapi.....

“Mau apa Lo! “Gertak Airin seraya berdiri menghadap Ashana.
Airin menghempaskan tangan Ashana yang menarik bajunya.
“Gue jijik deket-deket sampah busuk kayak Lo! “ketus Airin.
“Jangan sentuh barang-barangku! “Airin berbalik mengambil tas Ashana dan membakarnya dengan korek api yang sudah lama ia simpan.
“Barang-barang murahan seperti gak seharusnya ada disini! “Ashana berusaha mengambil kembali tas Airin.
“Ngakunya orang kaya. Tapi barang-barangnya murahan semua, “sarkas Ashana
“Suka-suka gue dong. Mau barang-barang gue mahal atau gak itu bukan urusan Lo!”

Ashana pergi keluar kelas. Akan tetapi, saat itu geng Gledis sudah menyiapkan jebakan untuk Airin lagi. Diatas pintu kelasnya sudah terpasang ember berisi air comberan yang terhubung dengan tali dan saat pintu itu menarik tali ember itu akan jatuh menimpa Airin.
Sontak saja seluruh murid-murid menertawakan Airin. Airin berlari ke toilet untuk membersihkan pakaian dan rambutnya yang kotor.

“Kenapa gak Lo balas aja sih mereka? “tanya Ezra.
“Dan kenapa Lo selalu Dateng didekat gue? “Airin berbalik tanya .
“Nih, pake sapu tangan gue. Muka Lo kayak kucing ke cebur got. “ketus Ezra.
“Gak usah sok manis deh Lo! “Airin menarik sapu tangan milik Ezra.
“Kalo gitu balikin sapu tangan gue! “balasnya.
“Eh iya, sini. Masih gue pake! “
“Kenapa Lo masih disini? Minggir! Gue mau bersihin baju! “Airin mendorong Ezra keluar toilet.
“Emang kenapa kalo gue mau liat Lo ganti baju?”
“Emang dasar ya cowok mesum! “teriak Airin dari dalam.

Ezra hanya menunggunya dari luar toilet dan membayangkan saat Airin berani melawan mereka semua. Akan tetapi, Airin tetap kalah karena ia hanya seorang diri. Ezra masih terduduk menunggu Airin. Entah apa alasannya ia tetap setia menunggunya hingga akhirnya ia dipanggil seorang temannya lalu pergi meninggalkan toilet.

“Zra, Lo ikut Olimpiade kan? “tanya Neo.
“Gak tau ya. Gue ikut apa gak. Soalnya gue gak tertarik sama hal begituan, “ungkap Ezra.
“Tapi Lo udah terdaftar, Zra.”
“Iya gue ikut kok. Emang kenapa sih kalo gue gak ikut?” tanya Ezra.
“Bukannya Clayton juga ikut ya?”
“Kalo Clayton dia juga bakal ikut Zra. Karena dia termaksud murid berprestasi sama kayak Lo dan Airin.”
“Gue gak jadi ikut Zra. Gue gak mau saingan sama cewek tomboi kayak Airin. Gue suka sama dia dan gue gak mau jadi saingan sama dia, “ungkap Neo.
“Sejak kapan Lo melunak, Neo? “tanya Ezra.
“Entahlah, gue juga gak tau Zra.”
“Tapi bukannya Lo juga tau Neo. Nama yang sudah dikantongi Bu guru gak bisa berubah dan Lo juga gak bisa keluar dari daftar itu, “jelas Ezra.
“Udahlah, masih ada yang harus gue kerjain. “Ezra pergi meninggalkan Neo.

Sedangkan Airin sudah tiba di rumahnya dan langsung masuk ke kamarnya tanpa menyapa keluarganya. Ibu dan adik Airin menyapanya dengan sinis. Akan tetapi, Airin tidak memedulikannya.

“Baru pulang kamu, Airin. Sejak kapan kamu tidak tau sopan-santun? “tanya Velina.
“Sopan santun tidak diperlukan untuk orang seperti anda. “jawab Airin seraya berdiri diatas anak tangga.
“Aku beberapa hari ini gak akan tidur di rumah. Jadi jangan berharap aku pulang ke rumah ini lagi.”
“Mau tidur dimana kamu? Di kolong jembatan? Kamu gak punya apa-apa untuk menyewa apartemen mewah diluar sana, “ucap Velina.

Airin mengabaikan ucapan Velina dan menaiki anak tangga itu. Sesampainya di kamar Airin memutuskan membawa beberapa barang pemberian dari kakaknya dan juga pakaiannya.  Disisi lain ada seseorang yang menunggunya dilantai bawah. Seorang anak yang menjadi pengagum rahasia serta temannya disekolah.

“Gimana? Lo udah bawa semua? “tanya Syabil.
“Udah, Lo beneran mau tidur di perpustakaan sama gue? “tanya Airin
“Tadinya sih iya. Tapi mama gue gak ngizinin buat tidur disembarang tempat. “
“Sudah kuduga. Anak mami kayak Lo gak bakal diizinin tidur di perpustakaan, “ucap Airin.
“Gue bukan anak mami ya!”
“Terus apa kalo bukan anak mami? Anak manja? “ejek Airin.
“Gue kan udah bilang. Gue bulan anak manja dan anak mami! “Sarkas Syabil.
“Sudahlah, kita berangkat aja dulu. Kita berangkat ke kafe. Gue laper banget nih. “ucap Airin sembari mengusap-usap perutnya.

Ke mana pun Airin pergi selalu ada 2 pria asing yang mengintainya. Satu pria yang tanpa sengaja menyapa Airin dan satu lagi pria dengan umur yang sama seperti Airin. 2 hari telah berlalu. Syabil hanya datang dan belajar bersama Airin tanpa menginap di perpustakaan. Akan tetapi, dihari ketiga pria itu meletakkan makanan diatas meja.

“Siapa yang meletakkan makanan diatas meja? “Airin membuka kotak bekal yang terbungkus rapi dengan kain.
“Bil, apa Lo yang nyiapin makanan buat gue? “tanya Airin sembari menggeser kotak makanan itu mendekatinya.
“Enggak. Gue kan bawain Lo makanan gak pake kayak gitu, “jelas Syabil.

Pria yang meletakkan makanan diatas meja itu tengah berkeliling perpustakaan untuk mencari buku yang ia ingin baca. Pria itu menutupi wajahnya dengan jaket dan masker.

“Gue cari beberapa buku dulu ya. Buku gue kurang. “Airin berjalan menuju rak buku.
“Dimana letak buku itu ya. “Airin berjinjit untuk menemukan buku yang ia cari.

Tanpa disadari pria itu tau buku yang Airin cari dan meletakkannya di tempat yang tidak terlalu tinggi. Ia juga meletakkan sebuah bantal agar Airin tidak kesakitan saat jatuh dari menaiki anak tangga.

“Gue cari di bawah aja deh. Kayaknya diatas gak ada. “Airin menuruni anak tangga dan saat itu juga ia terkejut karena di bawah sudah ada bantal.
“Kok ada bantal di perpustakaan. Seingetku gak ada bantal di perpustakaan. “Airin menengok ke arah Syabil dan bertanya padanya.
“Bil, Lo bawa bantal ke perpus? “tanya Airin.
“Lah terus siapa kalo bukan Syabil yang bawa bekal sama narok bantal ini? “

Pink Bad Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang