Bab 2 - album foto

35 22 10
                                    

“Sher!” Ucap Aletha ketika mereka selesai menghabiskan makanan yang telah mereka pesan.

Wanita berusia 27 tahun itu menoleh setelah ia meneguk air minum miliknya, “ya, kenapa Al?”

“Lo balik kesini karena lagi liburan atau kerjaan lo udah selesai?”

Sherin menelan salivanya perlahan kemudian ia berucap dengan tatapan mata yang dalam kepada wanita yang sudah selalu bersamanya sejak sekolah dasar, “kontrak kerja gue udah selesai, dan sekarang gue mutusin balik lagi ke Indo karena gue mau mulai karier gue di sini.”

Aletha mengerutkan kening, menampakkan raut wajah penuh kecemasan, “lo lagi ada masalah Sher?”

Sherina terenyak, ia pun menatap sebuah objek yang ada di hadapannya dengan tatapan kosong.

“Bokap lo tahu soal ini?” Aletha semakin merendahkan suara dan mendekatkan kepalanya ke arah Sherina.

Wanita itu menggelengkan kepala, “lo tahu sendiri sampai sekarang pun gue udah putus komunikasi sama bokap, kayaknya gue juga udah gak di anggap anak sama dia,” ia pun bergerak dan menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi yang ia duduki, “lagian buat apa gue ngabisin tenaga buat cari bokap gue, dia aja gak peduli gue masih hidup apa engga.”

“Tapi lo yakin keputusan lo balik lagi tinggal di sini gak salah? Ya maksud gue lo kan sengaja ninggalin Indo buat lupain semua masalah pahit yang menimpa lo selama ini.”

Sherina sedikit menarik ujung bibirnya dan tersenyum tipis pada Aletha, “Berarti tandanya gue udah sembuh dan udah lupain semuanya, lagi pula gue gak nyaman selamanya tinggal di negeri orang, apalagi gue gak punya siapa-siapa disana.”

Aletha menatap iba ke arah sahabatnya itu, ia tahu betul perjalanan pahit dalam hidupnya yang selama ini ia hadapi sendiri tanpa ada seorang pun yang mendukung dan menyayanginya, mungkin yang Sherin punya hingga saat ini hanya Aletha, sehingga ia pun tidak pernah berniat untuk meninggalkan Sherina sekali pun hubungan persahabatan mereka terhalang oleh jarak selama bertahun-tahun.

“Terus sekarang lo mau gimana?”

“Kayaknya gue cari kos-an deh, sambil nyari kerjaan juga, gue masih punya sisa tabungan seenggaknya buat bertahan hidup sampai gue dapet kerjaan di sini.”

“Lo nge-kos deket rumah gue aja, tempatnya bagus, bersih, biaya sewanya terjangkau, dan cocok banget buat lo, kalo kita deket kan gue jadi bisa main tiap hari ke kos-an lo.”

Sherin melengkungkan garis bibirnya ke bawah sambil sedikit mengangguk, “ide bagus tuh, yaudah kita jalan sekarang?” ajak Sherin dan Aletha pun tersenyum menandakan persetujuan.

***

Satu hari berlalu, tentunya Sherin telah selesai menata barang-barang miliknya pada kamar kos yang kini ia tempati, dengan bantuan sahabatnya itu membuat pekerjaannya terasa mudah dan lebih cepat selesai, mereka berdua pun memutuskan untuk pergi menuju rumah Aletha, sebetulnya mereka berniat untuk mengisi hari libur Aletha hanya sekadar mencari hiburan di sebuah mall terdekat, namun sayangnya Aletha tiba-tiba saja mendapat sebuah pekerjaan dari kantornya yang harus ia selesaikan sebelum besok pagi ketika ia kembali bekerja dan akan di serahkan semua data yang atasannya minta itu.

“Sory ya Sher, gue tinggal lo ngerjain kerjaan gue dulu, urgent soalnya.” Ucap Aletha yang langsung menyalakan laptop miliknya.

“Iya, santai aja Al.” Sherin memindai seisi ruangan kamar milik sahabatnya ini, tidak ada bedanya ketika 12 tahun lalu ia sering mengunjungi ruangan ini bahkan sampai ikut bermalam bersama sahabatnya, sebuah kamar bernuansa gelap, sama seperti karakter wanita tomboi ini yang memiliki selera dari semua hal seperti seorang pria, berbeda dengannya yang sangat menyukai warna merah muda dan kuning.

Sebelas NovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang