Bab 8 - wangi aroma tubuhnya

15 4 0
                                    

“Gimana les kamu? Lancar?” Tanya Lolita ketika ia bertemu putrinya yang baru saja tiba.

“Lancar ma.” Gadis itu berjalan menuju dapur dan mengambil air minum dingin sebagai peredaran dahaganya.

Lolita berjalan mendekat, kemudian ia mengamati ekspresi wajah putrinya yang sepertinya tidak ada beban atau kebencian, “kamu beneran nyaman ikut kelas les?”

“Nyaman gak nyaman harus dipaksa biar nyaman kan?” ketusnya yang segera duduk pada meja makan, “aku laper, mau makan.”

Lolita segera mengambil lauk pauk dan perlengkapan makan untuk putrinya yang kemudian ia letakkan tepat di hadapan Sherin, kemudian ia menyiapkan hingga Sherin mulai menyantap makanan yang ia beri, “kamu sudah punya pacar ya? Siapa? Teman sekolah? Atau teman les?”

“Mama kenapa nanya gitu?” sahutnya tanpa menatap ke arah mamanya.
“Ya kelihatan aja, kamu tetap happy walaupun setelah sekolah lanjut les, kemarin kamu sempat nolak dengan keras kan?”

Sherin menghentikan kunyahan makannya dan segera menjawab pertanyaan Lolita sambil menatap matanya, “ini kan yang mama papa mau? Ya bagus dong kalau aku happy.”

“Ya, memang bagus, tapi biasanya seorang gadis akan menyukai hal yang ia benci ketika hal itu ada hubungannya dengan pria yang dia suka, kamu sudah punya pacar ya?” Kali ini Lolita menunjuk sambil menampakkan wajah meledeknya.

Sherin membuang muka dan kembali menyantap makanannya, “kata siapa? Aku belum punya pacar kok.”

“Kalau belum, berarti sebentar lagi, iya kan?” Lolita semakin meledek dan membuat Sherin tersipu malu, “tuh kan mama bener, mama itu tau karena mama pernah ngerasain juga pas SMA.”

“Hmm.. mulai besok aku boleh gak ma berangkat dan pulang sekolah sendiri aja? gak usah di anter sopir.”

“Kenapa?”

“Ya gak bebas aja kayak di buntuti terus.”

Sejenak Lolita berpikir sambil menopang dagu dengan tangannya, “kayaknya papa kamu gak kasih izin deh.”

“Bantuin aku dong, ma. Please.” Sherin memohon.

“Besok kamu tetapi di antar sopir, nanti nama pelan-pelan bilang sama papa kamu, asal kamu juga harus buktiin kalau kamu fokus belajar di sekolah dan tempat les.”

“Yaudah iya.” Ucap Sherin setelah melenguh malas.

***

Dua hari telah berlalu, dan Sherin bersekolah maupun pergi ke tempat les masih dalam pengawasan papanya yang mempercayakan pada sopir pribadi mereka, sedangkan Sherin tidak bisa berbuat apa-apa karena ia sudah sangat malas jika berdebat dengan papanya, akhirnya ia pun terpaksa menuruti semua itu walau pun sebenarnya ia sangat ingin sesekali pergi menuju tempat les bersama Saga.

Dan saat ini adalah hari Sabtu, di mana kegiatan les belajarnya memasuki hari libur, namun tetap saja setelah pulang sekolah Sherin tidak bisa langsung pulang ke rumah karena akan melaksanakan ekstrakurikuler study club yang sempat ia pilih beberapa hari lalu.

Sama seperti sebelumnya, ia tetap akan merasa senang walaupun hari-harinya di renggut dengan kegiatan belajar, jika hal itu di lakukan bersama pria yang ia sukai maka tidak akan menjadi sebuah masalah besar. Dan ternyata tidak hanya Saga saja yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ini, ada teman-teman satu kelas lainnya yang juga hadir, dan juga Rey.

Ternyata Rey dapat mengikuti kegiatan ini karena khusus di hari Sabtu ia meminta izin kepada pemilik Cafe untuk masuk kerja sedikit lebih telat setidaknya selama 2 jam sampai kegiatan ini selesai, hal itu tentunya mendapat persetujuan pemilik Cafe mengingat Rey adalah karyawannya yang sangat tekun dan rajin, sehingga hanya satu hari ia meminta kelonggaran waktu sedikit saja pastinya tidak akan menjadi sebuah masalah besar.

Sebelas NovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang