“Astaga, lama-lama pecah kepala gue di kelas itu, saingannya orang-orang cerdas semua, gue makin minder kayaknya Al.” Sherin melenguh ketika sedang makan siang bersama dalam kantin, kali ini Sherin membeli makanan lebih berat karena ia merasa sangat lapar setelah bergelut memahami pelajaran sejarah dalam kelas yang sangat sulit ia pelajari.
“Asli sih, mereka keren-keren banget, gue jadi makin semangat lagi belajarnya, gue ngerasa gak ada apa-apanya banget.” Ale menyeruput jus alpukat yang ia beli.
“Lo aja yang NEM-nya diatas 30 ngomong kayak gitu, gimana gue coba.” Sherin berucap dengan sedikit murung.
“Btw, siang ini lo jadi ikut les di ruang belajar Sher?” Tanya Ale pada sahabatnya.
“Ya, walaupun terpaksa tapi kayaknya gue harus ikut les itu sih, seenggaknya biar peringkat gue gak berada di paling bawah, bisa-bisa gue di usir kali dari rumah.”
“Masa iya di usir, Sher, orang tua lo gak setega itu juga kali.”
Ketika kedua sahabat itu sedang menikmati makan siangnya, tiba-tiba Gian muncul menghampiri mereka, “Aletha.”
Ale menoleh sambil memberi senyuman pada pria itu, “ya, kenapa Gian?”
“Team futsal anggota baru di suruh kumpul di lapangan sekarang, ayo bareng gue.” Ajaknya pada Ale kemudian ia menoleh ke arah Sherin, “Sher, gue minjem temen lo sebentar ya.”
Gadis berambut pendek itu menoleh ke arah Sherin sambil memberi senyuman sedikit terpaksa karena merasa bersalah, “maaf ya Sher, gue tinggal.”
Sherin melenguh malas, “ya, lo pergi aja.” Kemudian ia menoleh ke arah Gian, “Gi, lo lihat Saga gak?”
Pria itu berpikir dengan menatap ke arah langit-langit ruangan ini, “kayaknya dia di perpus deh.”
Sherin ikut bangkit dan berniat untuk beranjak pergi, “yaudah gue juga mau ke perpus deh.”
“Kita duluan ya Sher.” Pamit Ale yang segera mengajak Gian pergi.
“Bye, Sherina.” Gian melambaikan tangan dengan memberikan senyuman pada Sherin yang tentunya Sherin balas senyuman itu dengan senang hati.
Gadis berusia 15 tahun itu berjalan sedikit malas menuju ruang perpustakaan, pasalnya sejak dia SMP, ia tidak pernah memasuki ruangan tersebut sekali pun Ale sering mengajaknya, ia merasa ruangan itu sangat amat membosankan karena kegiatan di dalamnya hanya belajar dan membaca, padahal hal tersebut sudah mereka lakukan di dalam kelas, kenapa juga harus di lakukan dalam perpustakaan ketika jam istirahat? Apalagi peraturannya tidak boleh berisik atau mengobrol dengan volume suara sedikit lebih keras, yang pasti alasannya karena akan mengganggu pengunjung perpustakaan lain yang sedang fokus belajar atau pun membaca.
Sherin menyusuri setiap rak-rak buku yang terpasang di area perpustakaan, sesekali ia memindai seisi ruangan ini, tapi ia tak kunjung menemukan keberadaan Sagara, tiba-tiba saja atensi-Nya tertarik pada sebuah buku yang tersimpan pada barisan paling atas rak, sebuah buku yang bertuliskan ‘Nakayoshi edisi 10’ . Sepertinya ia tertarik untuk membaca buku komik tersebut, sehingga ia mengambil sebuah bangku dan berdiri di atasnya agar ia bisa meraih buku yang letaknya paling atas tersebut.
Namun ternyata ia sadar tubuhnya memang sedikit mungil, dengan bantuan bangku pun ternyata tidak cukup untuk meraih buku tersebut, sehingga ia berusaha dengan sedikit menjinjit dan akhirnya ia dapat meraih buku itu namun ternyata posisi tubuhnya tidak seimbang hingga dengan cepat tubuhnya terjatuh dari bangku itu.
Aaaaa...
Sherin berteriak karena terkejut, ia juga merasa takut jika nanti tubuhnya jatuh tergeletak pada lantai itu pasti rasanya akan sakit, sehingga ia spontan menutup mata karena ia akan merelakan apa pun yang akan terjadi setelah ini. Namun dugaannya salah, seseorang lebih dulu menangkap tubuhnya hingga tubuh orang itu yang lebih dulu membentur pada lantai, dan tubuh mungilnya menimpa tubuh orang yang menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelas November
RomanceKembalinya sherina belinda ke negara indonesia membuat sahabatnya (aletha) terkejut sekaligus khawatir akan keadaannya, karena selama 6 tahun ini sherina telah memutuskan untuk pergi dan menetap di negara Perancis dan mengembangkan kariernya disana...