【CHP_14】

279 34 9
                                    

□ タイトルなし □

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

タイトルなし

"Lo mau bawa gua kemana sialan?! Ini bukan jalan kerumah Solar!"

"Memang bukan."

Perempantan imajiner muncul di pelipis Halilintar. Kesal rasanya dari tadi dirinya berceloteh tidak di dengarkan sama sekali oleh orang di sampingnya. Laju kendaraannya memang dalam batas normal. Tapi entah kenapa perasaan Halilintar tidak tenang.

Dari awal mereka pergi dari sekolahannya, pria di sampingnya tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Pria itu hanya fokus menatap jalanan yang mereka lalui dengan ekspresi datar andalannya.

"Kau tau siapa orang tadi kan? Lebih baik kau menjauhinya."

Halilintar melirik pria di sampingnya. Ia akui Kaizo memang memiliki tampang rupawan. Tapi sayangnya sifat pemaksanya membuat Halilintar kurang menyukainya.

Kaizo yang sadar di perhatikan tersenyum tipis. Lalu melanjutkan kata-katanya.

"Taufan Liam Graduito. Dia orang yang memiliki kutukan yang dapat membahayakan sekitarnya."

Deg!

Halilintar terdiam. Pandangan lurus ke depan dengan pupil mata yang mengecil. Ia tidak mau menatap Kaizo, entah kenapa rasanya ia seperti tertekan.

"Gimana..?"

"Gimana aku tau kalo dia orang yang punya kutukan? Mudah, karena aku juga salah satunya."

Dengan cepat Halilintar memalingkan wajahnya, menatap Kaizo yang juga menatapnya lekat. Kaizo melambatkan laju mobilnya, menepikannya di pinggir jalanan yang sepi.

"Kenapa? Kau tak percaya? Ingin pembuktian?"

Halilintar tidak menjawab apapun. Ia masih syok sekaligus sedikit takut jika orang yang sedang bersamanya ini macam macam dengannya. Bagaimana jika Kaizo menyakitinya secara tiba-tiba. Bisa jadi.

"Tenanglah, aku tak mungkin menyakiti tunanganku sendiri."

Dengusan kasar terdengar dari si manis. Halilintar mengalihkan pandangannya lagi, menghindari Kaizo yang masih menatapnya lekat. Ia tidak menyukainya.

"Aku gak pernah nerima pertunangan itu ya." Ujarnya ketus.

Halilintar menarik pemikirannya tadi tentang tampang rupawan itu. Wajah Kaizo bahkan saat ini terasa menyebalkan.

Sedangkan Kaizo tersenyum tipis. Ia senang karena Halilintar mengubah kata-katanya menjadi lebih sopan. Walaupun ia tahu Halilintar berkata seperti itu tanpa sadar.

"Ayo, ada sesuatu yang harus kau lihat"

Kaizo turun dari mobilnya lalu pergi ke sisi lain mobil, membukakan pintu untuk Halilintar. Ia mengulurkan tangan kanannya. Tapi Halilintar hanya memandangnya lalu keluar tanpa memegang uluran tangan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL]Dark Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang