4/4

181 33 0
                                    

Satu minggu kemudian.

Joanna dan Jeffrey sudah menikah kemarin. Namun mereka tidak jadi menjalani bulan madu di Maldives selama dua hari seperti apa yang sudah direncanakan selama ini. Sebab wanita itu lebih memilih menata ulang apartemen yang akan ditempati bersama si suami.

Karena setelah menikah, mereka memang sepakat untuk hidup mandiri. Meski memiliki orang tua yang sama-sama tinggal di kota ini. Agar tidak dianggap berat sebelah nanti.

"Hanya karena kita sudah menikah secara agama dan negara, bukan berarti aku menganggap pernikahan ini ada. Bagiku, pernikahan ini tidak nyata!"

Jeffrey diam saja. Karena dia tahu jika Joanna sedang marah. Wanita itu masih belum bisa menerima jika dia sudah memiliki anak.

Joanna mulai memasukkan barang-barang ke kamar tamu. Karena sebelumnya Jeffrey letakkan di kamar utama tentu. Sebab mengira mereka akan tetap satu kamar meski hubungan ini masih abu-abu.

Karena tidak ingin mendebat Joanna, Jeffrey memutuskan untuk memasak sesuatu. Karena ibunya sudah mengisi kulkas pada dua hari yang lalu. Setelah tahu jika anak dan menantu tidak jadi bulan madu.

Satu jam kemudian Joanna keluar kamar. Dia lelah karena baru saja selesai menata kamar. Karena agak sempit lemarinya. Sedangkan barang-barangnya banyak.

"Butuh apa?"

Tanya Jeffrey yang melihat Joanna berkacak pinggang. Wanita itu menatapnya lama. Lalu mendekat.

"Lemariku kekecilan. Aku butuh banyak space untuk barang-barang!"

"Kalau begitu pakai kamar sebelah saja. Barang-barangku tidak banyak. Aku masak makan malam. Ayo makan!"

Jeffrey menarik kursi untuk Joanna Membuat wanita itu langsung menatap depan. Menatap sajian nasi goreng dan salad juga.

Joanna yang memang lapar tentu menurut saja. Dia mulai memakan masakan Jeffrey yang menurutnya tidak enak. Karena tidak terasa bumbunya. Mungkin dia lupa menambahkan garam.

"Bagaimana rasanya? Enak, kan? Aku tanya Mama resepnya."

"Kamu lupa menambahkan garam?"

Jeffrey yang akan menyendok nasi mulai menatap Joanna. Lalu menggeleng pelan. Sebab dia tidak lupa menambahkan garam secukupnya sesuai anjuran ibunya.

"Sudah, kok."

"Sudah kamu coba?"

"Sudah. Kenapa? Tidak terasa, ya?"

Joanna tidak menjawab. Dia mulai memasukan suapan kedua nasi goreng dalam mulutnya. Sebab dia tidak ingin merusak semangat Jeffrey untuk belajar memasak. Karena pria itu memang tidak bisa memasak sebelumnya. Namun dia berjanji akan belajar memasak saat mereka tinggal bersama.

"Kenapa?"

Tanya Jeffrey saat melihat Joanna yang meraih segelas air dingin yang baru saja dituang. Lalu diminum untuk mendorong nasi goreng yang baru beberapa kali dikunyah. Sebab rasanya sangat asin dan tidak seperti sebelumnya. Karena pria itu tidak rata dalam mengaduk nasinya.

"Asin sekali, ya? Sepertinya aku kurang rata mencampurnya."

Jeffrey menarik piring Joanna. Lalu memasukkan nasi goreng di piring mereka ke dalam wajan. Dia menggoreng kembali nasi goreng cukup lama. Tidak lupa mengaduknya. Lalu kembali disajikan setelah dicoba beberapa kali sebelumnya.

"Kali ini enak?"

Joanna mengangguk singkat. Meski sebenarnya nasi goreng buatan Jeffrey agak keasinan. Namun masih bisa dimakan. Apalagi ada salad sebagai pendampingnya.

10 comments for next chapter.

Tbc...

KIND-HEARTED PERSON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang