7/7

197 34 0
                                        


Joanna baru saja bangun tidur. Dia menggeliat pelan karena merasa berat. Karena ternyata, Jeffrey masih memeluknya sejak semalam.

Joanna ingin melepaskan diri. Namun pelukan pria itu erat sekali. Membuatnya menyerah dan memutuskan untuk berdiam diri. Menunggu Jeffrey bangun dan melepaskan sendiri. Karena dia tidak menampik jika dirinya juga menyukai ini.

Joanna memejamkan mata perlahan. Lalu tertidur lagi kemudian. Berbeda dengan Jeffrey yang sebelumnya memang sudah terjaga. Namun pura-pura masih tidur karena tidak mau melepas pelukan.

Dekapan Jeffrey semakin erat. Dia juga melirik jam dinding kamar. Karena ini sudah jam enam. Namun dia merasa enggan beranjak dari ranjang. Karena masih nyaman memeluk istrinya.

8. 30 AM

Joanna kembali membuka mata. Kamar terasa panas. Karena jendela terbuka. Tentu Jeffrey pelakunya.

Perlahan, Joanna bangun dari ranjang. Dia mencari keberadaan suaminya. Ingin protes kenapa tidak dibangunkan. Karena dia harus kerja jam sembilan.

"Sudah bangun? Aku buat bubur dan jahe hangat. Aku siapkan untuk bekal juga."

Joanna menatap Jeffrey yang sedang menutup tumbler tahan panas miliknya. Pria itu sudah memakai setelan kerja. Tanpa jas, karena takut kotor tentu saja.

"Aku masuk jam sembilan. Kenapa tidak bangunkan aku lebih awal?"

"Aku sudah izin team leadermu tadi. Boleh, kok. Agak telat dikit. Ayo sarapan sekarang!"

Joanna akhirnya mengangguk, lalu mendekati meja makan. Dia sarapan masakan suaminya yang terasa nyaman di tenggorokan. Meski rasanya hambar. Entah karena dia sakit atau karena kurang garam.

Namun Joanna tidak banyak protes seperti biasa. Dia akan makan apapun yang suaminya masak. Asal layak makan dan tidak basi tentu saja.

"Sepertinya kamu butuh berjemur. Kamu tidak bersin-bersin setelah jendela kubuka."

Joanna yang baru sadar mulai menatap jendela yang ada di dekat ruang makan. Matanya agak menyipit karena sinar matahari menerpa wajah. Membuat Jeffrey terkekeh pelan.

"Iya, sepertinya."

Joanna mengiyakan. Lalu lanjut sarapan. Kemudian mandi kilat sebelum berangkat kerja. Diantar suami tercinta.

"Nanti aku jemput, ya? Kabari kalau mau pulang!"

Joanna mengangguk singkat. Dia menatap Jeffrey yang kini tersenyum menatapnya. Mungkin senang, karena semalam mereka tidur satu ranjang. Meski tidak terjadi apa-apa.

Setibanya di kantor, Joanna mulai kerja. Sembari meminum jahe hangat buatan suaminya. Hingga kantung kemihnya penuh dua jam kemudian.

Setelah kembali dari kamar mandi, Joanna melihat Rani yang sudah berada di kantornya saat ini. Dia berbincang-bincang dengan beberapa orang di sini. Karena ternyata, dia jualan siomay dan laris hingga di gedung ini.

Rani melihat Joanna, dia agak terkejut sebentar. Lalu tersenyum dan memalingkan wajah. Malu mungkin saja. Karena ketahuan berjualan di di sana.

Joanna juga sama. Dia hanya tersenyum tipis sebelum kembali ke tempat duduknya. Guna lanjut bekerja.

"Joanna! Mau siomay ayam? Enak, cuman 20ribuan. Tinggal satu, nih!"

Seru salah satu rekan kerja Joanna. Membuat wanita itu menggeleng pelan. Sebab dia sudah bawa bekal makanan.

"Aku sudah bawa bekal. Suamiku yang buat."

Joanna mendapat godaan dari teman-temannya. Karena selama ini dia tidak pernah membahas suaminya ketika kerja. Padahal dia baru saja menikah.

"Ya sudah. Aku beli saja, Rin!"

Setelah dagangan laku semua, Rina pergi dari sana. Joanna juga mulai bernafas lega. Karena tidak lagi melihat wanita yang dianggap sebagai saingan.

Iya. Joanna tahu dia agak berlebihan. Namun dia memiliki radar. Entah kenapa dia merasa terancam dengan Rina. Padahal suaminya tidak pernah berhubungan secara langsung dengannya.

"Tadi itu Rina, dia kerja di gedung sebelah. Kasihan, dia janda. Punya anak satu, masih TK. Untuk kamu, Jo! Anggap saja sebagai tester."

Joanna menatap siomay ayam yang baru saja temannya berikan. Dia hanya menatap saja. Enggan menyentuhnya. Karena tidak ingin berhubungan terlalu dekat dengan Rina.

10 comments for next chapter.

Tbc...

KIND-HEARTED PERSON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang