Burung-burung di kediaman Harold mulai menyanyi riang saat aku mulai membersihkan perpustakaan di pagi hari. Langit di atas tampak cerah tanpa ada tanda-tanda akan mendung, semuanya biru, tidak ada tanda-tanda kelabu yang bertamu dan dengan liciknya membuat jalanan menjadi berlumpur di Hari Senin ini. Oh Demi Dewi! Aku tidak sedang mendoakan supaya bumi ini tidak terguyur air. Masalahnya, seperti ini, akhir-akhir ini, panas sulit sekali ditemui, hujan mengguyur terus menerus dan beberapa daerah mulai dilanda banjir. Paman George yang bertugas mengangkut buku-buku ke kediaman Harold juga tidak bisa datang mengantarkan buku.
Hal itu membuat perpustakaan tidak mendapat buku baru! Oh ya ampun! Aku perlu buku-buku fiksi baru agar babu sepertiku ini tidak jenuh!
Namaku Anneke von Eustas. Aku bangsawan jatuh yang kebetulan berhasil mendapatkan pekerjaan menjadi penjaga perpustakaan lewat orang dalam. Astaga, aku tidak bermaksud buruk, tapi seperti itulah. Tapi sebenarnya, aku juga bukan hanya Anneke saja. Jiwaku ini sudah sangat lama hidup melihat dunia. Dulu, aku hidup di dunia yang jauh lebih modern dan berkembang. Pekerjaanku dulu adalah menjadi pekerja pabrik yang terus menerus mendapat tuntutan dari atasan dan mendapat gaji minim.
Setelahnya, aku mati ditabrak truck saat hendak pulang.
Begitulah bagaimana aku akhirnya terdampar di akhirat, bertemu malaikat, dan disuruh kembali bekerja sebagai penebusan dosa. Aku mendapat pekerjaan untuk menanami ladang beratus-ratus ribu hektar di alam baka, katanya sebagai penebusan dosa karena aku kurang bersedekah. Oh ya ampun! Bagaimana orang miskin sepertiku ini bersedekah jika makan saja susah payah?!
Aku mengajukan protes yang hanya di balas tatapan tidak peduli dari malaikat rasa iblis yang mengurus administrasi kematian alam baka milikku. Memang minta untuk dihajar!
Masalahnya, setelah aku selesai melakukan penebusan dosa dan diberi hadiah hidup untuk yang kedua kalinya, hidupku jauh dari kata bahagia. Sialan, aku sampai-sampai meragukan apakah kata hadiah yang aku dengar saat antre jatah bonus kala itu. Ya tuhan! Kehidupan keduaku tidak jauh beda dari kehidupan pertamaku!
Yatim piatu.
Miskin.
Hidup di jalanan dan nyaris mati kedinginan.
Mana yang bisa aku definisikan sebagai hadiah, huh?!
Beruntungnya, malaikat spek iblis itu akhirnya berbaik hati merevisi jatah kehidupan keduaku dengan menjadikan aku keponakan bangsawan. Pamanku, Deon von Eustas adalah seorang Viscount yang mengabdi di keluarga Grand Duke Harold. Dengan bantuannya, aku bisa bekerja menjadi pelayan dapur sejak aku berumur 12 tahun—batas minimum pekerja di rumah bangsawan—sebelum akhirnya diangkat menjadi penjaga perpustakaan dengan gaji dan beban kerja lebih ringan setelah aku menginjak umur 17 tahun.
Meski susah pada awalnya, setidaknya pada kehidupan kali ini, aku tidak perlu kesusahan untuk mencari sesuap nasi.
Menjadi bangswan—meski miskin. Ceklis.
Punya uang pensiun karena bekerja di keluarga bangsawan besar. Ceklis.
Beban kerja sedikit dan bisa bersantai-santai. Ceklis.
Gaji cukup gendut sehingga tidak perlu overthinking tidak bisa punya uang. Ceklis.
Sempurna! Aku bisa hidup damai sampai tua!
Tralala trilili trilulu!
Kuusap meja-meja di perpustakaan dengan wajah riang dan senyum sumringah. Bibirku tidak henti-hentinya menyanyikan lagu anak-anak dengan semangat empat lima begitu mengingat kehidupan yang aku maki-maki ini ternyata tidak buruk juga. Aku jadi semangat bersih-bersih dan menata buku baru! Semangat kerja semangat kerja semangat kerja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Love : Anneke von Eustas
FantasíaAku menjalani hidup keduaku sebagai Anneke setelah bekerja ribuan tahun menebus dosa di alam baka. Ini Anneke von Eustas yang biasa saja. Keponakan seorang Viscount--yang juga biasa saja. Anak malang ini--aku--adalah seorang yatim piatu malang yang...