Hal pertama yang aku pelajari setelah mengenal Grand Duke adalah, jangan coba-coba melawan apa yang ia inginkan karena dia akan selalu menang.
Kutatap laki-laki yang kini duduk di meja ruang makan rumahku dengan gerakan kaku. Ini dia, Grand Duke Maximillian yang mendadak ngeyel mau singgah di rumahku dan nekat menginap. Duh, dipikirnya, rumahku ini seluas istananya apa?
Aku kalah di perdebatan karena memang pria luar biasa tampan yang sayangnya adalah bosku ini sangat pintar menekan lawan! Count Heia bahkan tidak bisa melawan apa-apa ketika Grand Duke menyuruhnya diam dan hengkang dari depan rumahku. Sekarang, hanya ada aku dan Grand Duke di dalam rumah serta beberapa penjaga yang berjaga di sekitar rumah. Aku tidak tahu di mana, pokoknya mereka seperti bunglon yang mendadak bisa berkamuflase agar tidak menimbulkan keributan dari warga.
Yah, bukan urusanku! Pokoknya, yang perlu aku lakukan adalah mengusir pria di depanku ini supaya mengenyahkan pikiran tentang menginap dan sebagainya!
"Yang Mu-"
Matanya melirikku tajam seperti sebilah pisau yang akan menggores leherku begitu saja.
"Max." Sintinglah! Aku benar-benar gila! Tidak waras!
Grand Duke menatapku datar-sekarang tanpa mata setajam silet yang aku yakin bisa mencincangku menjadi lima ratus bagian. "Apa?"
"Rumah saya tidak akan nyaman untuk anda," ucapku pelan.
Grand Duke menatapku tidak mengerti. Duh, sulit, deh.
"Maksud saya, bisa anda pikirkan rencana menginap di rumah saya ini?"
Aku meringis ketika Grand Duke lantas menatapku sengit. "Kau mengusirku?" tanyanya, ada nada tidak suka dari sana yang membuat jiwaku sibuk melayangkan protes.
Hei, seharusnya aku yang melayangkan protes, tahu!
"Bukan begitu." Aku mengelak. Tanganku sibuk memilin rokku di bawah meja makan. "Begini, saya tidak punya apa-apa."
"Lalu?"
"Duh, nanti Yang Mulia makan apa, dong? Rumah ini kan tidak pernah saya tempati. Tidak ada bahan makanan apapun disini," balasku, agak kesal.
Grand Duke disini, aku jadi harus beli bahan makanan mahal dong! Mana bisa aku berhemat jika begini. Meminta uang ganti rugi ke pengurus keuangan mansion juga pasti aku dianggap mengada-ada. Meminta Grand Duke menggantinya rasanya terlalu blak-blakan. Percaya bahwa Grand Duke akan sudi mengurus tentang apakah uangku untuk memberi makan dia diganti atau tidak juga aku yakin beliau tidak akan peduli. Duh! Aku ini sudah sangat miskin tahu!
Grand Duke menatapku lama. Wajahnya mengeluarkan ekspresi seperti yang sudah-sudah. Ia hanya diam saja untuk beberapa saat sebelum akhirnya berjalan keluar. Aku membuntutinya dari belakang, kulihat Grand Duke berdiri di depan pintu, berbincang dengan salah satu pengawalnya dengan serius. Aku tidak berani menguping, jadi aku mundur beberapa langkah. Beberapa saat kemudian, barulah laki-laki yang tingginya nyaris dua meter itu berbalik menatapku.
"Aku sudah mengurusnya."
"Apa?"
"Makanannya."
Senyumku reflek terulas datar. Masa sih beliau ini tidak mengerti? Sebenarnya makanan juga bukan masalah besar. Aku bisa beli roti saja, tidak peduli ia suka atau tidak. Masalah utamanya adalah aku tidak bisa me time! Hei, aku tidak sudi jika agenda liburanku terusik tahu!
"Max, serius. Bukan hanya itu saja masalahnya." Aku tanpa sadar merengek.
Grand Duke menatapku dengan alis naik. Pipinya agak bersemu, aku bertanya-tanya apakah udara terlalu dingin sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Love : Anneke von Eustas
FantasíaAku menjalani hidup keduaku sebagai Anneke setelah bekerja ribuan tahun menebus dosa di alam baka. Ini Anneke von Eustas yang biasa saja. Keponakan seorang Viscount--yang juga biasa saja. Anak malang ini--aku--adalah seorang yatim piatu malang yang...