"Orang tuamu dulu bukannya Count Elie ya, Anne? Kok bisa, sih, orang sepertimu menjadi kacung Grand Duke seperti ini?"
Aku tersenyum tipis mendengar pertanyaan Belle, rekan seperbabuanku di rumah Grand Duke ini. Elie ini bekerja di lorong, dia putri seorang Baron yang sudah bangkrut. Mirip-mirip sepertiku lah, bangsawan jatuh.
Mataku fokus kepada buku-buku yang perlu aku rapikan. Tadi, aku meminta tolong kepada Belle itu turut membersihkan perpustakaan. Itulah mengapa perempuan yang selalu berkutat membersihkan lorong hari ini duduk di sebelahku. Berbeda dengan mataku yang fokus pada pekerjaanku, kepalaku sibuk menerawang kejadian belasan tahun yang lalu.
"Orang tuaku bangkrut. Bisnis mendiang ayahku terkena tipu," balasku sekenanya.
County Elie, tempatku tinggal dulu bukan sebuah keluarga yang kaya tajir melintir dengan segelimang harta. Kami hanya bangsawan biasa yang punya keuangan biasa saja. Sejenis kaya yang kaya saja, bukan yang bisa dikatakan tajir melintir tujuh turunan. Ketenaran nama keluargaku dulu lebih karena nenek moyangku berjasa sebagai salah satu pendukung berdirinya kekaisaran. Cerita tentang County Elie itu melegenda dan memiliki sejarah panjang. Pengaruh politiknya dahulu kala kuat sekali sebelum dimakan waktu lama kelamaan.
Lalu, saat ayahku menjabat sebagai Count, harta kami ludes habis karena kena tipu. Ibuku meninggal karena syok, dan ayahku bunuh diri karena tidak bisa menganggung nasib menjadi orang miskin dadakan. Aku? Yah, menjadi yatim piatu di usia lima tahun. Pamanku—Viscount Eustas yang merupakan adik ibuku mengadopsiku dan merawatku hingga umur dua belas tahun sebelum aku dilepaskan dewasa seorang diri. Bibiku, Viscountess Eustas tidak menyukaiku karena menganggapku beban. Itulah mengapa aku memilih minggat dari rumah itu dan menjalani hidup sebagai pekerja di rumah Grand Duke.
"Eh, jadi namamu itu?" Belle kembali bertanya dengan wajah penasaran.
Aku lagi-lagi hanya tersenyum. "Pamanku mengganti namaku dengan Eustas setelah mengadopsiku. Katanya, supaya aku tidak terbayang-bayang tentang rumah lamaku. Elie sempat menjadi traumaku saat aku kecil," jelasku singkat yang diangguki Belle dengan wajah tidak enak, barangkali merasa bersalah karena sudah bertanya itu.
Kami lanjut membereskan buku. Paman George datang kemarin sore, mengantarkan buku-buku baru yang membuat pipiku bersemu merah kesenangan. Aku tidak sempat membereskannya kemarin karena Grand Duke memaksaku untuk mengambil cuti. Mengingat kejadian kemarin, aku hanya mampu menghela nafas. Aku ingat benar bagaimana ia menggendongku sampai ke tempat berobat. Dokter-dokter disana menatapku heran dengan wajah melongo. Terkejut ya? Sama, aku juga!
Setelah mengantarku, pria yang seharusnya sibuk dua puluh empat jam per tujuh itu juga serius menungguku diobati sembari bersandar di tembok. Lamat, laki-laki itu mengamatiku tanpa berkata apa-apa. Lalu, setelah aku selesai diobati dan mendapat salep dan sejenisnya, Grand Duke itu pergi begitu saja dari hadapanku setelah memberi ultimatum bahwa aku tidak boleh bekerja. Ia mengancam akan memecatku jika aku nekat.
Aku sih diam saja. Kembali ke kamar dan lanjut tidur. Tidak bekerja juga tidak membuatku terbebani, malah sujud syukur karena aku bisa tidur nyenyak tanpa terancam potong gaji dan semacamnya.
Omong-omong, laki-laki itu tidak berkunjung ke perpustakaan hari ini. Syukurlah, seharusnya memang dia tidak boleh berleha-leha disini saat punya banyak pekerjaan, sih.
Seharusnya begitu, sampai pintu perpustakaan mendadak di buka dan menampilkan Count Heia—ajudan kesayangan Grand Duke—berdiri di sana dengan wajah tenang. Otomatis, aku dan Belle berdiri dan memberi salam. Laki-laki di depan kami berdehem pelan sebelum memberikan gulungan kertas di hadapanku.
Begitu aku membukanya setelah dipersilahkan, mataku membola, terkejut luar biasa.
"Nona Anneke von Eustas resmi menjadi pustakawan di gedung utama Grand Duchy. Grand Duke meminta anda untuk bertemu di kantornya hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Love : Anneke von Eustas
FantasíaAku menjalani hidup keduaku sebagai Anneke setelah bekerja ribuan tahun menebus dosa di alam baka. Ini Anneke von Eustas yang biasa saja. Keponakan seorang Viscount--yang juga biasa saja. Anak malang ini--aku--adalah seorang yatim piatu malang yang...