Hari-hari yang sama lagi. Kali ini, aku berusaha untuk tidak mengeluh merasa bosan saat mendengarkan guru menjelaskan, berupaya fokus karena masa sekolah tidak akan terulang.
"Pelajaran ini tidak membosankan," batinku sambil mencoret-coret sebuah tulisan random di buku tulis. Apa pelajaran pertama ini? Hanya membahas tentang seni lukis dan cara menggambar dengan baik tanpa kesalahan.
“Selain blending, kita juga bisa menggunakan teknik 'layering', yaitu menumpuk warna secara bertahap untuk menciptakan tekstur. Perhatikan bagaimana Ibu menambahkan warna gelap di atas warna terang untuk memberikan bayangan.”
Refleks, aku langsung menoleh ke depan, penasaran melihat bagaimana Bu Guru Seni dengan cekatan mengajarkan teknik-teknik melukis kepada semua murid yang ada disini. Aku memperhatikan dengan seksama saat Ibu guru seni dengan cekatan mencampur warna dan menerapkannya pada kanvas, menciptakan efek bayangan yang mendalam. Rasanya menarik melihat bagaimana setiap goresan kuasnya membawa lukisan itu semakin hidup.
"Selain blending, kita juga bisa menggunakan teknik 'layering', yaitu menumpuk warna secara bertahap untuk menciptakan tekstur. Perhatikan bagaimana Ibu menambahkan warna gelap di atas warna terang untuk memberikan bayangan," ujar Bu Guru seni sambil mengoleskan kuasnya ke kanvas.
Aku memperhatikan dengan seksama saat Bu Guru seni dengan cekatan mencampur warna dan menerapkannya pada kanvas, menciptakan efek bayangan yang mendalam. Rasanya menarik melihat bagaimana setiap goresan kuasnya membawa lukisan itu semakin hidup.
"Teknik layering ini sangat berguna untuk menambah dimensi pada lukisan," lanjut Bu Guru seni "Dengan menumpuk warna-warna, kita bisa menciptakan ilusi kedalaman dan membuat objek terlihat lebih nyata. Pastikan untuk menunggu lapisan pertama kering sebelum menambahkan lapisan berikutnya agar hasilnya maksimal."
Dia melanjutkan demonstrasinya, menunjukkan bagaimana menambahkan detail halus dengan kuas kecil. "Perhatikan detail-detail kecil ini. Mereka bisa membuat perbedaan besar dalam karya kalian. Jangan takut untuk bereksperimen dan menemukan gaya kalian sendiri. Siapa tahu, kalian bercita-cita sebagai pelukis dan bisa melukis wajah indah Ibu. Hahaha, Ibu hanya bercanda.”
“Youngjae…”
Seketika itu juga, aku langsung menengok kanan-kiri. Rasa takut mulai menanda saat bisikan-bisikan itu mulai menggelitik telingaku dengan kehadiran mereka yang tak kasat mata. Apakah aku sudah kehilangan kendali? Ataukah ini hanya khayalan belaka? Ya Tuhan, mungkin ini hanya produk dari pikiranku yang terlalu terbebani.
"Hahahaha, kenapa? Apakah aku mengganggumu? Aku hanya ingin memberitahukan kalau besok akan ada tamu spesial."
Aku mencoba untuk tetap fokus mendengarkan Bu Guru Seni. Namun, semakin aku diam, bisikan misterius itu malah semakin intens dan menghantui pikiranku, seperti menyusup ke dalam setiap celah keheningan di kelas.
“Ada tempat yang sangat indah. Apa kau mau bermain bersamaku? Di dalam kegelapan abadi, dan kau akan merasakan penderitaan yang tiada tara. Ada seribuan mayat yang bergelantungan, mata mereka aku makan dengan lezat sekali."
"Ikutlah dengan kami supaya tidak ada rasa kesepian di dunia tempat tinggal kita."
"Jangan bersikap angkuh kalau tidak ingin mendapatkan penderita."
“Bisa tidak kalian diam?!” Teriakku dengan keras, memecahkan keheningan kelas. Kursiku terhempas ke belakang dengan bunyi keras. Sambil menutup telinga dengan kedua tangan, aku berteriak lagi, “DIAM! KALIAN ITU SUNGGUH MENGGANGGU DIRIKU!!" Suaraku menggema di seluruh ruangan, mengguncang semua orang di kelas. Mata mereka terbelalak, terpaku oleh kemarahan dan kepanikan yang terpancar dari wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? (Hiatus)
HorrorCerita ini berkisah tentang Choi Youngjae, seorang remaja yang mengalami teror yang serius setelah kepergian neneknya. Youngjae merasa dirinya terus dihantui dan diteror oleh makhluk-makhluk supranatural yang menakutkan. Bahkan, seringkali ia kerasu...