Pipi bakpao

229 22 40
                                    

Happy reading


"Hah sudah beres!" Ucap kai senang, memasukkan kotak bekal nya ke dalam tas.

Setelah menyiapkan semuanya, kai segera untuk berangkat.

Skip.

Saat melewati lorong kelas tiba-tiba seseorang menarik tubuhnya dari belakang.

"Heiii!!" Kaget kai, dirinya mendongak dan melihat Taro sebagai pelakunya.

"Hai pendek" sapa Taro.

"Apa maksud mu dengan pendek? Aku tinggi dan lepaskan aku" minta Kai.

"Kai memang pendek" ejek Taro.

"Aku sudah tinggi, Taro nya saja yang terlalu tinggi seperti tiang listrik" bela Kai.

"Terima saja fakta, jadi hari ini kai bawa bekal apa?" Tanya Taro dan melepaskan tarikannya.

"Ahhh aku bawa bakpao! Apa Taro bisa memakan bakpao?" Tanya Kai dan masuk ke dalam kelas Taro dengan Taro yang mengekori dibelakang.

"Aku bisa memakan apa pun yang kai buat" Taro mengambil bekal kotak makanan kai.

"Baguslah kalau begitu" kai senang.

"Bahkan aku bisa memakan kai"

"Ukhhhh~" kai tersedak, apa maksud Taro.

"Kenapa?"

"Apa kamu kanibal? Kenapa ingin memakan ku?" Tanya Kai dengan sedikit rasa takut ke Taro.

Taro tidak percaya dengan yang diucapkan oleh kai, kenapa kai begitu sangat polos.

"Untuk apa aku menjadi kanibal? Pemikiran yang bodoh"

"Ta-tapi Taro berkata ingin memakan ku jadi itu terdengar Taro seperti seorang kanibal" jelas Kai dan terus memasukkan bakpao kedalam mulutnya, mulut yang penuh membuat pipi kai menggembung.

"Ku rasa aku akan menjadi kanibal jika melihat mu seperti ini"

"Hah?" Kai menatap Taro, mata bulatnya membuat dia semakin menggemaskan, karena tidak tahan Taro berdiri dari kursinya dan mengigit pipi kai.

"Akhhh apa yang Taro lakukan!" Kai memundurkan badannya, seperti dugaan nya Taro memang seorang kanibal.

"Pipi kai seperti bakpao dan itu membuat ku ingin memakannya" saat Taro ingin kembali mengigit pipi nya, kai menutup bibir Taro.

"Jangan memakan ku!" Mata kai sedikit berair.

"Aku hanya bercanda, jangan menangis seperti anak kecil" Taro mengelus pipi kai yang ada bekas gigitannya.

"Lain kali jangan lakukan itu, menyeramkan" kai mengerucutkan bibirnya.

"Baiklah tapi aku tidak janji"

"Taro menyebalkan!"

"Maaf kan aku"

Taro mengambil tas nya, mengambil sesuatu yang ada di dalam tas nya.

"Untuk kai" Taro menyodorkan sebuah ponsel baru.

"Eh kenapa memberikan ku?" Bingung kai.

"Terima saja anggap sebagai hadiah pertemanan"

"Tidak mau" tolak Kai, mendorong kembali ponsel itu kepada Taro.

"Kai tidak mau? Padahal aku membelinya dengan uang jeri payah ku" Taro membuat wajah sedih, kai yang melihatnya langsung merasa bersalah.

"A-aku akan mengambilnya, maafkan aku" kai segera mengambilnya, memasukkan kedalam tas nya.

"Terima kasih, disana sudah ada nomor ku jadi kai bisa menghubungi ku langsung"

"Tentu" Dalam hati Taro tertawa, kenapa Kai mudah sekali dibodohi.

Pulang sekolah.

"Pulang bersama?" Tanya Taro.

"Tidak, aku membawa motor sendiri" tolak Kai lagi, Taro yang awalnya tersenyum kini mendatarkan wajahnya, motor sialan itu sangat menyusahkan pikir Taro.

"Baiklah tapi besok kai harus pulang bersama ku okeh?"

"Tentu saja tidak, aku berangkat memakai  motor dan pulang dengan motor ku juga, mana mungkin aku meninggalkan motor ku" jelas kai.

"Jual saya motor jelek kai itu atau lebih bagus buang saja" Taro mengatakan hal tersebut dengan mudah, berbeda dengan Kai yang tidak suka mendengarkannya.

"Motor ku tidak jelek dan tidak akan pernah menjual apalagi membuangnya! Dasar anak orang kaya suka seenak nya kalau berbicara" marah Kai.

"Memang jelek"

"Ihhh Taro menyebalkan! Sudah aku mau pulang" segera kai meninggalkan Taro, bibirnya terus bergumam tidak jelas.

"Padahal memang jelek, sepertinya aku memang harus melakukan hal ini" Taro mengambil ponselnya, menghubungi nomor Nat.

"Kenapa nelpon?" Tanya Nat diseberang sana.

"Gue mau lu curi motor ya kai" Taro to the point.

"Kai? Maksud lu motor milik pak kai?" Nat ingin memastikan dugaannya.

"Hm"

"Gila lu! Nanti kalau gue dilaporin gimana?"

"Urusan itu mudah, lu tinggal curi terus lu buang atau bakar itu motor" suruh Taro.

"Buset dah lu, ya sudah nanti kalau udah gue kabarin"

Tut....

Panggilan berakhir.

"Tidak ada yang menghalangi ku lagi" Taro memasukkan ponsel nya, berjalan untuk segera pulang ke rumah.

Dilain sisi.

"Ngapain ngajak gue lakuin hal kek dah?" Tanya Louis, dirinya saat ini berada dijalan sepi.

"Udah lakuin saja nanti kita dapat upah dari Taro"

"Oke deh kalau ada upahnya" semangat Louis dan menutup wajahnya dengan topeng yang sudah mereka bawah.

Tak lama kemudian yang ditunggu lewat.

"Berhenti!!!" Stop Nat.

"Eh kenapa ini?" Tanya Kai bingung.

"Serahkan motor mu jika tidak kami akan menembak mu" Nat menyodorkan pistol ke wajah Kai.

"Ja-jangan! Aku masih ingin mengajar dan belum ingin mati jadi ambillah" kai segera turun dari motornya.

"Anak yang baik"

"Hmm apa kalian tidak ingin mencuri tas ku juga?" Tanya Kai, Nat dan Louis menjatuhkan rahangnya tidak percaya dengan ucapan Kai.

"Gue jadi nggak tega nyuri nya" bisik Louis.

"Hmm jadi?" Tanya Kai ulang.

"Kami tidak perlu dan ambil uang ini" Nat memberikan semua uang yang ada di dompet nya.

"Kenapa memberikan uang kepada ku?"

"Untuk memesan taksi"

"Kalian orang yang baik, terima kasih dan semoga hari kalian menyenangkan" ucap kai dan pergi.

Louis membuka topengnya.

"Ini kita nggak ngerampok anak TK kan?"

"Kek nya kita memang ngerampok anak TK"





TBC
Wahh udah lama menghilang nya :v
Oke segini dulu buat chapter ini, sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Terima kasih

kimLisa_14

Obsession with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang