Part 4

699 67 12
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

River sudah ditangani dan diperiksa oleh dokter, meski sempat terkejut melihat luka disekujur tubuh River, namun dokter tetap melanjutkan tugasnya untuk mengobati seluruh luka River.

Beberapa perawat yang menangani sempat salah tingkah melihat tubuh River yang sangat putih seputih susu, wajahnya tampan seperti malaikat, bibirnya merah merona seperti buah Cherry.

Namun karena River sedang sakit, bibirnya pun terlihat begitu pucat namun tetap tak mengurangi ketampanannya.

Adel sendiri tidak menyangka jika luka yang diderita River akan separah ini, bahkan dibagian punggung hampir saja infeksi karena tidak ditangani dengan benar.

Adel lalu menuju toilet untuk menumpahkan tangis dan penyesalannya selama ini.

Entah setan apa yang sudah merasukinya sehingga selama ini ia menjadi seekor monster menyeramkan bagi seorang River.

Setelah menumpahkan rasa sedihnya, Adel pun segera keluar dari toilet namun betapa terkejutnya ketika ia melihat dua perawat yang masih mengamati wajah River dengan tatapan kagum.

"Kalian sudah selesai merawat River apa belum?" Tanya Adel pada kedua perawat tersebut dengan tatapan penuh intimidasi.

Kedua perawat itu tampak terkejut bukan main karena mereka seperti sedang kepergok mengagumi sosok River.

"Jika sudah, bisakah kalian segera meninggalkan tempat ini?" Adel kembali bertanya seraya mendekat.

"Maaf mbak, kami sudah selesai, setelah ini makan siangnya akan segera diantar." Ujar salah satu perawat.

"Kami permisi dulu!" Pamit kedua perawat tersebut dengan terburu-buru.

"Dasar wanita-wanita gatal." Gumam Adel dengan penuh rasa kesal.

Adel lalu mendekati River dan membuka selimutnya perlahan.

"Nona..." River menatap Adel dengan sayup. Adel tiba-tiba saja menyentuh bibir pucat River.

"Tidurlah!" Ujar Adel dengan senyuman tulus, senyuman tulus dan hangat yang bahkan tidak pernah River lihat selama ia bersama dengan Adel.

"Tap-"

"Nggak ada tapi. Kalau makan siangnya sudah datang, aku akan bangunkan kamu. Aku mau mengurus pekerjaanku dulu." Sahut Adel.

"Nanti nona marah jika saya tidur."

"Aku sudah janji kan kalau aku nggak akan pernah marah lagi sama kamu."

"Atas dasar apa? Atas dasar apa nona melakukan semua ini? Apa alasannya? Bukannya selama ini nona sangat membenci saya?"

"Kamu sakit, jadi nggak usah banyak bicara. Dan untuk alasan kenapa aku berubah, kamu cukup diam saja dan jangan pernah menanyakannya lagi. Yang jelas mulai sekarang, aku nggak akan seperti dulu lagi."

Main Butler Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang