KEHIDUPAN SELANJUTNYA

328 69 4
                                    


Semoga, di ujung cerita kita tetap menjadi dua manusia dengan perasaan yang sama.

*****


Waktu memang berjalan dengan sangat cepat, tidak peduli dengan manusia yang sedang kecewa atau sedih, waktu mengabaikan itu semua dan akan terus berjalan.

Dari masa MPLS hingga sekarang sudah sampai di awal semester dua selama masa SMA. Cukup cepat memang, hingga tak terasa kini Nino beserta Aderfia sudah memasuki pelajaran semester 2.

"Libur sekolah cepet banget, anjing." protes Gio yang merasa jika libur sekolah begitu cepat.

"Kita sekolah hampir setahun, tapi libur cuma dua minggu, tai." Gio melanjutkan kekesalannya.

"Lo kenapa, dah? ribut sendiri." tanya Lion pada tingkah Nino yang sangat cerewet di pagi yang cerah ini.

"Diem, nggak di rumah, nggak di sekolah, harus banget dengerin cerewetan orang." kini Nino protes pada temannya yang cerewet, Gio.

Lion menatap aneh Nino, di antara mereka memang Lion paling perhatian dengan segala kondisi.

Ada hal yang ingin Lion tanyakan pada Nino, tapi, setelah berpikir lebih baik ditanyakan saat sedang berdua, keputusan itu yang paling baik.

"Baguslah, jadi hidup lo nggak sepi." saut Lion.

Nino segera menatap Lion, Lion yang di tatap itu memberikan senyuman tipis pada Nino. Setelah mendapat senyuman dari Lion, sepertinya Nino sadar jika Lion mengetahui masalah yang sedang ia hadapi.

Bersyukur, tidak banyak manusia yang mengerti saat kita mendapatkan masalah, manusia menjadi lebih sedikit di saat kita sedang terkena masalah, bukan mitos lagi, tapi ini fakta. Jadi, bersyukur ketika kita masih memiliki manusia lain yang mengerti jika diri kita sedang ada masalah dan bersedia untuk mendengarkan keluh, kesah diri kita.

Beberapa menit kemudian lonceng elektronik yang ada di SMA Four Eight berbunyi menandakan bahwa pelajaran jam pertama akan dimulai.

Selama perjalanan Nino tidak bisa fokus pada guru yang sedang menjelaskan, pikirannya kemana-mana sekarang. Mencoba untuk membuang pikiran yang mengganggu, tapi memang tidak semudah itu.

"NINO!"

Suara bentakan serta suara penggaris kayu yang mengenai meja itu benar-benar membuat Nino sadar dari bengongnya, seketika semua murid kini tertuju pada nama yang disebut oleh guru matematika itu.

"Kalau tidak memperhatikan, silahkan keluar!" ucap bu Ita masih dengan nada yang sama.

Tanpa menjawab, Nino beranjak langsung dari duduknya dan melangkah menuju ke luar ruangan. Liam, Lion dan Gio hanya saling tatap dan bertanya melalui matanya.

"Lebih memilih keluar?" tanya bu Ita sebelum Nino keluar dari ruang kelas.

"Apa ibu memberi pilihan lain selain keluar? tidak, kan?" Nino menjawab dan bertanya balik kepada guru matematika.

"Baik, silahkan keluar, dan baru boleh masuk setelah jam pelajaran saya selesai." kata bu Ita, lalu dengan segera Nino keluar kelas dengan wajah yang ia tundukan.


****


Di kelas yang tak jauh dari kelas X MIPA 1 tepatnya di kelas X MIPA 2. Dimana kelas itu sedang dalam pelajaran Pkn, tidak kalah ramai dari kelas X MIPA 1.

ABOUT NALA (NA2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang